Chapter 6: Ancaman
Remake menantap Riko dengan tatapan tajam, napasnya tidak beraturan, ia sedikit mendorong keponakannya, "Ini urusan Oom, kamu jangan ikut campur!" bentaknya keras. Remake juga memukul tangan Jihan, Riko mencoba melindungi Jihan, ia tidak mau pria itu menyakitinya.
"Oom nggak bisa gitu sama Tante Jihan! Kasihan juga anak-anak Oom!"
"Bajingan kamu.... Kamu tahu nggak?! Kamu budek?! Oom sudah bilang ini urusan Oom."
"Mas! Apa sih sih yang ada di otak Mas? Aku pergi aja dari rumah ini," ancam Jihan.
"Sana pergi! Aku sudah bosan dengan kamu!" teriak Remake.
Jihan masuk ke kamar dan membawa tas, ia lalu pergi menuju mobill, Riko menyusulnya. "Sayang, jangan pergi."
"Aku udah muak sama dia! Dia bawa wanita lain ke rumah ini. Sayang, aku takut warisan jatuh ke tangan dia. Warisan suami aku akan aku kasih kamu kalau aku dapat."
"Aku sayang sama kamu tulus Jihan."
"Kita pesan kamar di hotel aja. Ikut aku."
Mereka berdua masuk mobil, Jihan menancap gas lalu meminta pintu dibuka oleh satpam di rumah mereka, Di tengah perjalanan, Jihan menelepon Ayu.
"Halo Ayu, maaf malam-malam mengganggu."
"Iya Bu, ada apa ya?"
"Pak Remake mengajak wanita lain ke rumah. Apa kamu tahu tentang hal ini?"
Desahan napas Ayu terdengar di ponsel, "Bapak pernah ke kantor dan mengenalkan saya kepada seorang wanita, mereka terdengar mesra sekali."
"Kenapa kamu tidak cerita ke saya?"
"Saya tidak mau mencampuri urusan rumah tangga Pak Remake, Bu."
"Di rumah keadaan sedang kacau, saya sedang menuju hotel bersama keponakan saya."
"Baik Bu, saya akan temui Ibu."
"Saya kirim alamat hotelnya."
Jihan menutup telepon, ia menuju ke sebuah hotel bintang lima di Jakarta, mobilnya masuk ke dalam lalu parkir. Kedua orang di dalam mobil itu keluar menuju ke dalam hotel. Di dalam hotel nuansanya penuh dengan penerangan berwarna putih, ada piano berwarna hotam yang terletak di salah satu sudut hotel. Beberapa tamu hotel ada yang membaca koran dan majalah.
Jihan dan Riko menuju resepsionis, mereka memesan dua kamar, lalu mereka menuju ke kamar mereka masing-masing untuk merapikan barang. Keduanya memutuskan untuk menunggu Ayu di lobi hotel, mata Jihan perlahan mengeluarkan air mata, di sebelahnya, Riko memegang tangannya, lalu mencium pipinya.
"Aku ada di sini Sayang," ucap Riko, mereka berdua berpelukan, air mata Jihan jatuh. "Aku cinta kamu."
Ketika Ayu masuk menuju lobi hotel, ia melihat Jihan dan Riko berpelukan, Ayu menghampiri mereka setelah keduanya selesai berpelukan. "Ayu, silahkan duduk," ucap Jihan.
Ayu duduk di hadapan mereka berdua, matanya menatap kedua lawan bicaranya, Jihan mengusap air matanya.
"Pak Remake membawa Arlin, selingkuhannya ke rumah. Saya jujur nggak ngerti harus gimana."
"Bu, saya akan mengawasi Bapak. Kalau saya lihat Bapak cinta dengan perempuan itu."
"Saya akan ada di sini selama beberapa hari, saya mohon kamu rahasiakan keberadaan saya ya."
"Baik Bu." Ayu mengangguk.
"Oh ya,, kenalkan ini keponakan saya, Riko."
Mereka berjabat tangan, keduanya tersenyum.
"Riko."
"Ayu."
"Gimana keadaan Mbak Mira sama Mbak Zahra Bu?"
