Natsume Takashi-2

Ini benar-benar tak masuk akal. Setelah youkai hutan yang berniat mencelakaiku, sekarang sosok serupa Reiko-san menampakkan diri. Terlebih, dia baru saja memanggil namaku. Bagaimana bisa Reiko-san tahu namaku? Apa jangan-jangan ini ada hubungannya dengan ulah youkai hutan tadi?

Namun, dilihat dari mana pun, orang yang tiba-tiba datang di hadapanku ini tampak sebagaimana gadis normal pada umumnya. Barangkali dia memang hanyalah pejalan kaki yang mirip Reiko-san.

Bagaimana pun juga, yang terpenting sekarang jaga dahulu kesopanan kepada orang asing. “Selamat siang,” sapaku sesudah mengangguk dan tersenyum.

Takashi ….”

Aku mengernyit. “Maaf, Anda memanggil sayakah?” Suaranya terlalu samar, aku hampir tidak sadar.

Takashi ….”

Lagi-lagi dia menyebut namaku.

Ada apa dengannya? Tatapan yang terlalu aneh itu membuat bulu kuduk agak meremang. Entah perasaanku saja atau bagaimana? Gadis yang mirip Reiko-san ini semakin dekat halaman rumah semakin membawa hawa dingin saja. Sampai-sampai aku harus mengelus-elus lengan jaket saking bekunya, juga mundur perlahan-lahan tertuju kenop pintu.

Apa jangan-jangan dia memang Reiko-san? Aneh sekali. Agaknya ini hasil dari ketidakpaduan alam sadar dan alam bawah sadarku, sehingga gambaran yang didapat selepas mengembalikan nama youkai selama ini jadi bertumbukan. 

Lintasan memori naik ke permukaan, berbagai ingatan nama-nama dalam Yuujinchou* beserta youkai pemiliknya menyusun citra Reiko-san di kepalaku, tentang rupa khas tomboinya, tentang fisik kurusnya, tentang rumor buruknya, tentang kemampuan supranaturalnya.

(*Yuujinchou= buku persahabatan

“Re-Reiko-san … ?”

Kucoba memanggil namanya. Namun, tak ada sahutan. Oke, barangkali bukan. Mungkin dugaanku tadi memang salah. Untuk beberapa lamanya senyap belaka di antara kami.

Sampai akhirnya, “Kamu bukan Takashi.”

“Eh?”

Sangat nyata, jelas sekali, tertangkap oleh telinga.

“Takashi tidak mungkin ceroboh seperti kamu. Takashi tidak mungkin masa bodoh seperti dirimu. Takashi tidak mungkin berwajah seperti kamu.”

Tubuhku terpaku, sulit mencerna apa yang baru saja dia katakan. Apa yang sedang terjadi? Apa maksud ucapannya yang ganjil itu? Apa yang sebenarnya diinginkan sosok di hadapanku ini?

Segala pandangan makin tak masuk akal manakala di sebelah gadis itu terbentuk siluet putih serupa figur remaja laki-laki nan asing. Kemudian di gendongan si gadis tahu-tahu ada seorang bayi terbungkus selimut yang tertidur pulas.

“A-apa yang terjadi--”

Siluet remaja laki-laki lesap dan bayi di gendongan juga lenyap. Kini pada sisi si gadis hadir sesosok pria, rambutnya pirang, bertubuh jangkung, tetapi wajahnya samar, serta sesosok wanita yang tak kuketahui bagaimana rupa juga penampilannya. Lalu mereka lagi-lagi menghilang.

Belum selesai keterkejutanku, gadis yang mirip Reiko-san memperbanyak diri menjadi empat orang. Tiga gadis hasil lipat ganda memelotot, menyeringai seraya berkata:

"Siapa kakekmu?"

"Siapa ayahmu?"

"Siapa ibumu?"

Dan, keempatnya pun meresap dari pandangan.

***

Suara menggelegar turun dari langit pagi yang menggelap. Makhluk raksasa kaki empat memakai wujud serigala kolosal berambut putih salju seketika tiba di halaman rumah. Ukurannya sangat besar sampai-sampai melebihi tinggi atap rumah-rumah sekitar.

"Natsume!" Amarah terlihat jelas meliputinya.

Barisan taring tajam dia tampakkan pada moncongnya, juga sepasang iris emasnya mengilat kuat. Motif garis merah yang melingkari pelupuk serta bawah mata menjadi tanda bahwa tak lain tak bukan makhluk itu ialah Nyanko-sensei dalam jelmaan youkai. Dia tampak marah sekali.

