25. Cemburu Buta
Ada 2 hal yg byk dipertanyakan pembaca pd bab 24 sebelumnya.
1. Kok dr. Raka bisa ada di mall? Katanya kl hr Sabtu, praktik di RS?
Jawab: Jawabannya sebenernya sdh ada di bab 23. Kalo Kakak2 baca2 lagi dg teliti, pasti nemu jawabannya.
2. Hubungan apa sih yg ditawarkan Ganes pd Runa? Kok kayaknya blm pernah dibahas di bab sebelumnya?
Jawab: Kalo ttg ini, emang blm pernah dibahas di bab sebelumnya, Kak. Dan nanti akan diungkap di versi bukunya. Jadi nanti jgn lupa beli buku ini ya, Kakak2. Hwehehe.
Clue nya ada di kata2 Ganes ini nih: "Saya tahu, itu nggak sesuai dengan prinsip kamu. Tapi dengan status kamu saat ini, cuma hubungan ini yang bisa saya tawarkan."
Hayo, siapa yg bisa nebak?
Yang udah baca bukunya, udah tahu jawabannya kan?
Bab sebelumnya blm sampe 900 vote sih. Meski demikian, saya berterima kasih banyak utk Kakak2 pembaca setia yg selalu mau dukung cerita ini dg vote n komen. It does mean a lot to me. Makasih ya Kak 😘
Bab ini dipersembahkan utk Kakak2 yg selalu dukung n menunggu cerita ini 😘
* * *
Tidak ada rahasia dalam rumah tangga mereka. Mereka bahkan saling mengetahui passkey ponsel satu sama lain. Itu karena mereka saling percaya. Makanya, saat istrinya menceritakan rencananya untuk memasang aplikasi kencan online di ponselnya untuk materi riset novel yang akan ditulisnya untuk sebuah lomba, Raka tidak melarangnya. Dia percaya penuh pada istrinya. Kalau istrinya memang berniat selingkuh, tidak mungkin jujur minta ijin menginstal aplikasi itu kan? Lagipula, apa yang kurang dari dirinya sehingga istrinya berselingkuh kan? Dia bertanggung jawab pada keluarga dan wajahnya juga tidak jelek-jelek amat. Bahkan kalau mau sombong, dia sadar bahwa dirinya diidolakan beberapa perawat di RS dan ibu dari pasien-pasiennya. Dengan kualitas seperti itu, apa lagi yang dicari sang istri dari lelaki lain sehingga perlu berselingkuh kan?
Tapi belakangan dia baru menyadari bahwa sikap yang diambilnya salah. Saat melihat istrinya akrab dengan seorang laki-laki yang dikenalnya dari Madam Rose, Raka menyesali keputusannya untuk mengijinkan Runa menginstal aplikasi itu.
Setelah menikah selama 10 tahun, Raka pikir mereka sudah saling memahami dan mempercayai sehingga tidak perlu lagi ada cemburu-cemburu seperti remaja. Tapi ternyata, dirinya tetap cemburu saat melihat interaksi Runa dengan teman laki-lakinya itu.
"Bukannya dulu Mas bilang bahwa cemburu itu kekanak-kanakan? Katanya, kalau udah 10 tahun nikah, nggak perlu lagi ada cemburu-cemburu kan?"
Pertanyaan Runa kali itu benar-benar menohoknya.
"Aku nggak cemburu," Raka berkilah saat itu, "Aku cuma ngingetin kamu supaya hati-hati sama orang asing. Bagaimanapun kamu nggak bener-bener kenal dia kan?"
Meski tidak mengakui bahwa dirinya cemburu, setelah hari itu Raka mencoba mencari tahu tentang laki-laki bernama Prima Ganesha. Saat istrinya tidur, Raka diam-diam membuka ponsel istrinya. Dia cukup lega karena ternyata Runa tidak bohong, dia memang telah meng-uninstall aplikasi Madam Rose. Tapi saat membuka aplikasi WhatsApp di ponsel istrinya dan membaca percakapan antara istrinya dan laki-laki itu, Raka kembali waspada.
