Bab 6

Author POV

Pagi itu Raja pergi dengan 1 pasukan kecil yang berisi sekitar 10 orang pengawal senior. Raja dan pasukannya menempuh perjalanan yang amat melelahkan. Mereka harus melewarti beberapa perbukitan untuk sampai di desa perdagangan budak.

Mereka sempat berhenti saat tengah hari dan beristirahat di dekat sungai yang ada di perbukitan untuk mengisi perut mereka yang lapar. Ketika mereka telah selesai beristirahat untuk beberapa saat. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.

Setelah melewati beberapa perbukitan, raja dan juga pasukannya sampai di sebuah desa yang cukup makmur. Karena raja merasa masih ada cukup waktu, maka ia singgah sebentar di desa tersebut dan menemui kepala desanya untuk melihat sejauh apa perkembangan desa tersebut dan bagaimana keadaan rakyatnya yang ada disana.


Hans POV

Apa-apaan ini? Arya dan yang lain menjalani aktivitas seperti biasanya, sementara diri ku dari tadi hanya duduk di bawah pohon tepi sungai tempat biasanya aku membersihkan diri. Iya, si bos yang tak mengerti bisnis perbudakan itu yang menyuruhku diam disini, katanya akan ada seseorang yang menemuiku sore ini.

Apakah seseorang yang di maksud adalah anggota kerajaan? Well, let's see.

"Wisnu!" seru seseorang dengan suara familiarnya, Arya.

"Kenapa kau ke sini Arya?" tanyaku sambil mengambil posisi untuk berdiri.

"Sudah selesaikah pekerjaanmu?" tanyaku kembali.

"Wisnu ... ternyata benar-benar kau yang akan dibawa," katanya dengan menundukkan wajahnya.

"Entahlah, si tua sangar itu menyuruhku menunggu seseorang disini."

"Anggota kerajaan yang akan menjemputmu," ucap Arya dengan tetap menundukkan wajahnya, sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca. "Kau ... benar-benar akan pergi," sambungnya.

Aku menghela nafas dan memanggut dagu Arya agar mendongak melihat ke arah ku. " Arya, kita sudah berteman dari kecil, kita sudah melewati segalanya bersama. Tapi biar ku katakan sesuatu, Tunggu diriku, aku janji akan membawa hidup kita lebih baik. Percayalah!" jelasku yang seketika membuat air matanya pecah dan memelukku, lalu ku balas pelukannya.

Arya Respati, kita sama-sama seorang yang dibuang. Sejak kecil hanya dia yang mampu mengobati rasa sepi dan kesedihanku. Dia sudah ku anggap seperti saudara sendiri, sahabat, adik. Tenang Arya, Aku akan kembali, hidup kita akan berubah. Percayalah!

Tunggu, apa yang ku pikirkan? Kata-kata ku seolah aku benar-benar seorang bernama Wisnu. Oh ayolah ... tapi, tidak buruk juga menjadi Wisnu. Aku benar-benar harus bisa menjalani semuanya seperti biasanya.

Iya, aku sekarang bukan manusia modern abad 22 dengan banyak perusahaan, aku bukan Hans disini. Namaku Wisnu Ajitama. 

Mulai sekarang mari jalani kehidupan baru ini, Hans.


Sari POV

"Dorong terus Bi Ijah ayo semangat!" 

Aku memekik kencang untuk menyemangati Bi Ijah yang sedang mendorong tempat tidurku keposisi yang ku inginkan.

Ya, aku merubah posisi kamarku. Aku ingin kasur tepat berada disamping jendela yang menghadap pemandangan taman bunga mawar kerajaan. Sebenarnya ibunda melarang karena ditakutkan sewaktu-waktu ada penjahat masuk dan mengancam keselamatanku.

Tapi bukan aku jika menyerah begitu saja. Aku meyakinkan ibunda berulang kali kalau semua akan baik-baik saja, dan aku juga sudah menyiapkan sebuah senjata kalau semisal ada orang jahat masuk lewat jendela kamar ku. Aku sudah menyiapkan anak panah dengan racun diujungnya. Aku menyelipkannya di samping kasur. Jadi, kalau ada orang jahat tinggal di tusuk.

"Seperti ini Ndoro Putri?" tanya Bi Ijah yang terlihat begitu letih.

Kasihan, aku ingin melakukannya sendiri, tapi Bi Ijah melarangnya karena kondisi kesehatanku. Kalau aku minta bantuan prajurit laki-laki jelas akan dilarang, karena menurut peraturan di kerajaan ini tidak boleh ada laki-laki yang masuk ke kamar Putri raja, kecuali sang raja dan anggota kerajaan.

"Terima kasih Bi, Sari kasih hadiah buat bibi," ucapku sambil tersenyum.

"Apa itu Ndoro?" tanya Bi Ijah sambil mengelap keringat di wajahnya.


...


Di tempat lain, di zaman yang sama.

Dor!

"Ah, para ilmuwan itu memberikan aku tugas yang tak masuk akal!" gerutu seorang pria di salah satu bangunan kosong belakang kerajaan. "Menyebalkan, Senopati ini ternyata lebih lemah dari yang diceritakan sejarah," sambungnya.


