Chapter 41🌼

Happy Reading
Vote»Read»Coment»Share

***

     AZIRA menunggu chat dari Alif, tapi tidak ada. Jika ia menelpon Alif, ia terlalu gengsi. Tapi, Azira rindu. Azira jadi kesal sendiri. Kemudia Azira menyalakan televisi untuk menonton sesuatu.

"Gak ada yang bisa tonton. Gak seru" Azira meletakan remot di nakas dengan kesal. Entah kenapa ia merasa tidak ada yang menyenangkan.

Azira meraih ponselnya lalu membuka layar. Azira tersenyum ketika melihat wallpaper  dari ponselnya. Foto yang digunakan sebagai wallpaper  adalah fotonya dan Alif berdua sambil berdiri memgenakan baju pengantin. Raut wajah mereka begitu bahagia.

Azira pun mengetikan chat untuk Alif sebelum ia tidur. Setelah itu, Azira mematikan televisi dan meletakan ponselnya di nakas.

🌼

A

lif berlari menuju sumber suara. Terdengar jelas suara tangisan di kamar Zahra. Suara tangisannya menggema di seluruh penjuru rumah.

Alif membuka pintu kamar Zahra dan mendapati Zahra tengah menangis sambip menatap sebuah luka di pergelangan tangan kanannya.

"Ya Allah, Za!" Alif cepat-cepat berjalan ke arah Zahra lalu duduk di samping gadis itu.

"Za, kamu kenapa?" ucap Alif begitu panik.

"Luka ini tidak seberapa dengan luka batin. Luka fisik bisa disembuhkan dan bekasnya bisa dihilangkan, tapi luka hati? Luka hati akan membekas di hati dan ingatan" Zahra menatap Alif dengan pandangan yang begitu sejuk dengan senyum yang tipis.

Beberapa saat mereka terkunci dalam satu garis lurus yang sama hingga pada akhirnya tubuh Zahra ambruk di dada Alif.

"ZAHRA!!"

"Astagfirullah!!" Alif terbangun dari tidurnya. Posisinya menjadi duduk. Wajahnua pucat. Keringat dingin mengguyur tubuhnya. Dadanya naik turun.

Alif mengusap wajahnya lembut sambil beristigfar beberapa kali. Ia menengok ke arah kiri dan mendapati Zahra tertidur di sebelahnya dengan begitu nyenyak. Wajahnya begitu teduh dan tenang. Lagi-lagi dia bermimpi buruk. Bedanya sekarang dia memimpikan Zahra untuk pertama kalinya. Ada apa ini? Apa ini adalah pertanda dari Allah atau hanyalah bunga tidur?

Alif melirik jam dinding. Ternyata masih jam setengah dua belas. Ia akan tidur lagi sebentar dan akan bangun lagi jam tiga dini hari untuk shalat tahajjud.

Alif berbaring lagi dan menghadap ke arah Zahra yang juga menghadap ke arahnya. Ia mengusap kepala Zahra yang berhijab. Entah kenapa, setelah Alif dan Azira menikah, Zahra tidak pernah menampakan rambut panjangnya pada Alif. Padahal Alif menyukai rambut panjang milik Zahra.

"Selamat tidur, Za" Alif mengubah posisinya menjadi menghadap kanan lalu terlelap lagi.

🌼

Zahra dan Alif sarapan bersama. Jujur, Alif menyukai masakan Zahra. Masakan Zahra begitu enak. Tapi, Alif terlalu malu untuk memuji istrinya sendiri.

"Abis sarapan, kita ke rumah bu'de, ya" ucap Alif di sela-sela makannya.

"Mau apa, mas? Tumben" ucap Zahra.

"Kamu ada jadwal kuliah, ya?" Alif sebenarnya berharap jika Zahra tidak ada jadwal kuliah hari ini.

"Ada sih, tapi nanti setelah Ashar" Zahra meneguk air mineralnya sebagi penutup sarapannya.

"Sore banget" komentar Alif.

"Memang lagi jadwal sore aja. Kayaknya selepas Maghrib udah pulang" Zahra duduk menunggu Alif menyelesaikan makan.

"Jadi dari pagi sampai siang free?" Zahra mengangguk, mengiyakan.

"Ya udah kalo gitu sekarang kita ke rumah bu'de. Nanti kalo mau berangkat kuliah bareng aja sama saya. Saya juga mau jemput Zira nanti"

"Ya udah, tapi Za mau nyuci piring dulu di belakang" Alif mengangguk dan Zahra pun berlalu ke dapur sambil membawa piring dan gelas kotor untuk dicuci.

Alif baru teringat jika ponselnya tidak ada. "Dimana hp ya?"

Alif memutar otak untuk memgingat kembali dimana ia meletakan ponselnya. Ia baru teringat jika ponselnya ada di kamar Azira. Alif pun mengayunkan langkah menuju kamar Azira untuk mengambil ponsel.

