Bab 16
Kedekatannya dengan Arin memudahkan segala usahanya dalam mendekati Arai. Banyak informasi tentang Arai yang Jesslyn dapat dari Arin. Termasuk di lantai dan unit berapa pria itu tinggal.
Jesslyn tahu Arai tidak akan pernah membocorkan tempat tinggalnya padanya. Pertanyaan seputar hal itu sudah ia utarakan pada Arai kemarin malam, tetapi pria itu memilih untuk mengabaikannya dan mengalihkan pembicaraan mereka.
Arai tidak tahu saja kalau Jesslyn sudah berkomplot dengan Arin. Jadi, jika ia tak bisa mendapat informasi langsung dari pria itu, maka ia akan mencarinya di tempat lain. Semudah itu. Toh, Jesslyn bukan orang yang pantang menyerah. Ia akan mengorek segala informasi tentang Arai bak seorang stalker.
Bukan hanya tempat tinggalnya saja yang Jesslyn dapatkan, Arin juga turut membeberkan jam kerja Arai. Akan sangat mudah baginya bila ingin mengetahui jam berapa pria itu pulang dari kantor. Sebab, Arai satu kantor dengan Wisnu. Jadi, Arin hanya tinggal meminta informasi dari sang ayah. Lalu, diteruskan kepada Jesslyn.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, apa yang Jesslyn lakukan agak creepy, sih. Tetapi bodo amatlah. Ini juga menyangkut harga diri keluarga Wisnu dan Julia. Arai tidak boleh merusak nama baik kedua orangtuanya hanya karena orientasi seksualnya yang menyimpang.
Niat Jesslyn baik, bukan?
Malam ini, setelah Jesslyn mendapat informasi dari Arin kalau Arai sudah pulang dari kantor, ia buru-buru naik ke lantai enam belas—tempat di mana unit pria itu berada.
Jesslyn sengaja datang lebih awal sebelum Arai tiba. Jaga-jaga kalau nanti pria itu tidak akan membukakan pintu untuknya. Arai, kan, kadang suka tega sama Jesslyn.
Setelah menunggu hampir setengah jam lamanya sampai Jesslyn harus berjongkok di depan unit apartemen Arai dikarenakan kakinya yang mulai terasa pegal berdiri terlalu lama, pria itu pun akhirnya tampak dalam pandangannya.
Dengan senyum yang merekah lebar sampai menampakkan deretan giginya, Jesslyn secepat kilat bangkit berdiri. Ia menyambut kedatangan Arai dengan lambaian tangan yang begitu heboh.
Berbeda dengan Jesslyn yang sangat riang, Arai malah bersikap sebaliknya. Langkahnya sempat terhenti sejenak begitu melihat Jesslyn. Dengkusan panjang keluar dari mulutnya dan di dalam hati ia mengumpat.
“Ngapain kamu di sini?” tanya Arai dengan ketus.
“Mau main ke apartemen Bapak,” jawab Jesslyn dengan cengiran lebarnya, sambil menunjuk pintu unit apartemen Arai. “Saya juga bawain makan malam buat Bapak,” tambahnya, mengangkat paper bag yang sedari tadi ditentengnya.
Arai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya, terdengar lelah. Ia pun menatap Jesslyn dengan jengah.
“Saya nggak tinggal di lantai ini,” balasnya. “Dan saya sudah makan malam.”
Jesslyn menyipitkan matanya. “Bohong.”
“Ya sudah kalau nggak percaya,” ucap Arai cuek. Ia lantas berlalu dari hadapan Jesslyn dan mulai berjalan meninggalkannya.
“Hati-hati ya, Pak. Saya bakal tetep di sini,” ucap Jesslyn dengan santai.
Kalimat itu berhasil menghentikan langkah Arai. Matanya dipejamkan sejenak hanya untuk menahan rasa kesal yang hampir mencapai ubun-ubunnya.
Jesslyn memang sangat sulit untuk dihadapi. Gadis itu sungguh keras kepala.
“Lho? Kok balik, Pak?” tanya Jesslyn begitu melihat Arai yang kembali. Nada suaranya terkesan mengejek. Di dalam hati, ia berseru senang karena sepertinya gertakannya berhasil.
Arai tak memberi jawaban apa pun. Ekspresinya sudah dipenuhi kedongkolan. Lirikan setajam siletnya sempat dilemparkan pada Jesslyn sebelum ia memasukkan password apartemennya.
“Siapa yang nyuruh kamu masuk?!” Arai berteriak cukup kencang saat pintu apartemennya baru saja dibuka dan Jesslyn secepat kilat menerobos ke dalam. Ia bahkan takjub dengan kecepatan gadis itu.
Jesslyn kembali memamerkan cengirannya dan tak merasa bersalah sama sekali. Walaupun bahunya terasa sakit karena harus menabrak pinggiran pintu, yang penting kakinya kini sudah menapak di lantai apartemen Arai. Jadi, pria itu tidak akan bisa mengusirnya. Kecuali kalau Arai tega menyeret Jesslyn secara paksa.
“Saya mau lihat-lihat apartemen Bapak,” jawab Jesslyn, yang tanpa repot-repot meminta izin dan langsung balik badan untuk menyusuri apartemen Arai.
Arai cuma bisa mengembuskan napas panjang berulang kali sambil mengelus dada. Ia lantas menyusul Jesslyn seraya memikirkan bagaimana caranya mengusir gadis itu secepat mungkin.
