o g a 🙊
"Jadi gitu, kalau kamu mau cari panjang sisi satunya tinggal dibalikin aja rumusnya," jelas Oga sambil terus mencoret buku di hadapannya dengan berbagai rumus, mempermudah Selena, anak yang sedang didiknya. "Kamu tinggal niruin kayak contoh yang aku kasih. Di catatan udah leng—Eh, kamu ngapain?"
Oga mengerjapkan matanya berulang kali. Seperti dikagetkan dengan kemunculan sesosok makhluk halus yang memeluknya erat, tubuh Oga mendadak tegang. Otaknya ikut kaget, mendadak sulit digunakan berpikir jernih.
"Kak Oga itu ganteng tahu, engga cocok jadi jomblo gini. Pacaran sama Selena ya, Kak? Selena suka Kakak."
Itu Selena. Anak yang dididik Oga setiap harinya sehabis jam sekolah selesai. Gadis itu mendadak mendekatkan dirinya pada Oga, mengapit lengan lelaki itu, kemudian mencondongkan wajahnya yang tampak manis pada Oga.
"Se—Selena, geseran di—dikit. Ka—kamu terlalu dekat."
"Tapi Selena suka, Kak," balas Selena masih dengan pipi bersemu merah muda itu. "Apalagi wanginya Kakak enak. Jadi pengin makan."
Oga tidak menjawab, tapi masih berusaha melepaskan diri dari gadis muda di sampingnya. Di tengah usahanya melepaskan diri, laki-laki yang setia memakai lensanya itu sedang menahan gejolak aneh yang selalu timbul saat melihat atau merasakan keadaan seperti ini. Adegan kemesraan atau kebersamaan bagai sepasang kekasih.
"Kak Oga, ih." Kemudian gadis itu berteriak nyaring saat lelaki yang menjadi idolanya itu menjauhkan diri darinya. "Selena jelek ya, Kak? Bau? Engga tipe Kakak banget, ya?"
"Eh, eh, bukan gitu kok, aku cuma—"
"Jadi Selena tipe Kak Oga, 'kan? Kak Oga mau jadi pacar Selena, 'kan?" Mendadak mata gadis imut itu berbinar menunjukkan ketertarikannya. "Oke, jadi hari ini kita resmi jadian ya, Kak. Dan ini hadiah dari aku."
Kemudian, Oga tak sanggup menahan diri. Ledakan yang sejak tadi tertahan dalam dirinya, minta dikeluarkan menjadi muntahan dari rongga mulutnya. Masih dengan menahan sesuatu itu di dalam mulutnya, Oga berlari menuju kamar mandi di samping tangga, dan mengeluarkan muntahan tertahan tadi.
Dadanya naik-turun tak beraturan, Oga membersihkan mulutnya dengan air segar dari keran. Menatap pantulan dirinya yang tampak bodoh. Kebodohan akibat masa lalu itu belum juga hilang, bayangan-bayangan yang berubah menjadi ketakutan itu masih terlihat.
Terlalu menggangu, bahkan Oga sangat kesal dibuatnya. Namun sangat sulit untuk dihilangkan.
Setelah membetulkan letak kacamatanya, Oga berjalan menuju Selena yang terdiam bersama kebingungannya.
"Kamu udah lihat 'kan gimana tubuhku bahkan menolak untuk dekat sama kamu," kata Oga dengan suara pelan tapi meninggalkan kesan siap menghunus hati kapan saja. "Asal kamu tahu, aku ini engga normal. Sebenarnya aku paling benci untuk membenci sesuatu, tapi tingkah menjijikan kayak tadi itu, hal yang paling kubenci dari segala hal yang ada di muka bumi."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top