Chapter 4: Keangkeran
Restoran, Jakarta Timur
16:30 WIB
Danu masuk ke dalam restoran berlatar Cina, ia melihat di salah satu meja, Ferdi sedang menunggunya, lalu Ia menyapa pria itu dan mereka bercipika-cipiki.
"Haaloo!" mereka saling berpelukan.
Ferdi adalah pria bermata sipit, ia memakai kaos berwarna merah, ada sebuah nama band besar di bajunya. Celananya jeans berwarna biru . Ia duduk berhadap-hadapan dengan Danu, lelaki Jawa berwajah tampan.
"Kamu kenapa Danu?" pria sipit itu bertanya penuh dengan penasaran.
"Aku mukul temanku Mas sampe dia harus operasi."
"Oh Tuhaan. Kok bisa?"
"Aku kesal dengan teman-temanku yang sedang berkelahi, aku kena tumpahan kopi. Bajuku jadi kotor Mas! Aku juga baru patah hati! Gatef
memilih Arlin sebagai kekasihnya. Padahal aku sudah merayunya. Aku ingin bersamanya."
"Kamu harus sabar." Ferdi menatap iba kepada pria di hadapannya. Lelaki yang lebih tua 2 tahun dari Danu itu menggenggam erat tangan lawan bicaranya.
Danu menangis, isak tangis keluar dari mulutnya. Air mata membanjiri wajahnya. Beberapa pengunjung melirik kedua pria itu.
"Kamu minum dulu ya." Ferdi memanggil pelayan. Ia memesankan teh hangat untuk mereka berdua.
Ferdi mencoba menenangkan Danu yang memukul-mukul meja dengan keras.
"Hetero bikin gue muak!" teriaknya.
"Danu.... Jangan seperti itu. Kamu harus sabar."
"Aku harus merebut Gatef!" teriaknya. Salah satu pelayan restoran melihat perilaku Danu. Pelayan itu bergidik lalu menuju dapur karena tidak nyaman melihat pelanggannya. Beberapa menit berlalu, seorang pelayan wanita berambut panjang mengantarkan pesanan mereka. Kedua pria itu meninum teh hangat, Danu berdiam diri sementara Ferdi mengusap-usap pundak pria di hadapannya.
"Aku suka sedih ingat orangtuaku ga merestui kita."
"Udah Danu. Mas udah move on."
"Maafin aku Mas gak bisa nikah sama kamu."
"Iyaa.... jangan ngomongin ini di sini."
"Mas, aku malas pulang. Boleh aku nginep?"
"Boleh."
Danu menghampiri tempat duduk Ferdi lalu memeluknya dan mencium pipi pria itu. Beberapa pengunjung membicarakan mereka. Danu mendengar salah satu pengunjung membicarakan mereka. Lalu tiba-tiba Danu melempar sendok kepada mereka.
"Eh anjing lo ya! Ngomong apa lo?!" bentak Danu yang menghampiri mereka. Danu menatap seorang pemuda berwajah campuran Cina.
"Lo sana maho!" teriak orang itu.
"Jangan macam-macam lo ya. Apa lo?!"
"Sana lo pergi sana minta hujan batu."
BRUUK!
Pukulan dilayangkan Danu, mulut pria itu berdarah, ia meringis kesakitan, Danu melototi teman-temannya. Para pengunjung melihat kejaduan di depan mereka. Danu memaki-maki mereka, Ferdi bangkit dari tempat duduknya lalu memegang tubuh Danu dari belakang.
"Danu.... Cukup." ucap Ferdi.
"Hetero bangsat!" umpat Danu.
Ferdi menyeret Danu ke tempat duduk, Danu pun duduk sementara Ferdi membayar minuman yang mereka pesan. Ferdi mengajak Danu untuk pergi dari restoran itu.
"Danu! Kamu gila! Kalau kamu dilaporkan ke polisi gimana?!" omel Ferdi ketika mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Ferdi.
"Aku kesal dengan mereka!"teriaknya.
"Tapi kamu terlalu emosional Danu."
Danu diam diomeli mantan kekasihnya itu. Ia menggerutu di dalam hati. Ia melihat ke jalan, sementara Ferdi konsentrasi untuk menyetir.
