Chapter 47🌼

🌼بسم الله الر حمن الر حيم🌼

Selamat Membaca🌼
Vote»Read»Coment»Share

🌼

 

  ALIF semakin tidak bisa mengatur emosinya. Ia tak bisa lagi menyembunyikan kegelisahannya saat ini. Ia sangat khawatir dengan Zahra.

"Zira, kita pulang sekarang" Alif berbisik di telinga Azira. Spontan, Azira mengerutkan dahi.

"Ada apa, mas?" kini Azira berbisik sambil menatap suaminya.

"Ciiee, pengantin baru bisik-bisikan" yang lain tertawa dengan godaan itu. Saat ini Alif sedang gelisah, mereka malah menggodanya.

"Kita harus pulang sekarang, Zira" Alif masih berbisik. Azira akhirnya mengangguk. Ia yakin ada alasan mengapa Alif menginginkan pulang secepatnya. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama.

"Mm, semuanya saya minta maaf harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang harus saya urus" ucap Alif pada rekan-rekan kerjanya.

"Bulan madu kedua ya pak?" goda salah satu rekan bisnis Alif. Mereka malah tertawa dengan godaan itu. Alif sedang serius dan saat ini ia begitu cemas.

"Kenapa mendadak, Pak Alif?" kini salah satu rekan kerjanya bertanya.

"Ah, saya harus secepatnya pulang saja. Ada sedikit urusan." ucap Alif terburu-buru. "Kalau begitu kami pamit dulu semuanya. Maaf tidak bisa mengobrol lebih lama. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Alif dan Azira mulai meninggalkan acara tersebut. Sungguh Alif tak bisa bertahan lebih lama lagi. Ia harus segera memastikan jika Zahra baik-baik saja.

Alif pun melajukan mobilnya setelah ia dan Azira masuk ke dalam mobil.

"Mas pelan-pelan bawa mobilnya." ucap Azira memberi tau. Ia merasa Alif terlalu kencang membawa mobilnya.

Alif menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia merendahkan kecepatan mobilnya.

"Mas ada apa? Apa ada masalah?" di mata Azira, Alif tak biasanya secemas ini. Sangat kentara di wajahnya.

"Mas merasa cemas dan gelisah. Mas takut terjadi sesuatu pada Zahra"

Entah kenapa hati Azira mencelos ketika mendengar bahwa Alif mengkhawatirkan Zahra. Padahal hatinya harusnya tak bereaksi seperti ini. Zahra juga pantas mendapat kekhawatiran Alif. Kenapa Azira menjadi seegois ini?

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan dari hotel, Alif akhirnya sampai di rumahnya. Setelah mobil berhenti di halaman rumah, Alif dan Azira segera keluar dari mobil dan langsung akan masui rumah.

"Dikunci, Zira. Kamu bawa kunci cadangan?" Azira mengangguk. lalu mengeluarkan sebuah kunci dari tasnya. Alif segera membuka pintu rumah.

Azira mengernyit ketika ia baru sadar jika pintu gerbang terbuka dan Iryo tidak ada di pos satpam. Azira mengamati lantai warna putih yang ia pijak.

"Warna merah apa ini?" Azira mengernyit ketika melihat beberapa tetesan cairan berwarna merah.

Azira segera masuk menyusul Alif.

"Zahra?" Alif berteriak memanggil dari lantai bawah.

"Astagfirullah!" Alif berlari menuju titik dimana ada cairan merah berlumuran di lantai. Azira yang melihat hal yang sama di ruang keluarga, berlari kecil mendekati Alif.

"M-mas, in-ni apa?" Azira tiba-tiba tergagap ketika melihat cairan seperti darah di lantai.

Alif meraih sebuah ponsel yang telah berlumuran darah. Ia sangat mengenal pemilik ponsel yang ia pegang.

Mata Alif membulat ketika sesuatu melintas di benaknya. Alif langsung berlari menuju kamar Zahra dan diikuti oleh Azira di belakang.

Azira sepertinya berpikiran yang sama dengan Alif.

"Zahra" Alif langsung memasuki kamar Zahra diikuti Azira.

"Za! Zahra! Kamu dimana?" Alif menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kamar Zahra. Ia tak menemukan tanda-tanda kehadiran Alif.

Azira sudah mulai panik melihat darah yang ada di lantai barusan. Pikirannya mulai keruh.  Kekhawatiran Alif semakin menjadi dengan darah dan ponsel Zahra sekarang.

