Bab 5
Author POV
Beda Mulan, beda pula dengan Hans. Mulan dan Hans memang sama-sama melakukan percobaan pemindahan jiwa dan juga sama-sama masuk ke dalam tubuh seseorang di zaman yang sama.
Tapi di sini Mulan dapat melihat masa lalu Sari karena Sari memiliki banyak sekali kenangan bahagia bersama keluarganya. Berbeda dengan Mulan, Hans tidak dapat melihat masa lalu Wisnu karena ia tidak memiliki kenangan bahagia sama sekali.
Sebenarnya Wisnu merasakan perasaan bahagia saat bersama dengan temannya, Arya. Tetapi kebahagiaan itu semua terasa semu karena menurut Wisnu kebahagiaan yang ia rasakan tidak dapat menggantikan rasa sakit dan penderitaannya semasa hidupnya.
Dalam artian lain, Wisnu hanya melihat perjalanan hidupnya dari satu sisi, yaitu sisi negatifnya saja, dan sangat ingin melupakannya. Itulah alasan mengapa Hans tidak dapat melihat masa lalu dari seorang Wisnu.
Hal tersebut sebenarnya tidak mengganggu Hans sama sekali karena ingatan Wisnu memang tidak ada yang terlalu penting sehingga Hans dapat menjalankan perannya sebagai Wisnu dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti.
Tak terasa waktu demi waktu berlalu hingga tibalah saat dimana raja akan memilih seorang budak untuk dibawa ke istana. Sebelumnya Raja telah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang budak-budak yang dijual di daerah tepian istana.
Raja mengirimkan seseorang untuk melihat bagaimana kinerja para budak tersebut. Kemudian setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan Raja pun telah memutuskan menjatuhkan pilihannya pada seorang budak.
...
Pagi-pagi sekali Raja telah bersiap untuk pergi ke desa tempat para budak diperjual belikan. Karena tempatnya cukup jauh dengan istana, mungkin memerlukan waktu hingga 1 hari penuh untuk sampai di sana dengan menunggang kuda.
Sebenarnya bisa saja Raja menyuruh orang kepercayaannya untuk memilihkan seorang budak baginya. Namun kali ini berbeda, karena ia akan memilih seorang budak untuk dijadikan pengawal pribadi bagi putrinya. Jadi, Raja ingin memilih seseorang yang benar-benar terbaik, yang dapat belajar dengan cepat dan juga seseorang yang pekerja keras.
Memang jika sudah menyangkut kedua putrinya Raja akan langsung turun tangan dan memilihkan yang terbaik bagi putri-putrinya itu, karena raja amat sangat menyayangi putrinya.
Saking sayangnya sang Raja kepada putrinya, apapun yang diinginkan oleh putrinya akan ia kabulkan. Tentu saja dengan syarat keinginan putrinya itu harus masuk akal dan tidak menentang adat dan juga peraturan yang ada.
Saat para prajurit sedang sibuk menyiapkan perbekalan dan juga kuda-kuda yang akan dibawa, tiba-tiba Putri Sari datang ke arah Sang Raja yang tengah mengawasi persiapan untuk perjalanannya.
Raja Surya POV
Ketika aku tengah memperhatikan para prajurit ku yang mempersiapkan perbekalan dan juga peralatan untuk perjalanan, tiba-tiba salah seorang putriku menghampiriku. Dia adalah Sari. Putri pertamaku dan juga putri pertama dari kerajaan ini.
Dia berjalan ke arahku dengan senyum mengembang yang mirip sekali dengan milik ibundanya. Aku merasa menjadi seorang yang paling bahagia ketika melihat ketiga wanita dalam hidupku, yaitu Istriku, Sari dan juga putri bungsuku Ningsih tersenyum kearahku. Senyum hangat mereka seakan membawa pergi seluruh beban kerajaan yang ada dipundakku.
Aku sempat merasa takut saat sebulan yang lalu tabib istana mengatakan padaku bahwa Sari mengidap penyakit yang sulit untuk disembuhkan karena sampai saat ini obatnya belum ditemukan.