Rumah Mawar, Jakarta Selatan
Pukul 19:00 WIB
Di sebuah kamar yang luas, terdapat sebuah poster Selena Gomez tepat di dinding yang berada di atas tempat tidur Mawar. Di kasur, sang pemilik kamar sedang mengerjakan tugas bersama kedua sahabatnya, Retha dan Fave.
Mereka bertiga mengerjakan tugas Bahasa Indonesia, di tengah-tengah belajar, mereka mengobrol tentang kejadian tadi pagi.
"Parah banget tadi Danu mukul Arzi sampe harus dioperasi." kata Fave.
"Gue pelototin dia tadi. Soalnya dia keterlaluan banget." Mawar berkata.
"Gue ke kamar mandi dulu ya." Retha bangkit dari baringnya, ia berjalan keluar kamar, menuju kamar mandi. Sayup-sayup terdengar suara perempuan tertawa cekikikan. Retha berhenti sejenak, lalu ia melihat ke belakang, sebuah suara serta angin sedikit berhembus. Gadis itu menyalakan lampu lalu membuka pintu kamar mandi, perlahan-lahan ia masuk ke dalam. Di dalam, ia hendak duduk untuk membuang air kecil, tiba-tiba, ada suara seperti letusan di bawah lantai.
Bulu kuduknya berdiri, ia berdiri mematung karena takut, ia memutuskan untuk membuang hajatnya. Di dalam kamar mandi tiba-tiba ada tawa melengking, tidak terlihat sosok yang tertawa. Detak jantung Retha berdetak cepat. Ia kemudian menekan tombol flash di belakangnya, lalu ia cebok dan memakai celana kembali.
Ia berlari dari kamar mandi menuju kamar Mawar sambil memasang wajah ketakutan.
"Di kamar mandi ada suara cewek ketawa." ucap Retha dengan wajah pucat.
"Di kamar mandi?" Fave memasang wajah penasaran.
"Di kamar mandi sini emang kadang suka ada hantunya jam segini. Kadang suka muncul. Pembantu gue beberapa hari yang lalu lihat ibu-ibu di kamar mandi penuh dengan darah. Shower yang buat mandi tuh keluarnya darah bukan air. Jadi dia kan mau ambil cucian di kamar mandi, pas pembantu gue buka kamar mandi, ada ibu mukanya hancur gitu. Mukanya berdarah, jidat sama kepalanya bolong." cerita Mawar
"Dia meninggalnya kenapa?" tanya Retha, giginya gemetaran, matanya masih pucat.
"Katanya warga sini sih dia dipukul sama suaminya pake botol minuman keras, terus dia ditinggal aja."
"Suaminya ditangkap ga?" Fave bertanya.
"Suaminya kabur dari Jakarta, nggak tahu gimana ceritanya lagi. Kalau pengalaman serem gue, gue tuh pernah lihat pocong melotot gitu di dekat TV. Matanya melotot gitu ke gue. Gue kan lagi mati-matiin lampu. Tiba-tiba muncul pocong dan mulutnya itu penuh darah gitu. Gue lari ke kamar. Gue ambil selimut. Gue baca doa."
"Serem banget War. Gue bentar lagi balik ya." kata Retha.
"Gue nginep ya War. Ibu gue malam ini mau keluar kota. Ada urusan."
"Oke. Lo nanti mau masak mie rebus bareng gue ga Fave?" tanya Mawar.
"Iya. Gue pake telor ya."
"Banyak stoknya gue."
Retha membuka aplikasi ojek online melalui ponselnya, ia memesan ojek dari rumah Mawar, tujuannya adalah rumahnya.
Ia menunggu selama delapan menit, ojek pun sampai rumah Mawar, Retha pamit kepada Mawar dan Fave, ia menuju ojek, lalu memakai helm. Mawar dan Fave melambaikan tangan di halaman rumah. Setelah itu, mereka berdua kembali ke dalam rumah.
Fave kebelet kencing, ia berlari menyalakan lampu kamar mandi, sementara Mawar menuju ke dapur. Sang pemilik rumah membuka kulkas, ia mengambil telur dan memasaknya, ketika sedang menunggu telur matang, ia membuka lemari berwarna hitam lalu mengambil dua bungkus mie rebus.
Ia mengambil sebuah panci, dan mengisinya dengan air. Mawar menggunting dua bungkus mie.
