5. Rutinitas
Namanya juga rutinitas. Makanya rutinitas yang dijalani Runa ya begitu-begitu saja tiap hari. Kalau tiap hari berubah-ubah, namanya bukan rutinitas, tapi janji lelaki.
Tiap harinya, Runa selalu bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan. Meski memiliki asisten rumah tangga, tapi suami dan anak-anaknya lebih memilih masakannya. Apalagi anak-anaknya sangat pemilih terhadap makanan. Siti Fajriyah, sang asisten rumah tangganya adalah gadis muda yang cekatan, namun kemampuan memasaknya belum dapat sebanding dengan tuntutan menu yang diinginkan Risyad dan Rumaisha. Jangan lupakan fakta bahwa kedua anak itu mudah bosan terhadap makanan, sehingga Runa harus memutar otak untuk variasi menu dan variasi tampilan bekal sekolah sehingga anak-anaknya tetap mau makan. Itu mengapa tiap hari Runa sendiri yang menyiapkan makanan untuk sekeluarga.
Raka, suaminya, tiap Senin pagi ada rapat departemen. Tiap Rabu pagi mendapatkan giliran jaga di ruang VK (ruang bersalin), dan NICU. Dan Sabtu pagi ada jadwal praktik di poli anak. Itu mengapa tiap Senin, Rabu dan Sabtu, sarapan dan kotak bekal makan siang sudah harus siap pada jam 5 pagi. Pada hari lain, meski Raka tidak berangkat pagi-pagi sekali, sarapan dan bekal makan siang untuk Risyad dan Rumaisha harus sudah siap pada jam 6 pagi.
Setelah memasak pagi selesai, Runa akan langsung sibuk membangunkan dan menyiapkan anak-anaknya untuk sekolah. Mulai dari bangun, mandi, sholat Subuh, berpakaian, hingga menyiapkan tas sekolah. Terutama Risyad, yang meski kini kondisinya sudah jauh membaik dalam hal konsentrasi terhadap hal detil, tapi kadang masih juga slebor soal tas sekolah. Ada saja buku tugas atau perlengkapan sekolah yang tertinggal. Supaya praktis, Runa bisa saja selalu membantu Risyad menyiapkan isi tas sekolahnya tiap hari. Tapi jika demikian, selamanya Risyad tidak akan bisa jadi orang yang bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Itu mengapa meski repot, Runa selalu dengan sabar menemani Risyad mengulangi rutinitas tiap pagi untuk mengecek perlengkapan sekolahnya sebelum berangkat.
Jam 6.15 Runa sudah harus siap di balik kemudi mobil dan mengantar anak-anak ke sekolah. Sesampainya di sekolah, Runa tidak bisa langsung kembali pulang. Karena jadwal masuk sekolah Rumaisha sebenarnya adalah jam 8 pagi, 1 jam lebih siang dibanding jadwal Risyad, maka Runa masih harus menunggui Rumaisha hingga gadis kecil itu masuk ke dalam kelas.
Selewat jam 8 pagi, barulah Runa memiliki waktu yang agak senggang. Dia punya waktu 3 jam, hingga jam 11 siang, sampai Rumaisha pulang sekolah. Biasanya ia memanfaatkan waktu ini untuk berbelanja, mencoba resep masakan baru untuk Risyad dan Rumaisha, bersantai menonton drama Korea atau untuk hobinya menulis. Karena setelah anak-anak pulang sekolah, Runa tidak akan punya waktu sendiri. Dia akan sibuk kembali membersamai anak-anak makan siang, tidur siang, mengaji, bermain, belajar dan mengerjakan tugas sekolah hingga makan malam dan anak-anak terlelap kembali.
Itu mengapa saat Prima Ganesha beberapa kali mengajaknya bertemu, Runa selalu mengelak karena jadwalnya memang sesibuk itu. Saat akhir pekanpun, otomatis seluruh waktu Runa adalah untuk anak-anaknya. Itu mengapa ketika Ganes mengajak bertemu di hari Sabtu, Runa justru menawarkan bertemu di hari kerja saat coffee time, karena ia memang hanya punya waktu kosong selama 3 jam di hari kerja, dari jam 8 pagi sampai jam 11 siang.