"Mira tadi masuk ke kamar karena tidak tahan dengan kelakuan ayahnya, kalau Zahra dia tadi ngebentak Arlin. Arlin tadi ke kamar atas, dia masukkin kopernya ke sana. Saya juga mau cerita, akhir-akhir ini Pak Remake sangat sensitif. Ada pengusaha yang menghinanya.
"Pak Suro maksud Ibu?"
"Iya, Pak Suro."
"Dia ngeledek Pak Remake ketika sedang bersantai samma para pengusaha, waktu itu ada acara makan-makan."
"Apa mungkin Pak Remake selingkuh karena pelarian? Banyak masalah juga di kantor.
" Benar Bu, banyak klien yang meminta macam-macam. Oh ya Bu, saya permisi dulu."
Ayu meninggalkan mereka berdua menuju ke rumahnya, ketika sampai di rumahnya, ia menerawang rumah Remake, terlihat Arlin sedang berada di kamar atas rumah Remake. Sementara Zahra berdebat dengan ayahnya.
"Papa nggak bisa gitu sama Mama!"
"Papa sayang sama Arlin. Kamu nggak suka Papa selingkuh sama dia?!
"Iya! Papa gimana sih!"
"Kamu masuk ke kamar sekarang! Kalau kamu masih protes kamu nggak akan papa kasih warisan."
"Aku nggak minta warisan sama Papa! Aku nggak peduli! Tapi kenapa Papa selingkuh sama dia."
"Masuk ke kamar kamu!" bentak Remake dengan pelototan tajamnya, Zahra mengeluarkan air mata lalu masuk ke dalam kamar..
Remake mendengus lalu menuju ke tingkat atas, masuk ke dalam kamar yang ditempati Arlin. Dari rumahnya Ayu yang sedang menerawang membuka matanya.
Arlin makin keterlaluan
Ayu menarik napas, ia akan terus mengawasi Arlin, tetapi belum saatnya ia menyerang.
***
Keesokan barinya, Remake keluar kamar bersama Arlin dengan bepakaian menuju ke kantor, ia menuju meja makan bersamanya, Arlin mengambil sebuah piring lalu mengambil nasi dan lauk, memberikannya kepada Remake.
"Terima kasih," ucap Remake sambil mengedipkan mata kepada Arlin.
Arlin juga mengambil lauk lalu makan di depan Remake. "Zahra sama Mira kemana?" tanya Remake di sela-sela mereka makan.
"Nggak tahu Mas."
"Biarin aja deh."
Mereka berdua makan, tiba-tiba Mira keluar dari kamar, Remake melihat anaknya lalu berteriak. "Sini, kamu makan!" suaranya terdengar emosional.
"Nanti aja, aku mau mandi," jawab Mira hendak menuju ke kamar mandi.
"Sini makan! Kamu harus makan!" teriak Remake keras, ia menggebrak meja.
Mira mendengus lalu menarik salah satu kursi lalu mengambil piring yang ada di sebelahnya, kemudian ia sedikit berdiri mengambil nasi dan lauk.
"Kamu sama Zahra tidak boleh macam-macam sama Arlin , kamu dan Zahra harus bersikap baik kepada Arlin, atau papa nggak akan kasih kalian warisan," ancam Remake kepada Mira.
Mira makan dengan menatap ayahnya, matanya berair. Arlin menyunggingkan senyum liciknya, beberapa menit berlalu Remake menyudahi makan, ia bangkit dan mencium bibir Arlin ketika hendak pergi ke kantor di depan Mira.
"Papa pergi dulu. Kamu harus belajar yang benar! Jangan macam-macam dengan Arlin." Remake keluar dari rumah menuju ke mobil, sopirnya sudah menunggu di dalam. Arlin mengantarkannya hingga mobil itu keluar dari rumah.
Arlin masuk ke dalam, dilihatnya Mira sedang menuju ke dapur untuk meletakkan piring-piring yang dipakai untuk makan. "Eh, lo tolong dong cuciin ya, entar dapet warisan."
"Pelakor lo ya. Diem aja deh lo!" jawab Mira.
"Eh, apa lo? Nyari gara-gara sama gue?" Arlin bersiap untuk menggunakan kekuatannya.
"Lo mendingan pergi dari rumah gue. Ngerusak rumah tangga orang aja."