Tiba-tiba ada sesosok pocong melayang di balik jendela, Mawar bergidik. Ia menuju jendela lalu ingin memeriksa keadaan di luar, tetapi ia tidak melihat apa-apa.
"Mawar." Fave masuk ke dalam dapur, ia melihat sahabatnya sedang memasak.
"Gue lagi masak nih."
Mawar mengaduk mie rebus di dalam panci, Fave membantu Mawar, sambil masak mereka mengobrol berdua.
***
Rumah Ferdi, Jakarta Timur
Pukul 01:00 WIB
Angin berhembus di dalam jampi-jampi, masuk ke dalam rumah Ferdi, di dalam, dua orang lelaki bertelanjang dada sedang tidur sambil berpelukan. Di dalam hembusan-hembusan jampi, sesosok Kuntilanak muncul ke arah tempat tidur, ditekanlah perut salah satu dari mereka.
Danu terbangun di tengah malam, ia memegang lehernya, tiba-tiba mulutnya mengeluarkan darah. Wajahnya berubah ketakutan.
Ngondeeeek.....ngondeeek.....
Suara itu masuk ke dalam telinga Danu, ia menoleh ke samping kanan dan kiri. Di samping kirinya, ada Ferdi yang sedang tidur. Pria itu tidur nyenyak, ia mencoba membangunkan Ferdi, tetapi tiba-tiba tangannya kaku. Mulutnya tertahan. Badannya diserang dengan kekuatan dari luar, Danu terjatuh ke lantai.
Ia mencoba bangkit dari jatuhnya, di depannya, ia melihat sebuah bola api berjalan ke arahnya, ia loncat lalu menghindar.
DUAAAAR!
Sebuah suara keras memenuhi kamar. Ferdi terbangun, ia panik ketika melihat api memenuhi kamar.
"Ada apa Danu?" Ferdi kaget.
"APIII!" teriak Danu.
"Kenapa bisa ada api?"
"Aku nggak tahu."
"Keluar sekarang!"
Mereka berdua keluar dari kamar. Ferdi mengambil sebuah alat prmadam api. Ia menyemprotkan ke api yang menjalar ke tempat tidur.
"Aku pengen muntah." kata Danu sambil menahan sakit. Ia menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi Danu berteriak kencang.
"Aaaaaah! AAAAAAH!" badannya seperti terbakar, muntahan darah keluar dari mulutnya.
Di luar kamar mandi Ferdi mengetuk pintu. Teriakkan Danu sangat kencang, Ferdi kebingungan lalu menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Danu. Kamu kenapa Danu?!"
Badan Danu terlempar, badannya membentur wastafel. Ferdi mendobrak pintu. Pintu hancur. Ia menarik tangan Danu dan membantunya berjalan menuju sofa si ruang tamu.
"Kita ke rumah sakit ya?"
"Aku takut Mas. Panggil aja dokternya ke rumah Mas."
"Aku telepon dulu dokternya."
"Iya Mas."
***
Rumah Arlin, Jakarta Pusat
Pukul 01: 30 WIB
Arlin melakukan ritual pengiriman paku-paku tajam di hadapannya ke dalam tubuh Danu, jampi-jampi dibacanya. Paku-paku itu meluncur terbang masuk ke dalam tubuh Danu. Korban Arlin yang ngondek itu memegang perutnya. Darah mengalir dari mulutnya. Teriakkan-teriakkan Danu membuat Arlin tersenyum puas di kamarnya. Remaja perempuan itu membaca jampi lalu memasukkan sebuah pecahan kaca ke sela-sela gigi korbannya.
Gigi Danu bersuara gemeretak, Danu memegang giginya. Ia merasa sakit. Sebuah pecahan kaca penuh darah ia ambil dari mulutnya.Lelaki yang berbaring di sofa itu dibuat sakit oleh Arlin dengan jampi-jampian. Tubuhnya jatuh dari sofa. Danu menahan pusing, lalu pingsan di dekat sofa.
Mati looo! Makanya jangan main-main sama gue. Gatef milik gue.
Arlin menyelesaikan ritualnya, sebuah chat dari Gatrf masuk ke dalam ponselnya.
Gatef : Aku belum bisa bobo.
Arlin: Aku juga.
Gatef: Aku boleh ke rumah kamu gak besok. Nginep abis pulang sekolah?
Arlin: Boleh.
Gatef: Sampe besok. I love you.
Arlin: I love you too.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top