Mulan POV

"Bagaimana, Bi? Enak?" tanya ku pada Bi Ijah.

"Enak sekali! Saya belum pernah makan ini, Ndoro Putri," jawab Bi Ijah puas dengan makanan yang ku buatkan sebagai hadiah karena telah membantu ku menata ulang kamar.

Iya, aku sedang berada di dapur bersama Bi Ijah, membuat makanan yang aku yakin belum pernah ada di zaman ini. 

Nasi goreng. Bahan-bahan yang cukup mudah ditemukan di jaman kerajaan sekalipun. Sepertinya namaku akan tersemat sebagai pencipta nasi goreng nantinya, haha.

"Itu namanya Nasi goreng, Bi"

"Ini enak Ndoro, saya yakin Paduka Raja juga Kanjeng Ratu akan menyukai masakan Ndoro Putri," puji Bi Ijah sambil terus melahap nasi goreng yang ku buat.

Sepertinya ini akan jadi menu untuk makan malam saat Ayahanda sudah pulang. Aku ingin mengetahui reaksi mereka seperti apa. Tapi sebelum mereka mencobanya aku ingin para prajurit dan para pembantu kerajaan yang mencobanya terlebih dulu.

"Hahaha, baik Bi, silakan habiskan terlebih dahulu. Nanti bantu Sari untuk membagikan ini kepada yang lain," ucapku tersenyum sembari menata Nasi goreng di daun pisang dan membungkusnya.

"Bagaimana dengan Kanjeng Ratu dan Paduka Raja?" Kata Bi Ijah, setelah menghabiskan nasi goreng bagiannya dan bergegas membantuku membungkus nasi goreng dengan daun pisang.

"Untuk Ayahanda, Ibunda, Ningsih, dan anggota kerajaan yang lain nanti saja saat makan malam. Bi Ijah masih mau bantu buat masak ini lagi kan nanti malam?"

"Saya pasti bantu Ndoro. Ndoro Putri memang calon pemimpin kerajaan yang baik. Saya yakin kerajaan ini akan semakin makmur ke depannya," jelas Bi Ijah dan ku balas dengan senyuman hangat.

Setelah selesai membagikan nasi goreng kepada para prajurit dan pembantu kerajaan. Aku lantas pergi ke kamar untuk beristirahat dan membawa nasi goreng bagianku untuk ku makan di kamar.

Ah ... melihat ekspresi senang dan bahagia orang lain ternyata juga membuat rasa kepuasan tersendiri bagiku. Kalau dipikir-pikir, dulu semasa menjadi Mulan aku tak pernah berbagi seperti ini. Jangankan berbagi, makan untuk diri sendiri saja sulit.

Terlepas dari itu, Sari adalah gadis yang membawa aura dan dampak besar di kerajaan ini dengan kharismanya. Aku tak bisa membayangkan jika gadis bernama Sari ini benar-benar meninggalkan keluarganya dan rakyatnya.

Selesai makan nasi goreng dan meletakkan piring dari anyaman bambu yang kotor di dapur. Aku langsung menuju ke kolam belakang kerajaan untuk mandi. Hari sudah mulai gelap, kemungkinan sudah jam 7 di abad ke 22. Aku terlalu sibuk dengan dapur.

Di sini ada kolam khusus bagi Puteri kerajaan dan tamu kerajaan wanita yang ingin membersihkan badannya. Namun, aku merasa tidak nyaman dan memilih untuk mandiri sendiri. Tempatnya tertutup dan indah. Benar- benar cantik khas kerajaan. Rasanya aku ingin berlama-lama disini, tapi sudah sangat malam untuk melanjutkan acara mandi. Jadi, ku putuskan untuk mengakhiri mandiku.

Aku kembali ke kamar dengan memakai kebaya untuk menutupi dada sampai lutut dan memakai kain batik untuk menutupi bahuku. Lalu betapa terkejutnya aku saat membuka pintu dan mendapati seseorang yang dengan santainya merebahkan badannya di rajangku. Dia seorang ... pria.

Pria itu tersadar ada diriku yang sedang berdiri diam menatapnya di batas pintu kamar. Dia menatapku sejenak dan panadangan kami bertemu, tapi pria itu dengan santainya memalingkan pandangannya lalu memejamkan kedua kelopak matanya.

Eh?

Huh?

Tunggu ... aku salah kamar kah? Tapi seorang prajurit tidak memiki kamar pribadi di kerajaan. Apakah dia anggota kerajaan? Ah, tidak! Meskipun baru beberapa hari disini tapi aku sudah tahu seluk-beluk dan isi kerajaan ini dari ingatan Sari. Mungkinkah ... Aku melewatkan sesuatu?

Ah  ... mungkin efek pusing dari ingatan Sari kambuh lagi.

Tapi ini benar-benar kamarku. 

"Permisi ...."

 Eh? Perasaan gugup macam apa ini? Baik saat menjadi Sari ataupun Mulan Aku tak pernah seperti ini. 

"Kamu siapa?" tanyaku ke pria itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top