Arlin menggerakan tangannya, ia mendorong Mira dari jarak jauh, badan gadis itu terbentur, piring-piring di tangannya jatuh pecah berkeping-keping. Mira kesakitan, ia mengaduh, lalu beling-beling itu diangkat oleh Arlin dengan kekuatannya lalu terbang dengan cepat menusuk perut Mira, gadis itu kesakitan, berteriak-teriak. Darah mengalir dari perutnya yang terkena pecahan-pecahan beling.
"Lo jangan macam-macam sama gue." Arlin menghampiri Mira lalu menendang tubuhnya. Mata Arlin melotot, ia mengangkat tubuh Mira dari jarak jauh lalu menjatuhkannya.
Arlin meninggalkan Mira yang kesakitan, Arlin ke tingkat atas lalu menuju ke kamar Arlin.
Zahra yang baru bangun dari tidurnya, menuju ke pintu lalu membuka pintu kamarnya, ia kaget melihat Mira kesakitan, perutnya mengeluarkan darah, ada pecahan-pecahan beling di tubuhnya.
"Mir, kenapa bisa gini?"
"Arlin...."
"Mir, kakak telepon ambulans dulu." Zahra mengambil ponselnya, ia menelepon ambulans. "Halo Pak, tolong kirim ambulans ke Jalan Tulip ya Pak."
"Baik Bu."
Mira kesakitan, Zahra mengangkat pecahan-pecahan beling yang ada di tubuh Mira, Zahra berteriak-teriak memanggil Arlin. Tetapi Arlin tidak menanggapinya. Ambulans pun datang, Zahra dan paramedis mengangkat tubuh Zahra, mereka menuju ke rumah sakit.
***
Riko dan Jihan sedang sarapan bersama, mereka berdua berpegangan tangan, ponsel Jihan berdering, ia melihat nama yang muncul di ponselnya, ada nama Zahra.
"Siapa sayang?"
"Zahra."
Jihan mengangkat telepon dari Zahra, napasnya tersengal-sengal.
"Ma, aku ada di ambulans, Mira ditusuk pake beling sama Arlin."
"Mama ke rumah sakit ya sekarang. Kamu kirim alamatnya." Jihan menutup telepon, wajahnya penuh kepanikan.
"Ada apa Sayang?"
"Mira, dia ditusuk Arlin pake beling."
"Kita ke rumah sakit."
Jihan dan Riko langsung berlari ke tempat parkir, mereka menuju ke mobil lalu ke rumah sakit. Di perjalanan, Jihan mengeluarkan air mata, Riko berusaha menenangkan Jihan. "Kamu jangan panik, aku yakin Mira nggak apa-apa."
Jihan mengangguk, sesampainya di rumah sakit, mereka menuju ke UGD, di sana sudah ada Zahra yang menangis, ia menekan-nekan ponselnya.
"Zahra, di mana Mira?" tanya Jihan.
Zahra langsung memeluk ibunya, ia menangis. "Mira sedang dibawa ke ruang operasi."
"Kamu udah telepon papa?"
"Nggak diangkat sama Papa."
"Keterlaluan."
Mata Riko mulai basah, ia berlari mencari ruang operasi, ia berteriak-teriak di rumah sakit. Zahra lalu menyusulnya, ia memeluk Riko.
"Tenang Rik. Tenang."
Zahra memeluk Riko, remaja itu menangis di pelukan Zahra.
***
Di kamarnya, Arlin sedang berteleponan dengan Remake, "Mas, aku minta warisannya yang banyak ya," ucap Arlin di telepon.
"Iya, nanti Mas kasih yang banyak buat kamu."
"Mas, aku pengen bobo sama Mas. Kangen sama Mas."
"Mas juga kangen sama kamu. Zahra sama Mira gimana sama kamu?"
"Dia mau nusuk aku pakai pisau tahu. Terus dia ngancam bunuh diri gitu."
"Nanti Mas marahin dia."
"Mas, ada bisnis bagus, nanti aku ajak Mas ke tempat bisnis ya."
"Boleh, nanti malam bisa."
"Bisa Mas, nanti malam kita ke sana. Dah."
"Dah."
Arlin menutup telepon dengan perasaan puas, ia bisa memanfaatkan pria yang menjadi sasarannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top