Chapter 1: Awal Cinta
Chapter 1: Awal Cinta
Oktober Tahun 2017
Sekolah Menengah Atas, Jakarta Pusat
07:00 WIB
Arlin berjalan di lorong sekolah pagi hari yang cerah menuju ke kelasnya, ia melewati lapangan sekolah dan beberapa kelas. Remaja berambut panjang hitam itu memaki seragam putih abu-abu, tasnya berwarna hitam. Ketika ia melewati ruang guru, tak sengaja ia melihat wali kelasnya yang tampan dan tinggi, kumisnya tipis begitu pula dengan janggutnya. Pria itu sedang melihat ke arah lapangan sekolah. Remaja wanita berpakaian putih abu dan berambut panjang lurus itu menyapa Pak Aryo, wali kelasnya.
"Pagi Pak," sapa Arlin.
Pria berambut pendek lurus yang memakai kemeja putih menoleh lalu membalas sapaan siswinya.
"Pagi."
"Apa kabar Pak? Nanti ulangan ya?"
"Iya, sudah belajar belum?"
"Iya Pak. Sudah."
"Bagus. Kamu udah sarapan?" tanya pria berusia 35 tahun itu.
"Udah Pak."
"Sebentar lagi bel. Kamu segera masuk ke kelas ya."
"Siap Pak."
Gadis itu masuk ke dalam kelas berpintu cokelat, ia melangkahkan kakinya ke dalam dan melihat di sana sudah ada beberapa murid yang tidur dan ada juga yang sedang mendengarkan musik lewat earphone mereka di ponselnya masing-masing.
Arlin duduk di salah satu bangku berwarna cokelat, di sebelahnya ada Gatef, teman sebangkunya yang berwajah campuran India-Indonesia sedang mendengarkan lagu bollywood. Hidung lelaki itu berhidung mancung, matanya lentik, rambutnya hitam dan pendek.
Gatef." Arlin mencolek teman sebangkunya.
Gatef melepaskan earphone miliknya.
"Iya Arlin. Kenapa?" jawab Gatef.
"Nanti makan yuk di kantin."
"Boleh. Tumben ajak makan kenapa?"
"Gue mau ngomongin tugas."
"Nanti ya, kita makan."
"Oke."
Arlin melihat-lihat ponselnya yang berisi materi untk ujian hingga bel berbunyi. Para murid masuk ke dalam kelas, suara kaki para murid terdengar. Gadis itu meletakkan ponsel miliknya lalu ia mengambil botol minuman bergambar Darth Vader dari tasnya. Beberapa menit berlalu, seorang pria berbadan tinggi memasuki kelas, Pak Aryo mengucapkan salam kepada para muridnya.
Pria itu duduk di meja guru sambil mengisi absen, ia menyebutkan nama satu-persatu. Selesai mengabsen Pak Aryo berdiri.
"Hari ini kita akan ulangan harian, saya akan memberikan ujian dan lembar jawaban ke meja kalian." Pak Aryo mengambil kertas-kertas di mejanya lalu melangkahkan kaki ke meja murid-muridnya.
Ganteng banget. Gue pengen ngusap punggungnya. Arlin berkata dalam hati.
Ketika Pak Aryo sampai di meja Arlin, gadis itu tegang, ia menerima kertas-kertas yang diberikan gurunya.
"Terima kasih." ucap Arlin sambil tersenyum. Lalu ia menoleh kepada Gatef yang diberikan kertas oleh Pak Aryo, ia memandangi wajah Gatef, ia suka mata dan hidungnya.
Gatef mengangguk dan berterima kasih kepada Pak Aryo, ia mulai membuka-buka lembar soal ujian. Gatef menuliskan namanya di lembar ujian itu, sementara Arlin melihat-lihat seisi kelas, lalu melihat ke lembar soal miliknya. Arlin mengisi namanya lalu mulai mengerjakan soal. Sesekali ia melihat wajah Pak Aryo yang sedang membaca bukunya, sebuah buku pelajaran sejarah ia pegang dengan kedua tangannya. Mukanya serius sambil mencatat hal-hal yang penting untuk ia terangkan ke murid-muridnya untuk pertemuan selanjutnya.
