2. Infused Water
Jemari Runa menggulir aplikasi dengan icon bunga mawar merah di ponselnya itu perlahan. Setelah beberapa hari memasang aplikasi tersebut di ponselnya, ia mulai paham bagaimana menggunakan aplikasi Madam Rose tersebut: bagaimana mengecek profil orang lain, bagaimana tahapan hingga bisa mendapatkan "match", bagaimana memulai percakapan, fitur apa saja yang terdapat pada aplikasi itu, dan sebagainya.
Ia juga sudah mulai mencoba "swipe right" pada beberapa profil yang menurutnya cukup menarik dan "aman" dan berhasil mendapatkan beberapa kali "match". Namun seperti yang diduganya pada awal ia memutuskan mencoba aplikasi kencan online tersebut, se"aman" apapun profil yang dipilihnya, nyatanya sebagian besar "match"nya memang memiliki tujuan "have fun" saat memainkan aplikasi tersebut. Percakapan yang awalnya netral, seringkali berujung pada kalimat nakal dan ajakan-ajakan seduktif. Runa biasanya tidak terlalu terpengaruh dan tidak keberatan dengan percakapan seperti itu karena ia sudah mengantisipasi risiko tersebut saat meng-install aplikasi itu. Dia juga bisa menanggapinya dengan santai dan tetap tidak terpancing. Tapi ketika lawan bicaranya mulai menuntut untuk bertemu, biasa di saat itu Runa menetapkan batasnya.
Setelah beberapa hari mencoba aplikasi tersebut, Runa mulai mengerti cara kerja aplikasi tersebut. Ia juga telah menuliskan sejumlah hal hasil risetnya yang penting pada catatan kecilnya. Dia pikir informasi tersebut sudah cukup sebagai awalan memulai project yang akan dikerjakannya. Meski demikian, ia memutuskan untuk tetap mempertahankan aplikasi itu di ponselnya sementara waktu, kalau-kalau di masa mendatang ia perlu mendapatkan informasi lain atau melakukan survei lebih lanjut.
Runa baru saja akan menutup Madam Rose, ketika tiba-tiba ia mendapatkan notifikasi bahwa ia mendapatkan "match" baru. Match-nya kali ini adalah salah satu dari pria-pria dengan foto dan profil yang dinilai cukup aman oleh Runa. Foto profil match-nya kali ini adalah seorang lelaki yang sebagian wajahnya tertutup oleh kamera. Mungkin seorang fotografer.
Namanya di profil tersebut tertera Prima Ganesha.
Tidak lama kemudian muncul notifikasi di box percakapan pada aplikasi tersebut.
Hello there!
Apparently we happened to be match. Nice to see you.
Shall i call you Aruna?
Runa spontan terkikik. Dia memang memakai KTP asisten rumah tangganya yang masih berstatus lajang untuk mendaftar aplikasi itu. Karena aplikasi tersebut hanya menerima pendaftar dengan status belum kawin atau cerai. Tapi nama Siti Fajriyah dirasa bukan jenis nama yang akan menarik "match", jadi untuk nama profil, Aruna memakai nama aslinya sendiri. Toh kalau nanti ada yang protes, dia bisa ngeles dan bilang bahwa baik Siti Fajriyah maupun Aruna memiliki arti yang serupa.
Halo!
Senang juga berkenalan.
Prima? or Ganesha?
Ganes aja.
Halo Ganes!
Hallo Runa!
Let's see if we can be really match.
😄😄
Are you looking for the the "serious", or the "have fun" one?
None of them, actually.
Hahaha.
Jd cari yg gmn?
Yg ga gimana2 si.
Cuma pengen kenalan, cari temen aja. Is it okay for you?
You're free to leave and find another one, if you don't like.
It's totally fine with me.
Kalo kamu cari yang gmn?
Yg serius? Atau yg have fun?
Both of them.
Hahaha.
Tujuan kita beda banget!
Is that a problem?
Nggak juga sih.
Nyari yg serius tapi have-fun itu yg ky gmn, btw?
Yg santai, ga niat bgt nyari jodoh. Tp jg nggak niat main2.
Oh, jd emang niat nyari jodoh ya?
Kamu nggak niat nyari jodoh?
Nggak sih. Kan td saya blg, saya cm pgn cari temen.
Kamu knpa pgn cari jodoh di aplikasi ini? Profil kamu kynya keren, pasti byk cewek di dunia nyata yg tertarik.
Hahaha.
Tahu dr mn bhw saya keren?
Ga tau sih. Nebak aja, soalnya fotonya udh sok keren pake kamera2 gitu.
Hahaha.
Jd knp pgn nyari jodoh pake aplikasi ginian?
Nggak niat nyari jodoh jg si sbnrnya. Cm pgn nyari temen dan inspirasi aja. Tapi kalo beneran jadi jodoh kan siapa yg nolak.
Hahaha.
