entry no.04: dan musim dingin kembali

[case: Fushiguro Megumi/Renesha Hortensia (OC)]

Disclaimer:
Jujutsu Kaisen merupakan karya Akutami Gege. Tidak ada keuntungan materiel yang didapatkan dari penulisan fanfiksi ini.

!!! Hurt/Comfort !!!

.

Ilusi hanyalah ilusi. Sebuah mimpi ketika kau terbangun. Lantas, ketika kau benar-benar terbangun di pagi hari, kesadaranmu lagi-lagi membisik menuju benakmu; kau kembali seorang diri di musim dingin.

Kau selalu tak menyukai salju, kendati rupamu menyamai warnanya; putih. Mereka dingin, mengingatkan kehampaanmu oleh memori-memori sayu. Karena, mereka menyadarkanmu bahwa kaulah yang tertinggal menapak di dunia ini. Sebuah kenyataan yang lambat bagimu dapat mengerti, bahwa inilah akibat dari keberadaanmu. Maka, seraya mengecap pahit oleh sisa-sisa melankolismu, kau menyeret dirimu untuk berdiri di antara tumpukan salju. Lalu mengecap dalam benak; kau adalah suatu kesalahan. Jika kau tidak berguna, kau akan dibuang.

"Menyedihkan. Pengendali boneka sepertimu dengan sukarela dikendalikan oleh sampah."

Barang kali, kau diam-diam mengiyakan cemooh sang Raja Kutukan saat itu. Putihnya wujudmu adalah tanda kekosongan untuk memuaskan orang-orang. Sebuah boneka cantik di etalase toko. Namun, menyadarinya hanya membuatmu sejenak berpikir, apa ada yang salah dengan itu?

Keabnormalanmu takkan bisa membuatmu lari dari jerit bahaya, maka tak bersinggungan masalah dengan orang lain bukanlah hal yang salah, benar? Jika kebahagiaan terlalu fana untuk kau bentuk dalam ilusimu, kau tak keberatan untuk hidup seperti ini. Seperti salju yang kau benci.

Namun, ketika kau kembali terbangun di musim dingin kali ini, pandanganmu terisi oleh gorden yang telah tersibak dan mentari di ufuk timur. Pula, Fushiguro Megumi di hadapan kosen jendela menatap rupamu yang baru pulang dari alam mimpi.

"Sudah pagi." Bisik-bisik itu lenyap, digantikan oleh suaranya. "Kau akan telat sarapan."

Ada beberapa sekon bagimu untuk menatapnya, mungkin tengah mengumpulkan nyawa seraya bertanya-tanya akan keberadaannya di sini. Menyadari hal itu, lantas ia segera mengerutkan dahi, menampakkan wajah sehari-harinya yang terlihat seperti pemarah. "Apa?"

"Ah." Kau spontan mengalihkan pandangan. "... bukan apa-apa."

Ia menghela napas, sebelum pada akhirnya menghampirimu. "Panasmu sudah turun?"

Panas? Memutar rekaman ingatanmu, kau terdiam. Oh, pantas saja kau memikirkan terlalu banyak hal negatif. Kau tak sempat berkata apa-apa ketika mengetahui telapak tangannya telah mencapai dahimu. Sebuah gumaman sampai di telinga, "Sepertinya sudah?"

"A-aku sudah baik-baik saja." Menangkap ketidaksiagaanmu, kau lantas tergagap mundur. "Maaf merepotkanmu."

"Lain kali, terima kasih lebih menyenangkan untuk didengar, kau tahu?"

Nyaris saja kau kembali menyebut maaf, tetapi kendali mulutmu sudah lebih baik dari sebelumnya. "Begitu ...?"

"Begitu." Dan ia kembali bangkit. "Jangan lupa sarapan. Setidaknya, kau enggan merepotkan orang lain lagi karena sakitmu, bukan?"

Kau hanya dapat tertawa canggung. Namun, ujung-ujungnya, kau kembali tersenyum. Barang kali terlalu lembut dari yang kau perkirakan. "Terima kasih."

Dan, di pagi hari, musim dingin kembali. Dengan bisik-bisik baru, yang jauh lebih hangat, dalam benakmu; Ah, ternyata kau tak sendiri. Kau dicintai sebagai manusia.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top