Hari demi hari setelahnya keadaan Sari makin memburuk dan hal ini membuat semua orang di istana merasa sedih. Karena apa? Sebenarnya hampir seluruh putri-putri kerajaan baik pada warganya, namun mereka enggan berbaur dengan masyarakat kalangan bawah. Berberda dengan Sari, ia adalah satu-satunya Putri yang mau berbaur dengan masyarakat kalangan bawah. Ia tidak pernah membedakan orang berdasarkan kasta ataupun statusnya.
Sebulan berlalu, hingga saat dimana berita yang tidak ingin semua orang dengar akhirnya datang. Ya, putriku tiada. Semua anggota kerajaan turut bersedih, termasuk seluruh pelayan dan juga penjaga istana. Bahkan rakyat jelata di luar istana pun berduka atas kepergian putriku ini.
Sebenarnya aku sangat tidak suka putriku bergaul dengan orang kalangan bawah. Karena dilihat dari sisi manapun kasta kami dan juga kasta mereka sangat berbeda jauh, bagaikan langit dengan bumi. Tapi aku hanya bisa memaklumi karakter putriku tersebut, karena Sari adalah putri yang terlalu baik sehingga ia mau bergaul dengan golongan bawah.
Meski selama ini aku mengizinkannya bergaul dengan kalangan bawah, bukan berarti aku tidak pernah mengawasinya. Bahkan apapun yang ia lakukan dengan kasta bawah akan aku ketahui dengan segera karena aku selalu mengawasinya secara diam-diam.
Saat itu, seluruh anggota kerajaan hendak memakamkan tubuh putriku yang terbaring lemah diranjangnya. Tapi tiba–tiba Ningsih, putri bungsuku berteriak ke arahku dan juga ratu yang berada tak jauh dari kamar Sari. Sebuah keajaiban datang, tubuh Sari bergerak dan matanya terbuka. Hal tersebut membuat semua orang di seluruh penjuru istana merasa senang. Baik bagi golongan atas maupun golongan bawah.
Semenjak hari itu aku memutuskan untuk memberi putriku seorang pengawal pribadi yang akan menjaganya kemana pun ia pergi.
"Selamat pagi Ayahanda," sapa Sari yang membuat lamunan ku teralihkan.
"Pagi juga untukmu Sari. Ada apa kau menghampiri Ayahanda disini, bukankah ini saatnya sarapan?" tanyaku padanya.
"Tidak ada apa Ayahanda, Sari hanya ingin menanyakan sesuatu. Ayahanda hendak pergi kemana? Kenapa buru–buru dan tidak ikut sarapan bersama kami?"
"Ayahanda akan pergi ke desa perdagangan budak. Karena letaknya cukup jauh, jadi Ayahanda akan segera berangkat supaya tidak sampai di sana pada malam hari."
"Desa perdagangan budak? Memangnya ada yang seperti itu Ayahanda? Bolehkah Sari ikut bersama Ayahanda?"
Sudah kuduga bahwa Sari akan bertanya seperti itu.
"Maaf Sari, kali ini kau tidak boleh ikut. Karena kondisimu masih belum pulih sepenuhnya," jelasku padanya sambil tersenyum memberi pengertian.
Sempat terlihat kesedihan dan kekecewaan di wajahnya. Namun, beberapa saat kemudian ia kembali tersenyum karena menyadari kekhawatiranku.
"Baiklah, Sari tidak akan ikut. Namun, bisakah Sari minta sesuatu Ayahanda?"
"Kau menginginkan apa Sari?" tanyaku dengan sedikit heran. Karena biasanya putriku ini tidak suka meminta oleh–oleh ketika aku pergi.
"Bisakah ayahanda membelikanku bibit bunga matahari? Aku ingin menanamnya," kata Sari dengan wajah yang berseri.
"Baiklah akan Ayahanda carikan saat perjalanan pulang, ada lagi ? Jika tidak Ayahanda harus segera berangkat, karena sepertinya persiapannya telah selesai. "
"Tidak ada Ayahanda itu saja. Ayahanda bisa berangkat."
Setelah selesai berbincang dengan Sari. Istri juga putri bungsuku datang dari dalam istana, mereka ikut keluar dan mengantar kepergianku hingga ke depan gerbang istana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top