Chapter 14: Kekecewaan

Di rumahnya, Remake melihat barang-barang Arlin, ada kondom, ada beberapa buku ritual. Ia kemudian melihat ada topi di kamar itu, topi yang ia tahu milik Riko, ia pernah melihat Riko memakai topi itu.

Emosinya mendadak membara, mengapa ada topi Riko di kamar ini, padahal Riko ketika menempati rumahnya tidak tidur di sini, ia merasa dikhianati Arlin, ia menendang pintu sambil mengimpat-umpat, ia meledak-ledak.

Remake mencoba menelepon Arlin, tetapi tidak ada tanggapan, tidak ada jawaban dari selingkuhannya itu. Ia mencoba menelepon Riko, tidak ada jawaban juga. Kemarahan membara, ia keluar dari rumah, ia yakin Riko berada di rumah Viona, ia mencari penjelasan mengapa topi Riko berada di kamar yang sekarang ditempati Arlin.

"Kalau tuh anak ngapa-ngapain sama Arlin gue bunuh!" ucapnya marah, ia tidak kuat, lalu ia menangis. Mobilnya ngebut, sementara itu tangannya memukul-mukul setir karena saking kesalnya dengan keadaan.

***

Mira menarik Zahra, ia menariknya ke dapur, ia ingin bicara dengan kakaknya itu. "Kak, kita harus nyatuin kedua orangtua kita lagi, ini bahaya kalau dibiarin terus. "Aku nggak mau keluarga kita pecah."

"Kita usahain lagi. Sebenarnya kakak mau tapi kayaknya nggak bisa, kenapa perasaan kakak gak enak."

"Kita harus usaha Kak,"

"Gimana caranya?" Zahra kebingungan.

"Minta mama sama papa rujuk gitu,"

Tiba-tiba mereka mendengar sebuah mobil berhenti di depan rumah Viona, Remake keluar sambil meneriakkan nama Riko, seisi rumah kaget dengan teriakkan-teriakkan Remake.

"Riko! Dimana kamu?!" teriak Remake keras.

"Mas, ada apa Mas? nyariiin Riko?"

"Dia udah selingkuh sama—"

"Sama Arlin? Iya?" tiba-tiba Zahra keluar, ia menatap ayahnya dengan tajam.

"Ini bukan urusan kamu!"

"Jelas ini urusan aku! Kita harus kembali lagi jadi keluarga utuh! Arlin itu siluman ular Pa! Dia ular jahat!"

"Jangan sembarangan bicara kamu! Jaga mulut kamu ya!" bentak Remake.

"Mas! Nggak usah kasar sama Zahra!" sahut Jihan, ia marah kepada suaminya.

"Mas! udah! Aku tahu apa yang terjadi! Mas kena peletnya Arlin ,dia itu bikin Mas jadi rusak, jadi tidak akur sama suami Mas!" peringat Viona.

"Kamu jangan ikut campur, ini urusan keluarga saya, lebih baik kamu diam. Saya nggak akan kembali lagi sama Jihan."

"Lebih baik aku menikah sama Riko Dia lebih tahu aku daripada kamu! Lebih ngerti aku!"

"Jadi kamu suka sama keponakan kamu itu? Pantas saja tatapan kalian mesra sekali!"

"Papa harus rujuk sama Mama!" teriak Mira yang tadi sembunyi di dapur, ia menangis mendengar perdebatan kedua orangtuanya. Ia tidak mau orangtuanya berpisah.

"Kamu nggak usah maksa! Papa nggak cinta sama mama kamu lagi! Sudah! Saya mau Riko! Kamu harus tanggung jawab karena selingkuh sama Arlin!"

Riko yang melihat Remake marah-marah menghampirinya. "Saya dipelet Oom....saya hanya mencintai Tante Jihan, jadi Oom sebenarnya juga dipelet."

"Saa tidak percaya dengan ucapan-ucapan kam, jangan coba-coba menghindar dari tanggung jawab kamu.

"Saya tidak berbohong."

"Kamu jangan macam-macam!"

"Mas! Udah! Mama sama papa akan sakit di alam sana kalau keluarga besar kita hancur, tolong jangan seperti ini Mas!"

"Viona! Kamu itu tahu apa?! Kamu ini anak paling kecil, nggak tahu apa-apa!"

"Saya emang anak paling kecil Mas! Tapi Mas harus mengerti bahwa saya selalu menyayangi Mas, lebih baik kembali ke keluarga Mas lagi."