“Perabotan di sini Bapak beli sendiri atau memang udah include di dalamnya?” Jesslyn berjalan dengan pelan, memerhatikan sekeliling apartemen Arai.
Satu menit berlalu, dan Jesslyn sudah tiba di bagian paling ujung apartemen Arai, yaitu dapur, pria itu tak kunjung memberi jawaban.
“Pak?” Jesslyn menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya ke belakang, menatap Arai yang sedari tadi memang membuntutinya di belakang.
“Sudah include furnish,” jawab Arai pada akhirnya, yang terang-terangan menunjukkan ketidakminatannya pada topik pembicaraan yang Jesslyn angkat.
“Harganya berapa, Pak?” Jesslyn kembali mengajukan pertanyaan lain. Paper bag dalam genggamannya sudah ia taruh di atas meja minibar.
Entah untuk yang ke berapa kalinya, Arai kembali mengembuskan napas panjang. Kali ini cukup keras sampai telinga Jesslyn bisa mendengarnya dengan jelas.
“Bisa kamu pergi sekarang? Saya lelah. Saya butuh istirahat.” Arai mengabaikan pertanyaan Jesslyn dan malah menuturkan kalimat bernada pengusiran.
Jesslyn mengerucutkan bibirnya, tampak tak senang dengan pengusiran Arai. Tetapi ia sebenarnya juga tidak ingin berlama-lama di sini. Ia hanya ingin memastikan jika informasi yang Arin berikan padanya memang benar. Jadi, Jesslyn akan menuruti permintaan Arai kali ini.
“Ya udah, deh, saya pulang,” ucap Jesslyn, pura-pura lemas dengan bahu yang meluruh. “Tapi makanan yang saya bawa harus dimakan, lho, Pak. Itu saya bikin sendiri. Dengan penuh cinta.” Ia membuat love sign ala Korea dengan jarinya di ujung kalimat, serta mengedipkan sebelah matanya pada Arai.
Arai mengernyitkan hidungnya dan memundurkan kepalanya, merasa geli dengan tingkah laku Jesslyn yang satu itu.
“Saya pulang dulu ya, Pak Arai. Babay!” Jesslyn melambaikan tangannya pada Arai sebelum berjalan menjauhi pria itu.
Sementara Arai kembali mengekori Jesslyn sampai ke depan. Ia hanya ingin memastikan bahwa gadis itu benar-benar meninggalkan apartemennya.
Kelegaan serta-merta menghampiri Arai begitu ia menutup pintu apartemennya setelah kepergian Jesslyn.
Setelah ini, ingatkan Arai untuk melabrak adiknya. Berani-beraninya Arin memberi tahu tempat tinggalnya pada Jesslyn yang masih terbilang orang asing dalam hidupnya.
•••
Arai langsung mandi begitu Jesslyn pergi. Badannya sudah terasa lengket. Energinya pun ikut terkuras habis setelah menghadapi gadis aneh itu. Beruntung air dingin mampu menjernihkan kembali tenaga serta pikirannya.
Kamar mandi Arai yang berada di dekat dapur membuat pandangannya langsung tertuju ke arah minibar begitu keluar. Matanya menangkap paper bag coklat di sana. Ia sempat melupakan pemberian Jesslyn yang satu itu dan sejujurnya memang sengaja mengabaikannya. Namun, kini ia malah penasaran dengan isi di dalamnya.
Dengan handuk kepala yang kini tersampir di satu bahunya, Arai beranjak menuju minibar. Mengambil duduk di sana dan mulai mengeluarkan isi dari paper bag tersebut.
Ada dua wadah bening berbentuk kotak dengan ukuran yang berbeda di dalamnya. Juga sebuah postcard yang paling menarik perhatiannya saat ini.
Gado-gadonya jangan lupa dimakan ya, Pak. Saya bikinnya dengan penuh kasih sayang. Kalo udah selesai, jangan lupa balikin tempatnya. Harganya mahal soalnya :p
Arai mendecih geli usai membaca sederet pesan kekanak-kanakan yang ditulis tangan oleh Jesslyn.
Setelahnya, Arai pun mulai membuka kedua wadah tersebut. Ia mengambil sendok setelah menyatukan bumbu kacang dan isian dari gado-gado tersebut menjadi satu.
Satu suapan sudah masuk ke dalam mulutnya. Dikunyahnya sesendok gado-gado tersebut secara perlahan sambil menikmati rasanya.
Not bad.
Bagi Arai, gado-gado yang katanya hasil masakan Jesslyn ini cukup enak. Bahkan, ia sedikit tidak percaya jika memang gadis itu sendirilah yang memasaknya.
Dan Arai pun menyantap makanan pemberian Jesslyn sampai habis. Tanpa menyadari bahwa suara hatinya mulai melontarkan beberapa pujian untuk gadis itu.
•••
Hai hai! Aku kembali hadir bersama Jesslyn🥰
Terima kasih banyak buat kalian yang udah bikin semangat lagi. Terharu aku tuh🥺
Pokoknya aku bakal rajin update kalo kalian ngeramein cerita ini. Komen yang buanyaaakk yaa. Luv luv❤💋
1 April, 2023
Follow aku di
Instagram: rorapo
Innovel/Dreame: rorapo_
Karyakarsa: rorapo_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top