"Ini dia" Alif meraih ponselnya yang tergeletak di kasur lalu ia membuka layar ponsel untuk mengecek notifikasi.

Alif tertarik dengan chat dari Azira. Ia pun membuka chat dari Azira.

Azira
A

da apa, mas?
Mas rindu, ya😝😅

Alif terkekeh membaca pesan Azira itu. Sejak kapan istrinya seperti ini? Mengherankan. Alif pun membaca pesan kedua dari Azira.

Zira marah sama
Mas Alif😡. Mas Alif
kemana sih gak
bales pesan dari
Zira? Zira kan
khawatir😑

Alif kembali terkekeh dengan pesan Azira yang menurut Alif menggemaskan. Dasar Azira.

Alif
Mungkin kamu
yang kangen, Zira😝

Oh ya, sobaahul khair,
my wife🙊

Alif pun mengangkat telpon yang masuk dari kliennya.

"Assalamu'alaikum, Pak Syamsir." ucap Alif dengan suara yang ramah.

[Wa'alaikumussalam, Pak Alif. Apa kabar?] ucap suara di sebrang sana.

"Alhamdulillah, baik-baik. Bagaimana kabar bapak?"

[Alhamdulillah, saya juga baik. Oh ya, saya ingin mengundang bapak ke pesta makan malam saya]

"Pesta makan malam?"

[Iya, pak. Sebenarnya makan malam biasa dengan beberapa rekan kerja. Besok malam, pak. Apa Pak Alif bisa datang. Saya berharap Pak Alif berkenan untuk hadir]

"In syaa Allah, saya datang, pak. Terima kasih atas undangannya"

[Sama-sama, pak. Jangan lupa datang dengan istri bapak, ya]

Deg!

Istri? Alif harus membawa istri yang mana?

"Ahm, baiklah" ucap Alif dengan suara bingung.

[Kalau begitu saya tutup telponnya ya, pak. Wassalamu'alaikum]

"Wa'alaikumussalam"

Sambungan telpon pun diputus oleh pihak sebrang. Kini Alif bingung harus membawa siapa ke pesta. Tidak mungkin jika ia membawa Zahra dan Azira. Bagaimana jika semuanya kacau? Alif tidak bisa membayangkan jika semuanya diliput oleh wartawan dan rekan kerjanya mengetahui hal ini. Alif belum siap. Pasti banyak klien yang minggat dari perusahaannya.

Sepertinya ia akan membawa Azira karena banyak dari rekan kerjanya yang mengetahui bahwa Azira adalah istrinya. Zahra? Bahkan tetangga sekitar rumah Alif pun tidak mengetahui bahwa Zahra istrinya Alif.

Alif keluar dari kamar Azira lalu berjalan menuju luar rumah untuk memanaskan mobil.

Setelah beberapa menit memanaskan mobil, Zahra datang dan siap berangkat ke rumah bu'de. Sebenarnya Zahra juga bingung kenapa tiba-tiba Alif ingin bertemu bu'de. Tapi, ya sudahlah. Mungkin saja Alif ingin bersilaturahim dengan bu'de.

"Kita berangkat sekarang, mas?" Alif menoleh ke arah Zahra lalu mengangguk tanda mereka akan berangkat sekarang.

Zahra dan Alif memasuki mobil lalu melesat menuju rumah bu'de.

🌼

Azira terkekeh melihat chat dari Alif. Apa-apaan ini? Azira yang rindu kata Alif? Ternyata Alif mempunyai indra keenam  untuk mengetahui rasa rindu yang dimiliki Azira untuknya.

Azira
Hehe😅, Mas Alif
suka bener aja😆

Sobahunuur, zauji😪.
Zira gak suka sama
emojinya. Masa ngasih
emoji monyet ke
istrinya😌

Azira jadi tidak sabar untuk pulang ke rumah. Ternyata benar setelah ia menikah, Azira malah ingin tetap berasa di rumah suaminya.

Azira rindu semua tentang Alif. Ekspresi Alif saat kesal, bahagia, bahkan ekspresi saat tidur. Huh, ekspresi saat tidurlah yang Azira sukai sekali. Menurutnya saat itu wajah Alif begitu menggemaskan dan Azira ingin mencubit pipi Alif.

🌼

Alif dan Zahra sudah berada di depan sebuah pintu kayu yang besar di rumah yang cukup megah. Mereka telah menenteng buah-buahan untuk Hartati.

"Assalamu'alaikum, bu'de" Zahra menekan bel sambil mengucapkan salam.

"Wa'alaikumussalam. Tunggu sebentar!"

Alif dan Zahra menunggu beberapa detik dan barulah pintu besar itu terbuka menampilkan ibu paruh baya berjilbab dan berhijab membukakan pintu.

