entry no.01: yang melangit dan yang jatuh
[case: Michael Kaiser/Haon Ruina (OC)]
Disclaimer:
Blue Lock merupakan karya Muneyuki Kaneshiro dan Yuusuke Nomura. Tidak ada keuntungan materiel yang didapatkan dalam penulisan fanfiksi ini.
!!! Warning: Angst !!!
.
Awal dari cerita ini akan bermula dengan; Haon Ruina sudah selesai.
Sayap-sayapnya telah patah, dipaksa untuk patah. Menyamai kisah Icarus yang terbang terlalu tinggi menuju mentari, lantas sayap Ruina melebur. Hanya, ia berakhir dengan tetap bertahan hidup, seolah dunia ingin mencekokinya akan nestapa setelah mencicip segala mimpi berbunga-bunga. Maka, ia dipaksa menatap keagungan langit dari sudut bayangan gelap. Kelam, suram.
Haon Ruina sudah menyerah.
Panggungnya telah hancur. Kandas dengan sisa-sisa euforia akan jalanan gemilang, sebuah kehangatan memori yang balik mencekik relung hati. Kanvasnya menghitam, tak dapat dilukis .... Atau barang kali Ruina hanya enggan, muak untuk melukisnya kembali. Maka, ia berakhir untuk tak lagi mengharapkan apapun.
Haon Ruina sudah puas.
Puas? Puas. Ah, bukankah orang-orang selalu mengatakan untuk membuka lembar baru? Langkahnya tidak berbeda jauh dengan hal itu, bukan? Haon Ruina sudah puas. Sudah puas. Ia tidak peduli oleh coret-coretannya yang hanya kembali hitam. Masa kejayaannya telah berakhir ditelan waktu, dan Ruina sudah memutuskan untuk bangkit meninggalkannya menuju jalan lain.
Karena itulah, bisakah kau berhenti?
Ia berusaha keras selama bertahun-tahun untuk menerima segala nasib, dan kau dengan seenaknya ingin membangkitkan kedengkian itu kembali. Haon Ruina sudah enggan untuk mendongak kepada langit-langit. Biarkanlah ia meringkuk dalam kegelapan demi kewarasannya sendiri. Ia tidak mengetahui, juga tidak peduli akan apa yang menyebabkan kau begitu memusatkan atensi kepadanya, tetapi ekspektasi yang susah payah kau bangun sia-sia saja. Harapan yang kau taruh sudah terbakar habis. Lenyap.
Jadi, bukankah sebaiknya kau berhenti?
Ia tidak ingin melihatmu. Atas kemegahan akan bentang lazuardi, ia tidak ingin melihatmu. Kanvas ini sudah menghitam, dan Ruina sudah merasa cukup. Jadi, jangan menuntut untuk dilukis sesuka hatimu. Jangan menuntut seolah dirinya bisa merangkak naik dan menggapai apa yang tidak mungkin, sama sepertimu.
Namun.
Namun.
Ia terperangah. Gol 4-0. Lantas iris kelabunya enggan berkedip.
Ternyata kau memang bersinar.
Barang kali, kau akan mentertawakannya begitu menyadari akhirnya ia melihatmu. Barang kali, Ruina juga baru mengetahui bahwa sudut hatinya masih mendamba untuk menyisir angin, berkhayal atas kemustahilan. Atau―mengutip anggapanmu―nyaris mustahil, sehingga angan-angan yang seharusnya telah padam itu kembali terbakar hanya dengan mengintip kemenanganmu.
Dan, di sinilah Haon Ruina mendongak kepada langit biru setelah kau terus-menerus turun dari takhta hanya untuk memaksanya menoleh kepadamu. Hantu-hantu dari kegelapan membisikkan dendam-dendamnya, ketidakmampuannya, kegagalannya. Namun, kau begitu menyilaukan dengan singgasana di atas langit, atas ambisi dan kerja kerasmu berada di lapangan pertandingan, sehingga ia hanya dapat terpana menatapmu.
Ah, aku membencimu.
Ah, aku iri kepadamu.
Ah.
Menjijikkan. Haon Ruina jatuh kagum kepadamu, Michael Kaiser. Menyamai kekagumannya atas panggung teater, atas mimpi-mimpi indahnya yang telah musnah.
Note:
Sengaja metaforanya terbang dan jatuh karena nama marga Ruina, Haon (羽音), punya kanji 羽 yang artinya sayap.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top