* * *
Restoran tempat Runa janji bertemu dengan Ganes masih sepi ketika ia tiba pukul 8.30, 30 menit sebelum waktu janjian mereka. Itu adalah sebuah restoran cepat saji 24 jam. Hanya ada beberapa pengunjung pada jam sepagi itu. Dua orang muda-mudi yang tampak seperti mahasiswa duduk di pinggir ruangan. Hanya memesan beberapa menu, dan sibuk dengan laptop dan kertas-kertas yang berserakan di antara mereka. Biasanya pengunjung seperti ini memanfaatkan fasilitas wifi gratis di restoran untuk mengerjakan tugas.
Ada juga dua orang perempuan, barangkali 20-30 tahunan dengan balutan pakaian formal, yang sedang ngobrol di tengah ruangan. Barangkali mereka karyawan di perusahaan yang kantornya di dekat restoran tersebut, sedang sarapan.
Runa memesan secangkir coklat panas dan apple pie di kasir, lalu melangkah menuju salah satu meja di dekat dinding kaca. Dari kursi itu, ia bisa menatap langsung ke pintu masuk, jadi ia bisa memantau siapa saja pengunjung yang datang. Dari dinding kaca itu, ia juga bisa melihat keluar restoran. Meski hanya pemandangan lalu lintas yang terkadang macet, memandang keluar ruangan kadang berhasil melegakan pikiran.
Runa meletakkan nampan berisi coklat panas dan pie apelnya di meja yang ditujunya, lalu duduk di sana. Beberapa meja di balik punggungnya, ada seorang lelaki berambut gondrong duduk sendirian juga, ditemani secangkir kopi dan sibuk dengan laptop di hadapannya. Memang posisi di pinggir dinding kaca ini cocok untuk seseorang yang datang sendirian tanpa teman ngobrol. Pemandangan di luar lumayan dapat mengalihkan kebosanan. Duduk sambil memandang keluar juga memberi kesan bahwa seseorang sedang menunggu kedatangan temannya, sehingga meminimalkan orang lain memandang aneh kepada orang yang datang sendirian ke tempat makan seperti ini.
Sambil menikmati apple pie nya pelan-pelan, Runa mengecek aplikasi Madam Rose di ponselnya. Belum ada pesan baru dari Ganes. Ini memang masih 30 menit sebelum waktu janjian, sehingga Runa tidak merasa perlu menghubungi sekarang. Nanti kesannya ia tidak sabar bertemu dengan lelaki itu. Jadi Runa memutuskan menunggu saja sampai jam 9 nanti.
Sambil menunggu waktu, tadinya Runa ingin melanjutkan draft novel yang sedang ditulisnya. Tapi perhatiannya teralih pada grup WhatsApp wali murid kelas 1.
Mama Yuri: Bunda Risyad, makasii ya bekal snacknya buat Yuri. Yuri suka bgt lho 😘
Percakapan pagi ini di grup itu dimulai dengan mention dari ibunya Yuri yang diiringi sebuah foto. Itu merupakan kumpulan beberapa foto kotak snack Yuri selama beberapa hari ini.
Ibunya Yuri bekerja di sebuah bank sehingga jarang berinteraksi dengan ibu-ibu lain yang biasa menjemput anaknya di sekolah. Runa hanya beberapa kali bertemu ibunya Yuri saat mengantar Risyad dan Rumaisha di pagi hari, dan saat mengambil rapor. Tapi di luar pertemuan tatap muka itu, Runa cukup sering bercakap via WA dengan ibunya Yuri. Semua itu berawal dari laporan Yuri kepada ibunya tentang kotak bekal Risyad.
Memiliki ibu bekerja dengan dua orang adik yang masih balita membuat Yuri harus cukup puas ketika ibunya hanya membawakannya bekal roti atau cemilan kemasan untuk bekal saat istirahat. Sayangnya, selera makan Yuri juga tidak terlalu baik sehingga seringkali bekal yang disiapkan ibunya tidak dimakan. Kadang dibawa pulang kembali, kadang juga diberikan kepada temannya. Sampai suatu hari Yuri bercerita bahwa Risyad membagi sebagian bekalnya kepada Yuri dan Yuri menyukainya. Yuri bahkan meminta ibunya untuk menyiapkan bekal yang sama seperti bekal Risyad. Sayangnya, memiliki 3 anak yang masih kecil-kecil yang harus diurus sebelum dirinya berangkat kerja membuat ibunya Yuri tidak punya waktu lebih untuk menyiapkan bekal yang variatif dengan tampilan yang lucu-lucu seperti bekal Risyad.
Ketika bertemu dengan Runa saat pembagian rapor, ibunya Yuri menyampaikan terima kasih kepada Runa karena sudah beberapa kali Yuri ternyata ikut makan dari kotak bekalnya Risyad.