Sejam kemudian bel istirahat berbunyi, para murid maju ke depan ke meja guru untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar ujian. Pak Aryo menerimanya, ketika Arlin mengumpulkan lembar soal dan ujian miliknya ia tersenyum kepada Pak Aryo, ia memperhatikan mata indah Pak Aryo.
"Ini Pak."
"Terima kasih."
Arlin membalikkan badan lalu menghampiri Gatef untuk mengajaknya ke kantin. Gatef dan Arlin keluar dari kelas, mereka berdua berjalan bersama ke kantin melewati lapangan sekolah yang dipenuhi anak yang sedang bermain bola. Mereka pun ke area belakang, di sana ada kantin, yang sangat luas. Banyak sekali meja untuk makan di kantin tersebut. Sesampainya di kantin, tak sengaja mereka berpapasan dengan seorang lelaki tinggi berbando yang bergaya ngondek, ia adalah anak jurusan IPS bernama Danu.
"Haaay, Abang Gatef. Mau ke mana sama Neng Arlin. Pasti mau makan yeey. Ya gak sih?!"
"Iya, kita mau makan mie ayam." Arlin menjawab.
"Eh, eike cemburu deeng. Awas yaa rebut Gatef dari eike. Eike mau ke salon abis sekolah sama Gatef. Mau kerimbat bareeng."
"Cerewet lo." Arlin berkata dengan kesal.
"Kita udah dijodohin kali. Kita ke salon ya Sayang nanti ya." Danu mengusap pipi Gatef dengan tangannya yang halus. Gatef menggelengkan kepalanya untuk menghindar dari belaian Danu, Arlin memberikan kode kepada Gatef untuk mencari tempat duduk, mereka duduk bersebelahan di sebuah bangku panjang. Arlin memanggil ibu kantin.
"Mie ayamnya dua Mbok."
"Iya Non. Sebentar." jawab ibu tua berdaster merah.
"Arlin, gue ke kamar mandi dulu ya, gue kebelet."
"Iya, gue tunggu."
Gatef bangkit dari kursi lalu menuju ke kamar mandi, lelaki itu masuk ke bilik kamar mandi lalu membuang air kencing. Ketika menunggu mie ayam mereka, Arlin menggunakan kekuatannya, ia mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menerawang Gatef, ia melihat Gatef sedang buang air kecil di kamar mandi. Lalu gadis itu masuk ke dalam pikiran Gatef hingga lelaki berhidung mancung merasakan kekalutan, tiba-tiba merasakan sebuah gairah dalam dadanya, tiba-tiba ia membayangkan wajah Arlin, sebuah cairan putih keluar ketika ia memegang batang miliknya.
Gatef mengumpat di dalam bilik kamar mandi, ia lalu membersihkan batangnya serta celana dalamnya dengan cipratan air keran lalu memakai celana dalamnya.
"Basah celana gue. AH!" umpatnya sambil melihat celananya abunya yang basah, ia merasakan celana dalamnya lengket karena ada sisa cairan yang keluar. Lelaki itu keluar dari kamar mandi lalu kembali ke kantin. Mie ayamnya dan Arlin sudah sampai, ia merasa tidak nyaman dengan Arlin karena celananya basah.
"Ar, sorry celana gue basah."
"Nggak apa-apa kok. Duduk sini," ajak Arlin.
Gatef duduk di sebelah Arlin.
Sesekali Gatef melihat Arlin yang sedang makan di sebelahnya, ia berusaha konsentrasi memakan makanannya sendiri. Gatef membuka pembicaraan dengan menanyakan tugas.
"Lo udah ngerjain tugas kimia?"
"Belum. Makanya gue mau tanya. Lo udah kerjain tugas bab 3?"
"Udah Lin."
"Gue masih gak ngerti sih, tapi gue mau baca lagi."
Lin, gue mau ngajak lo jalan ke mall boleh, hari Sabtu."
"Boleh. Ke mall mana?
"Grand Indonesia."
"Kita aja?"
"Iya Lin. Gue mau ajak lo dinner."
"Gue pakai baju apa ya?"
"Pake casual aja," usul Gatef.
"Gue pake denim aja deh."
Gatef mengangguk, ia merasakan ada hal yang berbeda yang ia rasakan di hatinya, ia menyelesaikan makannya lalu mengeluarkan uang untuk membayar mie ayam. Arlin memegang dengan keras tangan Gatef lalu menatap mata lelaki itu.
