Canvas 16

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya~

Josephine terbangun di pagi, badannya terasa remuk dan sosok Galen tidak ada di apartemen. Namun, dia tidak ingin berhadapan dengan Galen. Josephine tidak tahu harus bagaimana menghadapi Galen. Josephine tidak pernah berpacaran dan sekarang dia justru tidur dengan laki-laki yang tidak punya hubungan apapun dengannya.

Galen yang memang sedang membeli sarapan keluar tidak berpikir bahwa Josephine akan kabur. Josephine kembali ke apartemennya sebelum Galen kembali. Bahkan, Josephine memblokir nomor Galen setelah mengirimkan chat singkat.

Josephine: Gue ada kerjaan ke luar negeri, see you soon.

Josephine memang harus segera berangkat ke Thailand. Namun, bukan berarti dia tidak bisa bertemu Galen sebentar saja. Tingkah Josephine yang langsung menyibukkan diri itu membuat Ocis bingung. Pasalnya, Josephine terlihat seperti salah tingkah. Bahkan, beberapa kali Ocis memergoki temannya itu tersenyum tipis sendirian, seolah-olah sedang membayangkan sesuatu yang romantis.

"Lo kenapa sih Jo? Tingkat stress lo udah parah banget?" tanya Ocis heran.

Josephine menggelengkan kepalanya. "Gue baik-baik aja kok," tutur Josephine.

Meskipun begitu, Ocis tidak mau percaya. Dia yakin sekali bahwa telah terjadi sesuatu pada Josephine. Terlebih kemarin sahabatnya itu menonton konser Galen. Yang lebih membuat Ocis yakin adalah Josephine tidak lagi terlihat seperti janda kehilangan suami.

"Gimana sama Galen? Lo udah ketemu dia?" Ocis jelas penasaran. Dia ingin tahu bagaimana kelanjutan hubungan sahabatnya dengan playboy kelas kakap itu.

"Kemarin ketemu, ngobrol juga. Intinya udah nggak ada yang perlu disalahpami lagi sih," ucap Josephine.

"Lo jelasinnya gimana? Soal Kelvin Renata," cerca Ocis. Ingin tahu bagaimana seorang Josephine yang cuek itu menjelaskan hal seperti hubungan yang salah paham pada pria yang disukainya.

Josephine melirik Ocis, dia sebenarnya belum membicarakan apapun dengan Galen. Bagaimana mau bicara jika semalam sudah langsung diterkam oleh Galen? Membayangkan kejadian semalam membuat wajah Josephine terasa panas, dia salah tingkah sendiri.

"Ya gitu deh," sahut Josephine tidak ingin membahas lebih lanjut.

Ocis juga tidak lagi memaksa Josephine untuk bercerita. Melihat mental Josephine sudah menjadi lebih baik dan bahkan bisa dibilang Josephine sudah lebih ceria, tentu membuat Ocis bangga. Tidak sia-sia usahanya mencari tiket konser Galen.

🩷🩷🩷

Galen masih terperangah dengan tingkah Josephine. Dia menjadi tidak begitu fokus saat bekerja. Wildan juga bingung kenapa dengan Galen, padahal saat berita tentang Josephine merebak Galen tidak sampai kehilangan fokus begini.

"Kalau cewek sudah tidur bareng, terus besoknya pergi nggak pamitan itu kenapa sih Wil?" tanya Galen saat hanya ada mereka berdua. Galen sudah menyelesaikan urusannya di studio rekaman, sekarang dia sedang duduk minum kopi bersama Wildan.

Setengah jam lagi Galen ada pertemuan dengan seorang musisi muda. Galen akan berpartisipasi dalam acara penting kenegaraan, dia akan membahas beberapa hal dengan sang musisi. Karena itu, Wildan tadi sempat pergi keluar membeli kopi kesukaan Galen.

"Lo tidur sama si dewi es?" Wildan melotot kaget. Jangan tanya bagaimana shocknya Wildan.

Satu hal yang Wildan sangat tahu, se-playboy­-nya Galen, pianis itu tidak pernah tidur dengan pacar-pacarnya. Bisa dibilang Galen itu playboy dari luar saja, aslinya dia seperti biksu yang tidak tersentuh. Terlebih pasangan having sex Galen si dewi es—Josephine. Bagaimana Wildan tidak kaget?

"Lo nggak perkosa dia kan? Takutnya dia kabur buat laporan ke polisi," tutur Wildan yang cukup panik. Dia bahkan membuka ponselnya, mencari berita yang mungkin saja sudah heboh di social media.