"Kalau Bunda Risyad buka catering bekal anak sekolah, saya mau pesan dong, Bund," kata ibunya Yuri saat itu.
Runa hanya terkekeh. "Wah, saya nggak buka usaha catering, Mam," jawab Runa.
Tapi ketika semester baru dimulai, Runa menambahkan 1 kotak bekal lagi kepada Risyad untuk dititipkan kepada Yuri.
"Aduh, Bunda Risyad, saya jadi keenakan nih, tiap hari Yuri dibawain bekal enak-enak dan lucu-lucu," kata ibunya Yuri melalui telepon, setelah tiga hari berturut-turut mendapat cerita dari anaknya tentang bekal yang diberikan untuk Yuri.
"Ga apa-apa, Mama Yuri. Santai aja. Itu bikinnya sekalian buat bekal Risyad dan Rumaisha juga kan."
"Tapi saya merasa nggak enak kalau gratisan terus. Saya boleh bayar ya Bund? Anggep aja kayak saya pesen catering gitu? Boleh ya Bund?"
Karena terus didesak, akhirnya Runa mengijinkan ibunya Yuri untuk mentransfer sejumlah uang sebagai biaya catering. Runa tidak menetapkan harganya, dan membebaskan ibunya Yuri membayar seikhlasnya.
Ini sudah hampir satu bulan sejak Runa menyiapkan bekal untuk Yuri juga. Dan ternyata ibunya Yuri sangat puas dengan menu bekal yang disiapkan Runa. Itu mengapa pagi ini ibunya Yuri mengirimkan kumpulan foto kotak bekal Yuri yang disiapkan Runa beberapa hari ini ke grup WA wali murid. Berterima kasih pada Runa, sekaligus mempromosikan menu catering tersebut.
Di bawah mention dan kiriman foto ibunya Yuri, langsung banyak komentar ibu-ibu yang lain. Kebanyakan kaget karena tidak tahu bahwa Runa membuka jasa catering bekal sekolah, padahal ibu-ibu itu biasa bertemu dan ngobrol dengan Runa saat mereka menjemput anak mereka pulang sekolah.
Aruna: Itu bukan usaha catering kok, Mam. Bikin bekalnya sekalian sama bekalnya Risyad dan Rumaisha kok.
Meski Runa sudah menjawab seperti itu tetap saja ada beberapa ibu yang keukeuh ingin mencoba memesan menu bekal buatan Runa tersebut. Dari kumpulan foto bekal yang diunggah ibunya Yuri saja sudah terbayang enak dan lucunya menu yang disiapkan Runa untuk Risyad.
Runa belum sempat menanggapi request para ibu yang ingin mencoba memesan menu bekal Risyad, ketika ia menerima notifikasi dari aplikasi Madam Rose.
Saya sudah di tempat janjian.
Kabari aja kalau kamu sudah sampai juga.
Begitu pesan yang diterimanya dari Ganes di kolom chat Madam Rose. Runa segera menegakkan kepalanya, memperhatikan pintu masuk restoran cepat saji itu. Tidak ada siapa-siapa di sana. Dan seingatnya, meski memang ada beberapa pengunjung yang memasuki restoran cepat saji tersebut, tidak ada laki-laki yang datang sendirian setelah dirinya.
Oh ya?
Saya juga sudah sampai.
Kamu dimana?
Kamu yang pakai baju hijau?
Runa menunduk, melihat blousenya yang berwarna turquoise. Tapi wajar saja sih kalau laki-laki tidak bisa membedakan warna hijau dan warna turquoise. Kebanyakan laki-laki memang hanya tahu warna-warna dasar kan.
Eh? Tapi dari mana Ganes tahu warna pakaian yang dikenakannya? Apa laki-laki itu memang sudah ada di dalam restoran tanpa Runa sadar kapan lelaki itu masuk?
Runa segera celingukan mencari ke seluruh penjuru restoran. Hingga akhirnya ia membalik badannya. Tepat saat itu seseorang sudah berdiri di balik punggungnya, dengan secangkir kopi di tangan kanan dan tas ransel di bahu kirinya.
"Aruna?" tanya lelaki berambut gondrong itu dengan senyum lebar.
Refleks, Runa menelan ludah dan mengerjapkan mata menatap sosok tinggi itu.
Tadi dirinya sudah pakai lipstik atau belum ya?
* * *
Permisi, Tante. Inget, udah punya 2 anak lho.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top