"Kamu jangan memerintah saya, saya adalah anak paling tertua,"

"Saya nggak salah...." Ucap Jihan tiba-tiba.

"Apa maksud kamu Jihan?"

"Aku dari dulu ingin harta warisan kamu, saya ingin hidup bersama Riko, saya nggak tahan sama kelakuan kamu dari dulu."

"Dasar wanita matre kamu, Jihan."

"Aku nggak matre, tapi nggak mau hidup sama pria kayak kamu, aku bisa gila!"

"Gila? Masuk sana saja rumah sakit jiwa! Mereka akan menampung kamu. Kamu bakal—"

"Aku akan bunuh kamu, Sayang, harta kamu buat aku!" teriak orang dari belakang sambil menusukkan kerisnya ke atas kepala Remake.

Jihan dan kedua anaknya berteriak, Rukta hendak menolong kakak iparnya tetapi diperingati oleh orang yang berada di hadapannya.

"Mas!" teriak Viona.

"Saya juga ingin harta itu! Tapi dia tahu saya sudah bertindihan sama Riko! Sayang sekali!"

"Papa!" Mira menghampiri jasad ayahnya yang tewas karena Arlin, tangis membasahi wajah Mira. "Kamu puas?! Kamu puas?!" teriaknya.

Arlin menampar wajah Mira, Zahra berlari lalu mengambil kursi hendak melempar Arlin, tetapi tubuhnya terpental.

Beberapa menit lalu

Arlin terbang, ia menerawang rumah Remake, ia tahu bahwa Remake menemukan topi Riko, lalu ia mengikuti Remake yang menuju rumah Viona. Ia mendarat lalu mengintai Remake yang marah, pada akhirnya ia masuk lalu menusuk Remake.

Arlin kabur setelah menusuk Remake, ia ke markas setan di mana di sana sudah ada Hagen. "Kita sudah menang, tinggalkan keluarga mereka, kamu tidak boleh terlihat lagi," ucap Hagen.

"Baik Madam," Arlin mengangguk.

***

Keesokan harinya, jasad Remake dimakamkan, tangisan-tangisan keluarga Remake terdengar ketika dimakamkan, Mira menangis hingga beberapa kali pingsan, anak itu masih tidak terima kalau ayahnya sudah tiada.

Ayu menyaksikan pemakaman itu dengan raut duka, ia harus membasmi sekte pemuja setan dan juga Arlin karena tugasnya belum selesai. Ia mendengar lantunan doa dipanjatkan mengiringi pemakaman Remake.

Jihan menghampiri Ayu, ia meminta agar Ayu membalaskan kematian Remake, Ayu mengangguk, lalu ketika pemakaman selesai ia pergi dan menyusun rencana untuk masuk ke dalam markas sekte pemuja setan.

Markas pemuja setan sangat luas, ia tidak boleh ceroboh, ia masuk ke dalam markas pemuja setan melalui pintu belakang, terlihat beberapa pengikut setan sedang mengobrol, lalu tiba-tiba mereka melihat ada seorang wanita cantik membawa pistol, tubuh mereka ditembak satu-persatu, sementara di dalam kamar, Hagen sedang membaca buku, pintu kamarnya digedor oleh salah satu pengikut sekte.

"Madam! Ada yang bawa pistol Madam!" teriaknya keras.

Hagen membika pintu, dilihatnya wajah pengikut setan itu, ia kemudia keluar , mereka sama-sama mencari orang yang membawa pistol itu.

"Mana orangnya? Siapa?"

"Saya nggak tahu Madam, pokoknya dia bawa pistol."

"Kamu jangan bercanda—"

"Itu adaa ulaaar!"

Suara desisan terdengar kencang, sesosok kobra, melata lalu menggigit kaki pemuja setan itu, dengan kekuatannya, Hagen mencoba membaca mantra, ia memanggil-manggil setan untuk menolongnya, tetapi ular itu menghindar lalu menghilang.

Suara tembakkan terdengar di salah satu ruang pemujaan, beberapa orang ditemukan tewas oleh penembak itu, ketika Hagen masuk, ia hanya menemukkan beberapa pemuja setan yang tewas ditembak.

Ia melihat darah berceceran di mana-mana, mayat-mayat bergeletakkan.

Ia mencoba mencari cara, ia membaca mantra agar ia bisa menemukkan orang yang menembak mereka tetapi ia dadanya malah diserang dari jarak jauh. Mulutnya muntah darah. Dadanya berdebar, ia pergi ke dapur kaku mengambil air putih.