Kamu sendiri, emang ga bs nyari temen di dunia nyata aja?
Hahaha.
Saya iseng aja main ini.
Sekalian riset, gmn sih mainan aplikasi kencan online gini.
Riset buat apa?
Nulis.
Nulis apa?
Nulis novel.
Kamu penulis?
Bukan. Justru lg belajar nulis.
Lg ada event lomba menulis dengan tema mak comblang nih. Nah saya pgn nyoba nulis ttg mak comblang online. Tp blm pernah pake ginian. Jd ya nyobain aja. Sukur-sukur kalo dapet temen baru juga kan.
Wow! Interesting!
Tahu nggak, saya juga sekalian sambil riset buat tulisan saya.
Kamu penulis? Kirain fotografer?
Hahaha.
Jgn2 kamu ikutan lomba menulis itu jg? Saingan dong kita!
Hahaha. Nggak deh kayaknya.
Saya aja ga tahu ada lomba nulis semacam itu. Lagian tulisan saya bukan spesifik ttg perjodohan. Ini cuma bumbu aja. Jadi iseng aja daftar aplikasi ini buat nyari inspirasi, trus kayaknya asik juga.
Jadi udh dpt inspirasi skrg?
Belum juga sih.
But i find another interesting thing.
Apa tuh?
Kamu.
Seseorang mengetuk jendela mobil di sebelah kursi pengemudi. Membuat Runa terdistract dari aplikasinya. Ia menoleh dan menemukan seorang wanita berdiri di samping mobilnya. Jadi buru-buru ia menutup Madam Rose, dan membuka jendela mobilnya.
"Udah dari tadi nyampe, Bunda Risyad?" tanya wanita yang berdiri di samping mobil Runa itu.
"Belum kok, Mama Jenny. Baru nyampe juga," jawab Runa ramah.
"Nunggu anak-anak keluar sambil nyemil di kantin yuk Bund," ajak wanita itu kemudian.
"Eh? Ayok deh!"
Runa menutup kaca mobilnya, keluar dari mobil, dan mengunci mobilnya, kemudian berjalan beriringan dengan ibunya Jenny tadi, menuju kantin sekolah. Dan seperti diduga, beberapa ibu sudah nongkrong di kantin juga sambil menunggu anak mereka keluar dari kelas.
Sehari-hari, beginilah rutinitas Runa sebagai ibu rumah tangga. Mengantar-jemput anak ke sekolah adalah salah satunya. Risyad, anak sulungnya saat ini kelas 1 SD, dan Rumaisha, anak bungsunya yang di TK A, bersekolah di sekolah dari yayasan yang sama. Jadi tiap pagi dan siang Runa mengantar dan menjemput kedua kakak-beradik itu dari sekolah bersamaan.
Kedatangan Runa dan Mama Jenny disambut oleh beberapa ibu-ibu yang sudah lebih dahulu berkumpul di kantin sekolah itu. Beberapa sambil ngemil cilok, bahkan ada juga yang sudah pesan mi ayam. Sementara Runa hanya memesan es teh manis saja.
Sebelum Runa datang, ternyata para ibu-ibu itu sedang hangat membicarakan healthy life style ala mamak-mamak jaman now. Jadi ketika Runa nimbrung, dia senyum-senyum saja mendengar pembicaraan ibu-ibu itu. Makin kesini, healthy life style makin jadi tren. Bagus juga sih. Tapi kadang healthy life style emak-emak jaman now nggak terlalu saintifik juga. Sebenarnya Runa ingin nimbrung urun pendapat juga, tapi takutnya malah dikira sok tahu dan malah dimusuhin emak-emak sejuta umat. Jadinya ia bertahan dalam percakapan mereka sambil sesekali tersenyum kecil menanggapi.
"Kalo nggak percaya bahwa ini bagus buat kesehatan, coba aja tanya Bunda Risyad. Suaminya kan dokter, pasti tahu lebih banyak," kata seorang ibu, ujug-ujug menyebut nama Runa.
Kali itu mereka sedang membahas efektivitas infused water untuk diet, detox dan menjaga kesehatan.
Meski Runa selalu berusaha menahan diri untuk tidak mengomentari hal-hal seperti ini, tapi kalau dimintai pendapat, dirinya tidak bisa diam saja kan?
"Ya kan kita emang harus minum air minimal 2 liter sehari, Bu," jawab Runa berusaha netral.
"Jadi emang minum infused water itu bagus buat kesehatan ya Bund?" kali ini ibunya Mario yang bertanya.
"Nggak harus infused water sih," jawab Runa.
"Tapi infused water lebih baik kan?" tanya mamanya Anita.
"Makanya Mama Anita kemana-mana bawa botol isi kobokan ya?" ledek mamanya Yuni.
"Sembarangan ni Mama Yuni. Enak aja air kobokan! Infused water namanya, sis!"