"Zahra? Masya Allah! Kalian datang kesini rupanya. Ayo masuk!" Zahra dan Alif mengikuti langkah bu'de yang memasuki rumah.

Zahra memberikan bingkisan buah-buahan mereka pada Hartati.

"Kalian silahkan duduk dulu. Biar bu'de buatin dulu minum buat kalian" saat akan beranjak ke dapur, langkah bu'de karena suara Zahra.

"Gak usah bu'de. Bu'de biar ngobrol aja ya sama Mas Alif. Kayaknya Mas Alif mau bicarain sesuatu ke bu'de. Biar Za yang buat minum. Boleh kan?" ucap Zahra meminta. Hartati tersenyum lalu mengangguk.

Alif dan Hartati duduk di sofa ruang tamu sedangkan Zahra berjalan ke dapur di rumah itu. Ia sudah hafal setiap sudut dari rumah bu'denya itu.

Sementara Zahra di dapur, Alif sedang mengumpulkan keberanian untuk bicara pada Hartati soal Zahra.

Ini saat yang tepat, Lif!

"Bu'de" panggil Alif kepada Hartati.

"Ada apa, Lif?" tanya Hartati dengan nada begitu hangat dan bersahabat.

"Alif kesini mau bicarain soal kuliah Zahra. Alif ingin bertanggung jawab sepenuhnya atas Zahra. Alif berterima kasih banget sama bu'de karena selama ini bu'de udah biayain keperluan kuliah Zahra. Sekarang giliran Alif yang bertanggung jawab. Kini bu'de gak perlu pusing mikirin biaya kuliah Zahra" ucap Alif begitu tegas dan meyakinkan. Hartati tersenyum bangga pada Alif.

"Bu'de gak niat untuk itungan, Lif. Maaf jika dengan bu'de mempertanyakan hal ini kamu jadi tersinggung. Maaf ya, Lif" ucap Hartati tidak enak.

"Gak papa, bu'de. Ini kan udah tanggung jawab Alif sebagai suami dari Zahra" Hartati mengangguk sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, mulai semester ini kamu bayar kuliah Zahra. Kebetulan semester ini belum dibayar. Gimana, Lif?"

"Gak masalah, bu'de"

Tidak berselang lama, Zahra membawa 3 teh hangat diatas nampan lalu meletakannya di atas meja.

Zahra duduk di sofa tepatnya di sebalah Alif.

"Ngobrolin apa nih? Kok Za gak diajak?" ucap Zahra bercanda.

"Nggak ada" ucap Hartati sambil menyesap tehnya dengan rileks.

"Bu'de mah suka pelit deh soal informasi"

Hartati jadi teringat sesuatu. "Oh iya, kalian kapan mau ke Jogja? Eyang udah telpon bu'de kali eyang mau ketemu Zahra dan Alif katanya"

Alif dan Zahra saling pandang, saling meminta pendapat.

"Mungkin nanti kalo udah ada waktu, bu'de" sahut Zahra masih sama seperti jawaban terakhir.

"Kata eyang jangan sampe eyang kehabisan waktu di dunia dan belum sempet ketemu kamu dan Alif" celetuk Hartati.

"Bu'de jangan gitu ngomongnya" ucap Zahra agak kesal karena Hartati bicara soal maut.

"Kalian harus segera kesana, tapi ingat jangan bawa Azira"

"Kenapa, bu'de?" kini Alif yang bertanya.

"Alif, eyang gak tau soal Azira. Bagaimana jika eyang tau? Kesehatan eyang akan menurun. Kamu tau kan kalo eyang lagi sakit jantung?"

Entah kenapa Alif merasa tidak ingin pergi ke Jogja tanpa Azira. Bagaimana pun Azira istrinya dan Azira akan ikut Alif jika Alif mengizinkan.

🌼

Assalamu'alaikum

Bagaimana kabarnya para readersku?? Semoga tetap baik, ya. Setelah dipertimbangin lagi, cerita ini akan selesai diatas chapter 60 deh kayaknya. Gimana? Sanggup gak bacanya? Aku udah tulis-tulis momen-momen penting dalam cerita ini dan aku juga kaget karena chapter bakalan banyak dan cerita ini akan super panjang. So, aku akan nulis per cahpternya lebih dari 1200 kata biar ngehemat juga.

Aku emang gak balas komen-komen dari kalian para readers, tapi aku seneng banget dan terharu karena ternyata ada yanh segitu antusiasnya sama cerita ini😭. Aku jadi terharu karena sebelumnya cerita aku gak ada yang baca sebanyak yang baca Wanita Kedua. Jazakumullah khairan buat readers yang nyempetin waktu untuk voment😭. Aku sayang kalian❤.

Karena banyak yang voment, aku update satu chapter lagi sebagai tana permintaan maaf ku karena gak update selama beberapa hari💕

Tania Ridabani.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top