Aku harus menghubungi Arlin.

***

Ayu kembali ke rumahnya, ia sudah harus merapikan lagi strategi untuk melawan para pemuja setan, ia tahu bahwa Arlin akan mendatanginya, ia harus waspada dengan serangan yang nanti mungkin ia dapatkan.

Ia membersihkan ujung pistol yang ia pakai untuk membunuh tadi, ia merasakan ada sayup-sayup desisan ular. Ia tahu dirinya akan dihantui, lalu ia membuat pagar gaib agar suara itu pergi. Lalu ia menelepon Jihan.

"Ibu bagaimana keadaan keluarga?"

"Mira masih menangis, ia masih tidak percaya kalau Pak Remake sudah pergi."

"Saya belum bisa menemukan Arlin, saya tidak tahu dia lari ke mana, saya yakin dia sedang mengumpulkan strategi untuk menghabisi saya.

"Ya sudah, saya harus menutup telepon, karena saya sedang berada di rumah Bu Viona, ada rapat keluarga."

"Baik Bu, terima kasih."

***

Keadaan di rumah Viona masih dalam keadaan duka, Viona dan juga Gerald duduk bersebelahan, kedua saudara kandung itu melihat wajah Jihan yang masih murung. Keadaan makin tidak baik, apalagi setelah Devon berteriak kepada Riko.

"Lo udah bikin malu keluarga! Lo rebut tante lo sendiri dari oom lo! Gila!" teriak Devon. Ia berdiri sambil menatap Riko tajam, ia ingin sekali menampar remaja itu.

"Devon... udah..." ucap Viona.

"Dasar gak tahu diri!" lanjut Devon.

Riko hanya terdiam tanpa bisa berkata apa-apa, dirina mengerti bila ia sudah bikin malu keluarga besarnya.

"Perlu gue panggil orangtua lo?" tanya Devon.

Riko hanya diam, sementara Viona dan Gerald serta Rukta sedang berpikir apa yang harus mereka lakukan setelahnya.

"Ini bisa viral, karena keluarga kita keluarga terpandang, tolong jaga moral kamu." Rukta tiba-tiba berkata.

"Maaf Oom, saya salah." Riko membalas

"Sudah jangan nyalahin Riko terus," bela Jihan.

"Memang dia salah," ujar Zahra.

"Lebih baik kalian pergi deh dari rumah ini daripada bikin malu."

"Kamu bisa diem ga?" tiba-tiba Zahra berkata kepada Devon. "Kakak udah muak, kakak minta maaf kalau keluarga kakak bikin malu, kita baru kehilangan Oom Remake, ngerti."

"Ya udah kalau gak mau dibantu," kata Devon dengan pongah.

"Saya tidak menolak bantuan kamu, tapi tolong ngerti keluarga kami," balas Zahra.

"Kok, jadi nyolot?"

"Sebentar, siapa yang nyolot? Gak ada."

"Udah gini, pertama daripada kita berdebat, lebih baik selesaikan satu persatu, pertama masalah kondisi keluarga kita, kita baru kehilangan Remake, dan yang kedua, kita nggak nyangka kalau ada masalah di keluarga ini yang disembunyikan," ucap Gerald.

Gerald bernapas sejenak lalu melanjutkan, "Ya....jadi saya minta kalian mengerti, memang kita semua gak nyangka masalah rumah tangga ada di keluarga salah satu anak dari Bu Sarah, kita tahu orangtua kita itu terkenal, punya bisnis batubara, dan kalau nama keluarga kita hancur, itu repot. Dan saya tidak menyangka kalau yang bermasalah rumah tangganya adalah keluarga Mas Remake. Saya akhirnya mau mengatakan kalau kalian sudah membuat malu keluarga. Saya khawatir jal seperti ini menjadi konsumsi jadi media massa."

"Lalu apa yang kalian inginkan? Membuang kami?" tanya Jihan.

"Tidak Jihan, tapi tolong tenang. Ya untuk sementara kalian jangan apa ya...."

"Muncul di media sosial begitu?"

Tiba-tiba ponsel Gerald berdering, ada telepon dari seorang wartawan televisi. Gerald mengangkat teleponnya.

"Halo, Mbak, kami tidak menerima wawancara untuk saat ini, maaf Mbak. Yan nanti kami hubungi Anda ya kembali. Terima kasih atas perhatiannya Mbak."