"Mas, ap-apa terjadi sesuatu pada Zahra?" Azira sungguh dirundung kekhawatiran.

Alif tidak segera menjawab pertanyaan Azira. Ia membuka layar ponselnya.

"Astagfirullah, Zira" Alif sangat terkejut ketika melihat sebuah notifikasi bahwa Alika telah menelponnya sebanyak 24 kali. Tak biasanya Alika menelponnya sebanyak itu.

"Ada apa mas?" wajah Azira sudah menampakan kekhawatiran dan kepanikan.

"Alika nelpon" Alif segera menelpon balik Alika. Ia ingin tau alasan adiknya menelpon sebanyak itu.

🌼

A

lika telah menangis sejak tadi. Air matanya tidak berhenti mengalir. Ia sudah lelah berteriak-teriak. Ia menangis dalam diam sedangkan Aryati menangis sesenggukan. Pikiran tentang akan terjadi sesuatu pada Zahra terus berputar seperti kaset di benak Aryati.

Anak dan bunda itu duduk di kursi tunggu di depan UGD. Mereka menunggu kabar baik yang datang dari Zahra. Semoga dokter bisa menangani Zahra dengan baik.

Tiba-tiba ponsel Alika berdering. Akhirnya setelah penantian, Alif menelponnya juga. Alika sangat bersyukur Alif menelponnya.

"Siapa yang nelpon?" baru saja Alik akan mengangkat telpon dari Alif, Aryati angkat bicara.

Sebenanrnya Alika bimbang antara harus jujur atau tidak soal ini. Ia takut Aryati semakin marah pada Alif. Jika Aryati murka pada Alif, siapa yang akan memisahkan mereka? Ayahnya sedang ada di Australia dan tidak mungkin pulang malam ini. Alika benar-benar bingung.

"Alika" panggilan Aryati membuyarkan lamunan Alika.

"Iya, bun?" sahut Alika agak kaget.

"Itu siapa yang nelpon?"

"M-mas Alif, bun" akhirnya dengan segala keberanian yang tersisa, Alika mampu berbicara dengan jujur.

"Sini! Biar bunda yang angkat" air muka Aryati berubah. Sangat menakutkan. Menurut Alika murkanya bunda lebih menakutkan dari ngamuknya beruang Grizzly. Beruang buas itu pasti kalah dengan bundanya.

Dengan tangan bergetar, Alika memberikan ponselnya. Dengan cepat, Aryati mengambilnya dari tangan Alika lalu mengangjat panggilan.

[Assalamu'alaikum, Alik—]

"Wa'alaikumussalam. Cepat datang ke RSCH sekarang!"

Aryati memberikan ponsel milik Alika. Alika yakin bundanya itu telah memutuskan panggilan secara sepihak.

Di tempat lain, Alif segera mengajak Azira menuju RSCH. Dugaannya semakin kuat. Alif segera melajukan mobil setelah dirinya dan Azira masuk.

"Mas ada apa? Kita mau kemana?" Azira yang sebelumnya telah panik semakin panik dengan sikap Alif yang tiba-tiba mengajaknya pergi.

"Bunda nyuruh kita ke RSCH" air muka Alif menampakan kecemasan. Ia sungguh takut terjadi sesuatu pada Zahra.

"Untuk apa mas? Siapa yang kecelakaan?" Azira tidak bisa menerima bahwa batinnya berkata Zahra masuk rumah sakit. Ia ingin memastikan jika dugaannya salah.

"Gak tau, Zir. Pokoknya bunda nyuruh kita kesana"

Alif melajukan mobilnya dengan kegelisahan di ubun-ubunnya. Ia sungguh takut jika memang benar Zahra masuk rumah sakit.

Alif memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit setelah menempuh perjalanan beberapa menit.

Alif dan Azira segera berjalan memasuki rumah sakit dan berjalan ke UGD. Alif yakin keluarganya ada di UGD.

Sungguh ketakutan Azira semakin terasa kala ia memasuki rumah sakit. Ketakutannya sudah menjalar ke seluruh tubuhnya.

Langkah Azira dan Alif semakin cepa ketika melihat Alika dan Aryati tengah duduk di kursi tunggu di depan UGD.

"Assalamu'alaikum. Bun, ada ap—"

PLAK!

🌼

Assalamu'alaikum

Chapter ini cukup tegang ya. Tegang gak sih? Feelnya dapet gak? Kalo sekiranya ada yang kurang, silahkan kalian komen, ya.

Jazakumullah khairan katsiiran😇

Tania Ridabani.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top