Bab 13

Setelah pembicaraan yang terkesan memojokkannya beberapa hari lalu, Arai sejujurnya sangat enggan bertemu dengan keluarganya. Setidaknya untuk sekarang ini ia malas berkomunikasi dengan keluarganya sendiri. Namun, hari ini adalah hari ulang tahun sang ibu. Jadi, mau tak mau Arai tetap harus hadir di sini.

“Kamu masih marah ya, Rai?” Julia mencoba mengajak Arai mengobrol.

Sejak kemunculannya di sini, Arai memang tidak berbicara apa pun. Hanya menjawab lewat bahasa tubuh bila ada yang bertanya.

Masih sama seperti sebelumnya, kali ini Arai pun menjawab pertanyaan Julia hanya dengan gelengan singkat. Sementara mulutnya sibuk mengunyah buah anggur yang tersaji di hadapannya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, bila ada yang berulang tahun, mereka pasti akan berkumpul dan membuat acara makan malam bersama. Malam ini pun sama. Mereka berada di halaman belakang yang luas, duduk di kursi kayu panjang dengan meja tinggi di tengah-tengahnya. Sementara di teras belakang, ada dua orang chef yang diundang khusus untuk memasak.

“Maafin aku ya, Mas,” celetuk Arin, yang merasa harus meminta maaf kepada kakaknya. Kalau terus-terusan meninggikan egonya, ia yakin Arai akan tahan mengunci mulutnya sampai pulang nanti dan malah merusak suasana penuh suka cinta di malam ini.

“Papa juga minta maaf kalau menyinggung kamu,” sambung Wisnu, yang kini duduk berhadapan dengan Arai.

Mata Arai lantas dipindahkan ke arah sang ayah. Hanya sekejap sebelum berputar ke Arin yang menatapnya dengan bibir yang melengkung ke bawah, tampak memelas dan benar-benar menunjukkan rasa bersalahnya.

“Mama juga minta maaf ya, Rai. Mama mungkin udah kelewatan sama kamu.”

Belum sempat Arai menjawab permintaan maaf Arin dan ayahnya, Julia ikut menimpali. Sontak netra Arai berpindah pada ibunya yang juga mengekspresikan penyesalan dalam wajahnya.

Kalau sudah seperti ini, mana bisa Arai terus-terusan diam. Walau setelah ini mereka akan sangat berkemungkinan untuk mengulang hal yang sama, setidaknya saat ini mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan padanya adalah sebuah kesalahan.

Yah ... untuk malam ini, ia akan melupakan apa yang telah keluarganya lakukan padanya beberapa hari yang lalu. Lagipula, malam ini ibunya sedang berbahagia. Tak pantas rasanya bila Arai merusak suasana.

“Dimaafin,” ucap Arai, yang kemudian mengangkat gelas kaca miliknya ke udara. “Cheers!” serunya.

Arin dan kedua orangtuanya serta-merta merekahkan senyum lebar. Ketiganya pun ikut mengangkat gelas mereka masing-masing, lalu mendentingkannya secara bersamaan.

Setelahnya, suasana yang semula terkesan sepi, kini mulai dipenuhi oleh obrolan-obrolan kecil. Arin dan ibunyalah yang lebih banyak bercerita. Arai tetap setia menjadi pendengar meski sesekali ikut menimpali.

Namun, ada rasa heran yang selintas muncul dalam dirinya. Perbincangan yang terjadi di keluarganya kali ini agak berbeda. Mereka tak sekalipun menyinggung soal dirinya yang sudah seharusnya membawa seorang kekasih. Padahal, di setiap perkumpulan keluarga, hal itu tak luput dari pembahasan.

Arai agak sangsi, tetapi ia mencoba untuk tak acuh. Toh, ini adalah hal yang bagus untuknya. Ia jadi tak lagi ingin cepat-cepat pulang bila sedang berkumpul bersama keluarganya. Ia tak lagi merasakan ketidaknyamanan.

“Arin ke depan bentar, ya.”

Di sela-sela obrolan, Arin pamit sejenak setelah mengecek ponselnya. Mungkin adiknya itu hendak membukakan pintu untuk kekasihnya yang hari ini juga diundang oleh Julia.

Dugaan Arai benar. Arin kembali dengan Juan yang digandengnya erat. Ia hanya geleng-geleng kepala saja melihat adiknya yang menampilkan senyum sumringah setelah kekasihnya datang.

Tadinya Arai hendak fokus pada steik yang baru disajikan untuknya. Perutnya sudah minta diisi. Namun, niatnya urung seketika kala menemukan satu orang lagi yang hadir bersama Arin.

Kedua mata Arai membelalak seketika saat maniknya menemukan sosok Jesslyn di sana. Tubuhnya pun refleks berdiri hanya untuk memastikan jika matanya tak salah lihat.

Kehadiran gadis itu sungguh di luar perkiraan. Dan ia mulai menerka-nerka bagaimana bisa Jesslyn berada di kediaman orangtuanya. Ini tidak masuk akal sama sekali.