Gerald lalu menatap Jihan dan keluarganya, "Ini tadi ada telepon dari Creature TV katanya, mau wawancara, saya tolak, saya pengen tahu siapa yang membocorkan ini?"

"Saya nggak tahu," jawab Jihan.

"Saya tidak pernah mau kalau keluarga ini jatuh karena perselingkuhan, ini skandal yang harus diakhiri, karena udah bikin malu."

"Ya udah, kalau lo gak ngerti sama kita, ya udah kita pergi dari sini. Kita pulang!" ucap Jihan, ia ke atas untuk berkemas, tetapi Viona mengejar kakak iparnya itu karena merasa kasihan, ia tidak mau keutuhan keluarga pecah.

"Nanti, kita bilang ke Mas Gerald, jangan begini,"

"Gue udah muak dengan keluarga ini, gue capek."

"Sabar... sabar...."

"Gue gak bisa sabar lagi, gue mau pergi dari rumah ini, biarin kita pulang ke rumah kita."

Jihan dan keluarganya memutuskan keluar dari rumah Viona keadaan yang tidak kondusif lagi, Jihan sakit hati dengan perkataan Gerald, ketika mereka sampai rumah, mereka melihat rumah mereka sepi, suasana angker terasa di rumah mereka. Jihan membuka pintu, lalu anak-anaknya masuk bersama Riko.

"Kamu puas Rik?" bisik Zahra kepada Riko ketika mereka hendak masuk, rasa muak masih terasa di dadanya.

"Udahlah, jangan nyalahin gue terus," balas Riko dalam bisikkannya.

Mereka masuk ke dalam, terlihat lukisan keluarga dari Remake, mereka melihat lukisan itu dengan rasa duka, rasa sakit yang menjalar di hati, Jihan masuk ke kamarnya, ia menangis sendirian di kamarnya.

Riko merenung sendirian di sofa, ia duduk, lalu tiba-tiba Mita mengambil air minum untuknya. "Rik...."

"Mir,"

"Minum dulu Rik, lo pasti stress ngalamin ini semua, lo sabar ya."

"Maafin gue udah cium nyokap lo ya, gimana ya, gue udah suka lama dari dulu, waktu kita SMP."

"Itu udah lama, lo cinta banget ya sama nyokap gue?"

"Maafin gue ya,"

"Gue maafin,"

"Lo jangan salah paham ya, gue gak mau harta warisan buat lo dipegang sama bokap lo waktu itu, gue takut harta yang punya nyokap lo malah direbut Arlin,"

"Iya, gue ngerti,"

"Maafin gue ya..."

"Gue sayang lo Rik, lo sepupu gue, sering main bareng dari kecil, jangan sedih ya, gue selalu di samping lo. Gue pengen masak nggak, bareng gue?"

Riko mengangguk, mereka berdua langsung ke dapur, Mira menyalakan lagu, mereka masak berdua sambil loncat-loncat sambil bernyanyi.

Mira memasukkan daging wajan, sementara Riko memotong-motong bawang dan juga wortel, ketika masakkan jadi mereka berlari ke meja makan lalu makan berdua.

"Udah lama kita gak makan berdua ya,"

"Hahaha! Udah lama banget Mir."

"Besok kita main basket gimana Mir?"

"Boleh. Boleh gue setuju,"

"Lo mau nonton film ga? Gue bosen nih Rik,"

"Boleh, film apa?"

"Drakor!"

Mereka berdua menonton drakor, di tengah-tengah menonton drakor, Mira merasakan kehampaan, "Rik, gue tidur ya, lo nonton aja, gue mendadak pusing pengen bobo."

"Iya..."

***

Sementara itu Arlin tersenyum, ia merasa puas dengan perbuatannya, ia berhasil menghancurkan keluarga Remake apalagi membuat kuka di keluarga besar pebisnis batubara yang menjadi sasarannya.

Keluarga mereka sudah hancur! Mereka akan hancur sebentar lagi! Mereka bakal mati!

Arlin berkata dalam hati, ia mencoba berpikir cara melawan Ayu dan juga keluarga mereka, karena pasti mereka akan balik melawannya, ia harus membuat sebuah rencana untuk membuat hancur mereka.

Riko masih mencintai Jihan ia berpikir ia harus menghabisi Riko karena ia ingin kebahagiaan Jihan runtuh, ia harus mengambil nyawa remaja itu. Senyum licik terlihat di bibir Arlin, ia akan membunuh sasarannya.