"Infused water ga lebih baik atau lebih buruk daripada air mineral biasa kok. Sama aja," jawab Runa kalem.
"Ah masa sih? Kan kalo infused water tuh kan ada sari buahnya untuk nutrisi tubuh. Jadi pasti lebih baik daripada air biasa kan?" tanya mama Anita, sangsi dengan pernyataan Runa.
"Kalau mengharap nutrisi sari buah mah mending makan buah langsung, atau minum jus, Bund," jawab Runa. "Kalo makan buah atau minum jus, jelas-jelas semua nutrisi buah masuk ke tubuh. Kalo infused water mah, seberapa banyak si kandungan buah yang terlarut di air kalo cuma direndam gitu?"
Sebagai alumni fakultas farmasi yang pernah belajar tentang farmakognosi dan fitokimia, Runa tentu sudah mempelajari beberapa teknik untuk mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia tanaman. Ada sejumlah treatment yang harus dilakukan pada tanaman tersebut: diperkecil ukuran partikelnya (dirajang, dipotong, diserbukkan) supaya luas permukaan yang kontak dengan cairan makin besar dan cairan pengekstraksi makin mudah masuk ke dalam sel tumbuhan dan keluar membawa senyawa aktif yang diinginkan. Kemudian kadang proses ekstraksi tersebut membutuhkan pemanasan, untuk membantu melarutkan zat aktif dalam tumbuhan. Kadang dengan treatment yang banyakpun, tidak semua zat berkhasiat dapat terekstraksi keluar dari tanaman. Jadi Runa sering geli kalau mendengar kalimat overclaim tentang infused water.
"Tapi saya merasakan sendiri kok, setelah rutin minum infused water, badan jadi lebih segar. Kulit juga jadi lebih lembab," kata mama Anita. Nah ini yang dimaksud dengan overclaim!
"Kalau Mama Anita rutin minum air mineral 2 liter sehari emang pasti fungsi organ lebih baik, termasuk hidrasi kulit terjaga. Tapi itu bukan spesifik karena potongan buah di infused water, tapi karena airnya," jawab Runa mengklarifikasi.
"Jadi beneran infused water tuh nggak guna?"
"Kalau Mama Anita merasa lebih segar minum infused water karena ada aroma buah-buahnya, ya ga apa-apa diterusin aja, Ma,,, kan bagus dong Mama Anita jadi bisa minum air 2 liter air per hari. Kalo minum air mineral doang kan anyep ya, jadi kadang males minum. Jadi ga salah juga minum Infused water. Tapi kalau kemudian kita klaim berlebihan tentang khasiat infused water, itu yang keliru. Jadi kalau yang diharapkan adalah nutrisi buahnya, mending makan buahnya atau minum jus aja, nggak usah rendam-rendam potongan buah, cuma dapet aroma dan manis-asemnnya aja. "
Mama Anita manyun karena gagal mempromosikan healthy life style dengan infused water. Tapi beberapa ibu yang ngobrol disana manggut-manggut mendengarkan penjelasan Runa.
"Nah! Kalau Bunda Risyad yang ngomong, saya percaya. Kan suaminya dokter. Pasti lebih paham info-info kesehatan begini kan," kata mama Jenny, yang diangguki oleh ibu-ibu lainnya.
Runa hanya tersenyum kecil. Dalam hati, ia merasa miris. Mengapa pendapatnya diterima hanya karena dirinya adalah istri seorang dokter? Bukankah yang dijelaskannya tadi adalah apa yang dia pelajari selama perkuliahan di Farmasi dulu, tidak ada hubungannya dengan suaminya yang seorang dokter. Sejak dirinya tidak lagi bekerja sebagai Farmasis Klinis di RS, mengapa dirinya hanya dihargai sebagai istri seorang dokter, bukan sebagai pribadi atau sebagai seorang farmasis?
Meski dulu Runa sendiri yang memilih resign dan menjadi ibu penuh waktu, tidak ada paksaan dari orang lain, namun setelah menjadi ibu penuh waktu, ada masa-masa seperti saat ini, dimana dirinya merasa tidak berharga karena hanya dianggap sebagai figuran. Andaipun ia berpendapat, pendapatnya hanya dihargai karena orang lain memandangnya sebagai istri dokter, bukan karena yang dikatakannya benar dan berdasar data.
Ada masa-masa seperti ini, dimana dirinya ingin lepas dari bayang-bayang nama besar suaminya, dan diakui kompetensinya sebagai dirinya sendiri. Sebagai perempuan, ia ingin merasa berdaya. Perasaan berdaya itu yang makin lama makin terkikis seiring berjalannya waktu, ketika ia menjadi ibu penuh waktu.
* * *
Apa ada ibu-ibu yang penuh waktu bersama keluarga, yg pernah mengalami perasaan tidak berdaya dan tidak berharga, seperti yg dirasakan Runa?
Btw, siapa disini yg suka minum infused water? Eeeaaaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top