Laki-laki yang dipanggil Ganes itu beberapa kali mengirimkan kata-kata yang seperti gombalan tersirat. Untungnya, tidak satupun kata-kata manis itu dibalas oleh Runa. Seringnya Runa mengabaikan atau mengalihkan percakapan. Berdasarkan pesan-pesan WA itu, Raka mempercayai istrinya tidak berselingkuh. Runa juga tidak pernah terlihat menyembunyikan hubungannya dengan Ganes, dan tidak pernah menerima telepon lelaki itu dengan sembunyi-sembunyi. Meski demikian, dia tetap tidak bisa mempercayai pria bernama Ganes itu. Firasatnya sebagai lelaki mengatakan bahwa lelaki itu tertarik pada istrinya, bahkan meski istrinya sudah mengatakan bahwa dirinya sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.
Dan hal itu terbukti di hari Sabtu siang itu. Setelah selesai praktik di RS, ia segera menyusul keluarganya yang sedang berbelanja di mall, sesuai janjinya pada anak-anaknya. Setelah memarkirkan mobilnya, ia mengirim pesan pada Runa, menanyakan posisi mereka. Tapi sampai ia tiba di supermarket yang terletak di lantai dasar mall itu, pesan itu tidak juga berbalas. Ia berusaha menelepon Runa, tapi ponselnya tidak diangkat. Barangkali istrinya sedang sibuk dengan anak-anak. Jadi Raka memutuskan memutari supermarket itu satu kali. Ketika tidak menemukan keluarganya, ia memutuskan untuk ke food court. Barangkali Runa dan anak-anak makan siang setelah berbelanja.
Ternyata benar. Ia menemukan Runa sedang duduk bersama kedua anaknya. Saat Raka melangkah makin mendekat pada keluarganya, ternyata seorang lelaki tiba di meja tempat Runa dan anak-anak sedang duduk bersama. Lelaki itu memberikan es krim pada ketiga orang itu dan duduk bersama mereka.
Raka berjalan makin mendekat. Dan saat sudah berada cukup dekat, tepat sebelum ia akan menyapa keluarganya, ia justru mendengar lelaki itu menanyakan sesuatu pada istrinya. Dan yang membuat Raka naik pitam, bukan hanya karena pertanyaannya, tapi juga karena lelaki itu menyentuh tangan istrinya. Raka jelas tidak suka melihatnya.
"Tapi dengan status kamu saat ini, cuma hubungan ini yang bisa saya tawarkan."
Sial! Memangnya istrinya ada hubungan apa dengan laki-laki itu?
Dan ternyata kecurigaannya benar. Laki-laki itu yang bernama Prima Ganesha. Dan meski berat, Raka terpaksa mengakui bahwa laki-laki itu tampan.
Dan ternyata laki-laki itu yang selama ini mendekati istrinya. Dan fakta bahwa istrinya tidak menjauhi lelaki itu, dan malah janjian bertemu selagi ada anak-anak, membuat Raka makin geram.
* * *
Karena membawa mobil masing-masing, Raka dan Runa pulang dengan mobil terpisah. Anak-anak memilih pulang dengan Runa, bahkan meski Raka sudah membujuk.
Raka tiba di rumah lebih dulu. Runa tiba beberapa menit kemudian. Dari kamar, ia mendengar Runa meminta bantuan Siti untuk memandikan anak-anak dan menemaninya bermain. Setelah itu ia mendengar Runa melangkah menuju kamar mereka, tempat Raka sudah menunggu sebuah penjelasan.
"Aku baru cek hape dan baru sadar Mas tadi telepon aku ya? Maaf ya Mas," kata Runa. Dengan suara pelan dan lembut, ia meminta maaf. Meski ia juga kesal pada suaminya karena sikap suaminya yang terlalu frontal saat di mall tadi, tapi saat menemukan banyak misscall dari suaminya di ponselnya, Runa mencoba memahami bahwa tadi Raka mungkin panik saat berusaha menemukan dirinya dan anak-anak, sehingga ia justru marah-marah saat menemukan keluarganya sedang makan bersama pria lain.
"Keasikan pacaran sih. Jadi nggak sadar suaminya telepon," jawab Raka, menyindir dengan sinis.
Sontak, air mata mengambang di mata Runa.
"Tega kamu, Mas, nuduh aku kayak gitu," Runa mencicit lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu yang tega, Run. Tega-teganya kamu selingkuh sambil bawa anak-anak."