•••

Rencana Jesslyn untuk mendekati Arai berjalan dengan mulus. Arin benar-benar menjalankan tugasnya sebagai mak comblang. Kebetulan sekali ia mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan kedua orangtua Arai. Ini akan sangat seru baginya.

Mata Jesslyn hanya tertuju pada Arai seorang begitu kakinya menapak di halaman belakang rumah orangtua Arai. Ia hampir meledakkan tawanya ketika melihat Arai yang sangat amat terkejut dengan kehadirannya. Pria itu seperti sedang melihat mayat yang bangkit dari kubur.

“Pa, Ma, ini yang namanya Jesslyn.” Arin memperkenalkan Jesslyn pada Julia dan Wisnu.

Julia segera bangkit dari duduknya, menyambut Jesslyn dengan senyum riang dan pelukan singkat. Sedangkan Wisnu hanya mengangguk singkat pada Jesslyn dengan senyum yang sama lebarnya dengan milik sang istri.

Sepertinya kehadiran Jesslyn benar-benar disambut hangat di sini. Dan seperti sudah ditunggu-tunggu oleh Julia dan Wisnu.

“Ya ampun! Ternyata kamu cantik banget,” ucap Julia, yang terlihat begitu girang.

Jesslyn tertawa kecil. “Tante juga cantik banget,” balasnya, yang sedang mencoba membangun image sebagus mungkin di depan orangtua Arai.

Pokoknya Jesslyn tidak boleh gagal dalam misinya kali ini. Kemarin malam, ia bahkan rela tidak clubbing agar keesokan harinya—yaitu hari ini—bisa tetap waras dan terlihat seperti gadis baik-baik di depan orangtua Arai.

Pandangan Jesslyn berputar pada Arai yang sedari tadi diam. Pria itu masih dalam posisi berdiri. Hanya ekspresi wajahnya saja yang sudah berubah datar. Ah, tidak, tetapi terlihat seperti sedang menahan amarah. Didukung pula oleh kepalan tangannya di atas meja.

Jesslyn cuek. Ia malah dengan santainya melambaikan tangannya pada Arai sambil memamerkan senyum lebarnya pada pria itu. Menyapa sekaligus mengejek. Jesslyn yakin Arai tak pernah menyangka jika ia akan senekat ini.

“Ayo, duduk, Jess.” Julia dengan keramahtamahannya mempersilakan Jesslyn untuk mengisi kursi kosong di sebelahnya. Ia lantas berteriak pada chef untuk membuatkan dua steik lagi untuk Jesslyn dan Juan.

Jesslyn hendak meminum soda yang baru Julia tuangkan untuknya, tetapi tiba-tiba saja tangannya ditarik. Saat mendongak, ia menemukan Arai yang sudah berdiri di sisinya, menatapnya dengan lekat.

“Ikut saya sebentar. Ada yang perlu kita bicarakan,” kata Arai, dengan suara yang terkesan dingin.

Jesslyn tadinya sempat terkejut, tetapi ia buru-buru menormalkan kembali air mukanya dan malah melempar senyum tipis untuk Arai. Setelahnya, ia pun pamit sebentar pada orangtua pria itu, serta Arin dan Juan.

“Kamu udah nggak waras, hah?!” Begitu tiba di dalam rumah, Arai langsung memberondong Jesslyn dengan pertanyaan tersebut. Nada suaranya tinggi, tetapi ia tetap mencoba menahan diri agar suaranya tak terdengar sampai ke luar.

Kendati Arai memekik padanya, Jesslyn tak merasa terintimidasi sama sekali. Ia malah memutar kedua bola matanya sembari berucap, “Galak banget, sih.”

Arai memejam sejenak, mencoba mempertahankan akal sehatnya. Sebab, kalau ia lebih mementingkan amarahnya, Jesslyn mungkin akan langsung jadi bubur di tangannya.

“Jawab saya, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Arai, dengan penuh penekanan.

“Aku dateng ke sini karena diundang Mbak Arin, bukan karena kamu. Nggak usah geer, deh.” Jesslyn menjulurkan lidahnya di akhir kalimat, benar-benar mengabaikan kemarahan Arai sepenuhnya.

“Sejak kapan kamu jadi akrab dengan adik saya?” Arai menahan geramannya. Gadis yang satu ini hampir membuat kesabarannya habis.

“Sejak Mbak Arin nawarin aku untuk jadi pacarnya kamu,” jawab Jesslyn dengan enteng. Ia lantas maju selangkah hingga jarak di antara mereka semakin tipis. Kepalanya mendongak dengan senyum miring yang tersungging di bibirnya. “Aku udah mengiyakan tawaran Mbak Arin. Jadi, kita pacaran, kan?”

“Nggak waras!” ketus Arai seraya mendorong dahi Jesslyn dengan jari telunjuknya.

•••

Hellow! Ketemu lagi hari ini. Seneng, kan? Ehehehe

Aku bakal usahain supaya Jesslyn bisa update setiap hari. Jadi, kalian juga harus ramein cerita ini yak😋

Jangan lupa vote dan komen yang banyak! See yaa❤💋

23 Maret, 2023

Follow aku di
Instagram: rorapo
Innovel/Dreame: rorapo_
Karyakarsa: rorapo_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top