"Natsume! Apa maksudnya ini? Kenapa Yuujinchou kosong! Kenapa kertas-kertasnya tidak ada!"

Awalnya aku tak paham apa maksudnya, tetapi tatkala menyadari isi di dalam tas saku belakang raib, aku amatlah panik.

“Tu-tunggu sebentar! Ini pasti sebuah kesalahpahaman--”

“Salah paham apanya? Lihat ini! Lihatlah! Semuanya hilang!”

Buku persahabatan yang berada di terkamannya dia jatuhkan ke atas tanah. Buku itu terbuka, hanya menampilkan sepasang sampul persegi panjang tebal vertikal warna hijau gelap, plus banyak bekas sobekan halaman pada bagian jilidnya.

Nyanko-sensei langsung murka sehebat-hebatnya. Rambut putih salju miliknya berubah rona menjadi merah api, bersamaan dengan itu tercipta ledakan-ledakan udara yang menghempas benda sekeliling secara kasar.

Aku terlempar menghantam pintu rumah hingga berbunyi debuk keras. Pandanganku mendadak buram selama beberapa detik. Punggung terasa ngilu, walau begitu aku tetap berusaha berdiri.

“Nyanko-sensei--tidak, Madara! Tolong tunggu sebentar! Sepertinya ada sesuatu yang aneh dengan situasi ini!” teriakku di antara persaingan bising ledakan udara.

Namun, lawan bicara tidak menggubris. “Cepat katakan! Kenapa Yuujinchou bisa kosong? Kalau tidak ….”

“Madara, jangan lakukan itu!”

Napasku serasa tersekat ketika kaki depannya terangkat bergantian, mengentak bumi berulang kali sampai berlangsung guncangan singkat. Kemudian gerakannya setop, masih bersama aura mengancam yang sama, dia diliputi nada geram.

“Aku memang biasa meredam kekuatanku, tetapi aku juga bisa dengan mudah menghancurkan seluruh kompleks perumahan ini dalam sekejap!”

Merasa bahaya datang, aku beralih masuk bilik rumah, di saat tubuhku terasa sakit sekali. Banyak tato goresan luka menghiasi kulit pucat setelah bergesekan dengan partikel pasir terbang di luar. Segera kututup pintu, kuraih udara segar sebanyak-banyaknya guna mengatur pernapasan yang kacau.

Beruntung rumah ini telah dilindungi oleh mantra mandala sebelumnya. Namun, yang terjadi justru di luar kuasa. “Oh, tidak ...."

Madara menghancurkan kediaman ini. Atap dan dinding rumah runtuh, perabotan berjatuhan, puing-puing konstruksi luluh berantakan. Debu beterbangan sampai membuat terbatuk, rambut pula pakaian tersiram abu pasir.

Akan tetapi, rumah ini memulihkan diri sendiri, kembali sedia kala dengan atap kukuh, dinding tegap, dan barang-barang tertata rapi. Namun juga, itu menjadi kesenangan bagi makhluk serigala raksasa yang dapat menghancurkan kediaman ini berkali-kali. Atap roboh, dinding rebah, benda-benda berserakan. Lalu semuanya membaik lagi, lalu semuanya cerai-berai lagi.

Tawa jahat penuh kepuasan memenuhi langit-langit. "Hancur! Hancur! Hancur!"

Aku cuma bisa berlindung di bawah meja koridor, berharap tidak ada puing-puing yang menimpa. Makhluk itu sangat senang bermain hancur-menghancurkan sampai-sampai kepalaku hampir pecah akibat kegilaan yang berlangsung.

Di saat itulah, bagaikan penyelamat, datang suara mirip trompet yang berbunyi berkala, terdengar bersahut-sahutan dari ufuk timur. Makhluk serigala raksasa terdiam, lalu dari suaranya, dia terbang menjauh.

Sampai bunyi mirip trompet berhenti, aku baru berani keluar dari tempat berlindung.

"Huh, syukurlah ...." Aku menghela napas lega. Akan tetapi, mataku terbelalak tatkala mengetahui kondisi rumah beralih ke kondisi sedia, normal sebagaimana biasa.

###

Catatan tambahan:

•Saat Natsume mengembalikan nama-nama roh, Natsume dapat melihat neneknya, Reiko, saat usia beliau masih seumuran dengan Natsume, meski dalam beberapa kesempatan saja.

•Kakek Natsume tidak diketahui. Natsume hanya mengingat gambaran sekilas dari ayahnya. Dan, Natsume kurang dapat mengingat ibunya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top