***

Riko dan Mira pergi main basket bersama, Riko berlari mengambil bola, ia mendribble bola lalu melempar bola dan masuk, ke dalam rim. Ia tersenyum, lalu tertawa-tawa telah mengalahkan Mira.

"Gue mau masih main, gak mau nyerah, gue mau lawan lo lagi, gue mau lo—"

"Udah, lo ngaku aja kalah, lo udah kalah."

"Oke... ke warung yuk, beli minum," ajak Mira.

Mereka berdua ke warung, lalu Mira membawa botol mereka berdua di dalam plastik, Mira mengusap-usap minuman milik Riko. "Eh, duduk dulu yuk, ajak Mira.

"Yuk, gue haus."

Mira melihat Riko yang sedang minum air mineral yang dibeli olehnya tadi, bibirnya tersenyum kecil, ia perlahan melihat Riko yang mendadak kepalanya berat tak tertahankan, tiba-tiba mulutnya berair dadanya sesak.

"Gue sakit.... Mir...."

"Kenapa? Sakit?" balas Mira, tiba-tiba wajah Mira berubah perlahan menjadi wajah Arlin.

"Arlin?" rasa penasaran dan kebingungan menghantui Riko, sementara ia terbatuk-batuk, mulutnya lalu mengeluarkan busa.

"Mira lagi nyari bola basket yang hilang,"

"Itu bola basket...."

"Itu buatan aku, kenapa? Kaget ada aku?"

"Lin...."

"Ada racun di minum kamu, Sayang,"

"Kamu kenapa ada di sini?" napas Riko mulai tersengal-sengal dadanya semakin sakit. Dilihatnya Arlin yang tertawa meledeknya.

"Aku ular siluman bisa nyamar, aku udah jadi makhluk abadi sekarang, kurang kayaknya racunnya, aku tambahin," Arlin lalu berubah menjadi ular derik lalu melata, menggigit leher Riko, tangan Riko berhetar, ia jatuh dari tempat duduknya, ular itu mengoyak-oyak bajunya dengan keras.

Riko yang terluka berlari-lari tetapi Arlin melempar tiga ular derik dan dua ular black mamba dari tangannya. Riko terjatuh ke got, ular itu menghabisinya di got, bau got bercampur dengan darah-darah milik Riko.

"Ayo ular-ular ke rumah warga, habisi sekalian warga—"

Tiba-tiba panggilan seseorang terdengar di telinganya, sesosok wanita terlihat di belakangnya melempar pisau, ia adalah Ayu. Arlin loncat menghindar.

"Heh! Jangan bodoh! Lo mau apa?"

"Apa.... Yang lo lakuin?"

"Bunuh Riko."

"Kamu udah bunuh orang banyak Lin,"

"Belum, belum banyak, butuh korban lebih banyak lagi, seperti dia!" Arlin menunjuk got di mana jasad Riko berada, lalu Arlin menghilang begitu saja

Ayu kemudian menggerakkan tangannya, ia kemudian mengeluarkan ular-ular yang dikirimkan Arlin, lalu ular itu mati di hadapannya, ia melakukan itu karena tidak mau ular-ular itu masuk ke rumah warga.

***

Ayu ke rumah Remake, sementara di rumah Remake, Mira mencari-cari Riko,

"Riko! Riko!" panggilnya.

"Riko bukannya main basket sama kamu?"

"Riko tadi sama kamu pamit sama mama-mama, beberapa...."

Tiba-tiba Ayu muncul di depan rumah Remake, ia mengetuk pintu, Mira membuka pintu rumah dan dia terkaget-kaget melihat jasad Riko yang dibawa Ayu,

"Rikoooo!" Mira berteriak-teriak karena melihat Riko yang berdarah-darah seluruh badannya, ia menangis sambil menerjerit keras.

"Riko!!!" teriak Jihan, "Kenapa dia? Riko!"

"Arlin meracuninya,"

"Arlin...."

"Saya tidak sempat menyelamatkannya, saya terbangun ketika ada suara teriakkan Riko,"

"Tidak apa-apa, ini bukan salah kamu, ini salah Arlin! Cari Arlin!" perintah Jihan di dalam tangisannya karena kehilangan Riko.

Zahra yang keluar dari kamar mandi kaget ketika melihat ada sesosok jasad di rumahnya, ia melihat ibunya dan adiknya memanggil nama Riko.

"Ya Tuhan, Riko!" Zahra menjatuhkan handuknya lalu berlari ke arah ibu dan adiknya.

"Rik Bangun! Maafin Kakak, Rikooo!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top