"Apa pemerkosaan ya? Enggak deh, soalnya dia ngirimin gue chat kok. Bilang see you soon," jelas Galen dengan wajah bingung.

Wildan sontak tertawa pelan dan menepuk-nepuk pundak Galen. "Selamat deh, lo berhasil menaklukkan si dewi es," ucap Wildan yakin. "Oh iya, Si Jo ikut acara lelang amal di Bangkok itu kan?" lanjut Wildan dan kemudian mengeluarkan satu buah tiket berwarna hitam.

Galen langsung tersenyum dan meninju pelan lengan Wildan. "Thank you!" seru Galen yang tahu itu merupakan tiket partisipasi di acara lelang amal tersebut.

"Tiket pesawat nanti gue cek sama jadwal lo. Josephine juga nanti ikutan di hari terakhir," jelas Wildan yang merasa senang karena dapat membantu Wildan. Setelah melihat Ocis yang berusaha untuk membantu Josephine berbaikan dengan Galen, Wildan jadi ingin melakukan yang sama juga.

"Kalau bisa kosongin berapa hari deh, gue mau jalan-jalan sama Josephine. Kayaknya dia mau," pinta Galen.

Wildan mendelik pada Galen dan berkata, "ngelunjak ya lo malah." Meskipun mengomel, tetap saja Wildan membuka i-pad dan mencatat permintaan Galen tersebut. Lagi pula, tour Galen sudah selesai. Sudah sepatutnya Galen mendapat libur.

🩷🩷🩷

Josephine mempersiapkan semua lukisan yang ingin dibawanya. Semua perizinan sudah diurus oleh Ocis. Mereka akan segera pergi berangkat besok ke Bangkok. Lukisan Josephine akan diberangkatkan lebih awal hari ini.

Ocis menggelengkan kepalanya saat melihat Josephine yang semangat sekali. Memang yang paling membuat Josephine galau bukan karena karyanya yang tidak mendapat banyak sambutan, melainkan karena hubungannya dengan Galen tempo hari.

"Lo masih mau ngelanjutin taruhan warisan itu? Atau udah nyerah?" Ocis mengangsurkan sebotol air mineral dingin.

Josephine menerima minumnya dengan perasaan ringan. "Lagi gue pikirin. Lagi pula, gue sama Galen nggak ada hubungan apa-apa," kata Josephine yang kemudian menegak minumnya langsung dari botol.

Sande yang memang sedang membantu Josephine di studio menimpali, "Siapapun tahu kalau lo udah jatuh cinta sama Si Galen."

Ocis menganggukkan kepalanya, dia setuju dengan Sande. "Di wajah lo yang biasanya sinis dan seperti musim dingin, mulai kelihatan ada musim seminya," kata Ocis membuat perumpamaan.

Josephine langsung mencari cermin terdekat. Dia memeriksa raut wajahnya, tanpa sadar Josephine menarik senyum tipis. "Lebih cantik," komentar Josephine.

"Fix! Lo harus bawa dia ke dokter segera deh Cis!" Sande melambaikan tangannya, dia tidak kuat menghadapi Josephine yang sedang jatuh cinta.

"Dia rawat jalan dulu deh, San. Ntar balik dari Bangkok gue cariin dokter paling top," kelakar Ocis yang langsung meninggalkan Josephine. Ocis dan Sande melanjutkan kegiatan mereka merapikan studio Josephine yang beberapa hari ini berantakan.

Josephine tidak berkomentar apa-apa. Dia juga tidak bisa menyangkal bahwa dirinya terasa sangat bahagia. Padahal, seharusnya Josephine merasa takut karena sudah having sex dengan Galen semalam. Yang jelas, Josephine tidak menyesali keputusannya semalam.

"San, lo berangkat malam ini?" Josephine bertanya karena memang Sande tidak berangkat bersamanya. Dia sudah bergabung dengan Ocis dan Sande membereskan barang-barangnya.

"Iya, gue mau ketemu teman dulu di Malaysia," jawab Sande.

"Kita ketemu di hari terakhir kalau gitu," ucap Josephine.

Sande sudah menyelesaikan pekerjaannya, merapikan cat-cat air milik Josephine. "Gue balik deh ya. Ketemu di Bangkok, takut macet," tutur Sande.

"Safe flight, San!" pesan Josephine dan Ocis bersamaan. Mereka juga mengucapkan terima kasih atas bantuan Sande.

🩷🩷🩷

Yuhuuu! Akhirnya aku balik lagi update. Maaf ya kemarin aku sakit, jadi nggak update dulu. Semoga tetap setia menunggu aku yaaaa~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top