Bab 8

Author POV

Setelah seluruh keluarga Kerajaan selesai menikmati makan malam yang di buatkan oleh Sari. Seluruh orang pergi ke ruangan masing-masing untuk beristirahat karena hari sudah larut malam. Wisnu mengantar Putri Sari untuk kembali ke kamarnya dengan Bi Ijah yang setia membuntuti sang putri.

Memang ketika hari pertama Wisnu tiba di istana ia sudah di suruh melaksanakan tugasnya untuk menjaga sang putri. Kalian pasti berpikir kenapa bisa seperti itu?

Bukankah Wisnu itu seorang budak? Apakah ia sudah memiliki keterampilan beladiri untuk menjaga sang putri?

Sebenarnya ada alasan tersendiri mengapa Raja memilih seorang budak sebagai pengawal pribadi putrinya. Raja memilih pengawal pribadi putrinya berasal dari kalangan budak karena menurut raja kekuatan fisik seorang budak amatlah kuat. Sebab dari kecil mereka telah di latih dengan keras dan telah diberi pekerjaan yang seharusnya tidak diberikan kepada anak seumur mereka.

Itulah mengapa Raja langsung memberikan tugas untuk menjaga putrinya di hari pertama Wisnu tiba di istana. Selain itu sebenarnya Raja telah menyiapkan beberapa guru untuk melatih Wisnu agar dapat menjaga putrinya.

Raja juga sempat berpikir bahwa ia akan melatih Wisnu secara pribadi. Namun, ia akan mengobservasi terlebih dahulu bagaimana kemampuan Wisnu dan sampai mana batasnya sebelum melatihnya secara pribadi.

***

Wisnu POV

Raja telah berpesan padaku jika malam ini aku akan mengikuti latihan beladiri. Yang benar saja, di kehidupanku yang dulu aku adalah orang yang paling di takuti karena kehebatanku dalam bermain senjata dan juga beladiri. Bukannya aku sombong, tapi itulah kenyataannya.

Aku memang benar-benar pandai dalam beladiri dan juga memainkan berbagai macam senjata. Karena sejak usiaku 5 tahun, ayahku telah mengajariku beladiri. Selain ayah aku juga dilatih oleh guru-guru profesional dari berbagai negara.

Sudahlah daripada aku lelah memikirkan sikap orang tua itu padaku, lebih baik aku bergegas menuju tempat latihan agar aku bisa segera istirahat.
Belum beberapa langkah aku meninggalkan kamar Sari. Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari arah kamar sang Putri.

"WISNU.....!!!" teriak seseorang dari dalam kamar yang aku yakini adalah suara Sari. Teriakannya memang tidak terlalu kencang, tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas.

Setelah mendengar suara tersebut sesegera mungkin aku berlari masuk ke dalam kamar Sari untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.

"Putri, apa yang..."

Kata-kataku terpotong saat aku melihat Sari di atas tempat tidurnya.

Kalian tau apa yang aku lihat? Dia sedang berdiri di atas tempat tidur sambil menunjuk sarang laba-laba yang ada di ujung kamar.

Ya, tuhan yang benar saja. Kupikir ada penjahat yang masuk ke dalam kamarnya. Tenyata ia hanya takut pada laba-laba seukuran tangan anak-anak yang ada di pojokan kamarnya. Kemudian dengan perasaan kesal aku berjalan kearah sumber masalah yang ada di pojokan kamar.

Dan setelah kuselesaikan sumber masalah di kamar ini aku menatap Sari dengan wajah marah. Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan semua ini. Aku berjalan ke arah Sari yang terlihat sedang menenangkan diri.

"Apa kau tidak bisa mengurus laba-laba itu sendiri? Itu hanya laba-laba kecil. Kau bisa menjatuhkannya dan menginjaknya tapi kau malah merengek seperti anak kecil. Kau ini seorang putri bukan?" kataku padanya dengan tajam.

"Apa yang akan terjadi dengan rakyatmu suatu saat nanti ketika mereka tau calon ratu mereka takut pada laba-laba? Itu memalukan asal kau tau saja," lanjutku.

Aku tidak peduli lagi dengan statusku di sini. Karena tugasku di sini untuk menjaga seorang putri dari bahaya bukan menjaga putri dari serangga. Ini benar-benar merendahkan harga diriku.

Setelah aku memarahinya dia hanya menundukkan kepala dan tidak melihat ke arahku sama sekali. Aku menunggu responnya tapi selang beberapa detik. Namun, dia tetap tidak merespon perkataanku. Aku hendak meninggalkannya karena menurutku tidak ada lagi yang harus aku kerjakan di sini.

Namun, tanpa aku duga tubuh Sari telah oleng ke belakang. Dengan segera aku menangkap tubuhnya, jika tidak bisa dipastikan kepalanya akan terbentur lantai dengan sangat keras. Aku kura ia pingsan, tapi aku salah. Ia masih setengah sadar. Tubuhnya berkeringat dingin, matanya sayu dan wajahnya pucat pasi.

Sebenarnya dia kenapa. Aku bahkan tidak melakukan apa-apa padanya.
"Aku benar-benar takut dengan laba-laba itu," lirih sang putri yang terdengar sangat lemah.

"Wisnu." Perlahan matanya terpejam dan kesadarannya menghilang.

Dia pingsan ?

Setakut itukah putri ini dengan laba-laba? Ini pasti bercanda!

Tanpa pikir panjang aku pun membaringkan tubuh putri ini ke tempat tidur. Kemudian secara perlahan ku letakkan bantal ke bawah kepalanya serta menyelimutinya.

Ya, ampun. Sejak pertama kali aku Putri Sari dia benar-benar unik. Mulai dari sikap ramahnya dia yang bahkan terlihat pasrah saat di marahi bawahan sepertiku, lalu di ruang makan dia juga membuatku terkejut dengan nasi goreng buatannya.

Aku memandangi wajahnya yang pucat. Astaga dia benar-benar setakut itu aku jadi merasa bersalah sekarang karena tadi sudah memarahinya. Tapi tidak yang ku ucapkan pada Putri Sari tadi memang benar.

Jika di lihat dari dekat wajahnya terlihat lebih cantik. Saat dia tidur seperti ini dengan mata terpejam, terlihat damai. Kalau dipikir-pikir lagi, waktu dia merasa ketakutan karna laba-laba sampai bertingkah seperti itu malah membuatnya terlihat lebih manis.

Apa yang ku pikirkan ?

Sadarlah Hans.

Bukan.

Sadarlah Wishnu.

Sepertinya aku juga perlu mengistirahatkan otak dan pikiranku. Tapi tunggu aku ada pelatihan pribadi dengan Raja. Hah, menyusahkan sekali.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top