"Aku nggak selingkuh, Mas!" pekik Runa frustasi. "Aku nggak sengaja ketemu dia pas belanja, bukan janjian ketemuan. Dan aku setuju diajak makan siang sama dia, karena sambil nunggu Mas datang."
"Kamu pikir aku bodoh, percaya gitu aja?" tanya Raka, makin sinis. Bahkan air mata Runa yang sudah mengalir di pipi tidak juga meluluhkan hati Raka untuk berusaha memahami pembelaan istrinya. "Kamu kenal dia di aplikasi kencan online. Trus kalian tadi pegangan tangan. Orang waras mana yang percaya bahwa kalian nggak ada hubungan apa-apa?!"
"Aku udah bilang sama Mas, kami instal Madam Rose untuk riset nulis novel, bukan untuk cari jodoh."
"Kamu mungkin nggak niat cari jodoh. Tapi dia? Dia masih single kan?"
"Iya, dia single. Dan dia tahu bahwa aku udah nikah. Tadi dia bahkan udah ketemu anak-anak. Jadi dia nggak mungkin naksir aku, Mas."
"Jangan naif amat, bisa nggak sih Run?" tukas Raka kejam. Kata-kata dan intonasi suara Raka barusan, belum pernah didengar Runa selama 10 tahun pernikahan mereka. Itu membuat Runa terpukul. "Dia mungkin tahu bahwa kamu udah nikah. Tapi dia jelas-jelas tertarik sama kamu. Mungkin dia nyari kesempatan untuk merebut istri orang. Dan kamu malah dengan naifnya membiarkan dia mendekati kamu. Kamu pikir aku nggak dengar, tadi dia nawarin diri jadi selingkuhan kamu karena kamu masih berstatus sebagai istri orang kan?"
"Mas, kamu salah paham. Aku nggak gitu___"
"Buktikan!" potong Raka tegas. "Buktikan bahwa kamu memang nggak ada hubungan apa-apa sama laki-laki itu. Jangan ketemu dia lagi, jangan biarkan dia menghubungi kamu lagi. Kalau perlu, blok nomernya."
"Tapi aku masih ada urusan kerjaan sama dia, Mas."
"Demi Allah, Runa!" Raka akhirnya membentak. "Kurang apa aku sama kamu? Apa kekuranganku? Aku nggak lebih jelek dari laki-laki tadi. Aku bertanggung jawab. Semua kebutuhan kamu dan anak-anak, aku penuhi. Aku kurang apa lagi? Ngapain sih kamu pake kerja segala? Uang bulanan yang aku kasih, kurang? Kalau kurang, kamu tinggal bilang! Aku akan tambah! Kamu nggak usah sibuk-sibuk masak catering dan menerjemahkan buku. Berapa pendapatan kamu dari catering dan menerjemahkan buku? Aku bisa kok transfer uang bulanan tambahan sebesar itu buat kamu. Kamu cukup fokus aja sama aku dan anak-anak. Bisa kan?"
Runa menatap laki-laki yang sudah 10 tahun ini menjadi suaminya. Meski tipe orang yang tegas, selama 10 tahun ini belum pernah Raka meninggikan suaranya di hadapan Runa. Tapi bukan hanya bentakan Raka yang membuat hati Runa terluka. Terlebih, kata-kata Raka barusan, menyakiti hatinya lebih dalam daripada bentakannya. Laki-laki itu sedang merendahkannya, menganggap apa yang dilakukan Runa tidak berarti sehingga Raka bisa dengan mudah memberi uang lebih asalkan Runa tidak lagi bekerja.
Runa baru saja akan membela diri, ketika Raka kembali bicara. Kali ini dia tidak lagi membentak. Intonasi suaranya kembali normal, tapi tetap dengan nada sinis.
"Kalau kamu serius ingin aku percaya sama kamu, berhenti berhubungan sama laki-laki itu, Run! Nggak usah menerjemahkan buku itu lagi! Itu cuma alibi dia aja untuk mendekati kamu."
"Tapi Mas___"
Dan Raka sudah keluar dari kamar mereka. Tanpa memberi Runa kesempatan untuk bicara sama sekali.
* * *
Gimana rasanya pagi2 trus baca bab kali ini? Ngos-ngosan ga? Bikin pengen minum es kelapa ga? Mwehehehe.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top