"Gue aja yang bayar Gat."
"Nggak ah Lin. Gak enak."
"Gue aja. Gue aja yang bayar." Arlin bangkit dari kursinya lalu membayarkan sejumlah uang ke mbok yang menjual mie ayam.
"Lin, thanks ya."
"You are welcome."
"Abis ini lo mau ngapain?" Arlin bertanya.
"Gue bingung, celana gue basah sumpah. Gak ada ganti. Gue harus beli celana lagi." Gatef masih kesal dengan kejadian di kamar mandi.
"Gue temenin lo ya, ke koperasi?"
"Oke deh. Yuk Lin."
Mereka berdua pergi ke koperasi, mereka membuka pintu koperasi, Gatef menemui petugas koperasi.
"Pak, saya ingin membeli celana abu-abu. Celana saya basah. Ukuran L ya."
"Sebentar. Saya ambil dulu celananya."
Bapak separuh baya bertopi masuk ke dalam sebuah ruangan berpintu cokelat dan mencari-cari celana di sebuah rak berwarna hijau. Dua menit berlalu, bapak itu menemui Gatef kembali dan memberikan celana abu-abu berukuran L.
"Ini Mas."
"Terima kasih ya Pak. Ini uangnya."
Gatef mengajak Arlin keluar dari koperasi, mereka menuju ke kelas, di perjalanan mereka melihat Mawar di taman sekolah yang penuh dengan rumput. Ada beberapa kursi panjang untuk duduk. Mawar, anak kelas 12 IPS II sedang bersama Danu, teman sekelasnya. Mawar, gadis berambut panjang menggunting sebuah artikel di koran sementara Danu membuka lembaran-lembaran koran lain.
"Kalian ngapain?"
"Lagi nyari bahan buat mading." jawab Mawar.
"Kapan ada di mading?"
"Besok. Oh ya, bentar lagi kan ada pendaftaran OSIS, lo mau ikut ga Ar?"
"Gue belum tertarik. Gue lagi siap-siap buat lomba ngedance."
"Eike ikut doong! Eskul menari." Danu menimpali.
"Lo joget gih sana depan kantor guru sambil minta sumbangan." perintah Arlin.
"Apa sih ngeselin. Gatef ayo joget yuk. Sama eike." Danu berdiri lalu berjoget-joget di hadapan Gatef, ia menggoyang-goyangkan pantatnya.
"Udah-udah sana." Gatef memberikan gestur mengusir.
"Apa sih Gatef ngeselin aja."
"Norak lo ah. Gat, ayo ke kelas."
"Gue kamar mandi dulu deh. Lo temenin gue deh. Tungguin." Gatef berbicara kepada Arlin.
"Gue tungguin di luar."
Gatef masuk ke dalam kamar mandi cowok sementara di luar Arlin emnunggu bersandar di tembok dekat kamar mandi cewek. Arlin menggunakan kekuatannya lagi, mantra ilmu jaran goyang ia baca, saat ia membaca mantra tersebut, di kamar mandi, Gatef merasakan desiran gairah di dadanya, ia lalu mengganti celananya dengan celana baru. Gatef keluar dari kamar mandi, ia berjalan dan melihat Arlin sedang bersandar di tembok, ia memanggilnya, Arlin lalu merangkul leher Gatef dengan tangan kanannya, lalu mereka berjalan berdua.
Pukul 13:00 WIB
Saat jam pulang sekolah Gatef keluar bersama Arlin, mereka berpisah, Arlin menuju aula sekolah di sana sudah ada Pak Aryo yang akan melatih para murid yang mengikuti eskul menari. Arlin masuk ke dalam aula. Di aula ada kamar mandi pria dan wanita, Arlin membuka tasnya lalu mengambil T-shirt berwarna putih serta celana training berwarna hitam, ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi wanita dan memakai baju. Usai mengganti baju ia keluar da kamar mandi lalu melakukan pemanasan bersama teman-temannya yang dipimpin oleh Pak Aryo. Gadis itu sesekali menoleh kepada guru yang ia taksir, ia akan memikat gurunya, ketika pemanasan ia sedikit berkomat-kamit menjadikan wali kelasnya itu sebagai sasarannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top