Bab 29

Haris POV

Ketika semua orang tengah bersenda-gurau untuk mengantar kepergian Sari. Aku melihat Wisnu tengah memperhatikan kami dari kejauhan. Dia terlihat sangat sedih, namun dia juga menampakkan sedikit senyumnya. Kurasa Wisnu tersenyum karena melihat Sari juga tengah tersenyum.

Jika saja Wisnu tahu bahwa adikku menderita dalam pernikahan ini karena calon suaminya memiliki sifat yang tidak baik. Mungkin dia akan berusaha sekuat tenaga untuk menentang pernikahan ini.

Karena aku melihat bahwa dia sangat mencintai adikku. Aku tidak tahan lagi melihat penderitaan Sari yang ditutupi oleh senyum palsunya dan untuk kali ini aku sudah memutuskan.

"Ayahanda bisakah kita bicara sebentar."

"Tentu, kau ingin membicarakan tentang apa?"

"Maaf Ayahanda bisakah kita pergi dari sini sebentar. Aku perlu bicara dengan Ayahanda secara pribadi."

Akhirnya aku dan Ayahanda pergi ke sebuah ruang tempat istirahat para penjaga gerbang istana yang berada tak jauh dari gerbang istana. Setelah tiba di sana, Ayahanda meminta seluruh penjaga yang ada di dalam untuk keluar.

"Sekarang hanya ada kita berdua. Apa yang hendak kau bicarakan pangeran?"

"Langsung saja ke intinya Ayahanda. Aku tidak ingin pernikahan ini terjadi."

"Tapi kenapa pangeran? Bukankah Sari terlihat bahagia dengan pernikahan ini?"

"Sari memang terlihat bahagia Ayahanda, tapi sebenarnya saat ini ia tengah bersedih karena ia tidak ingin menikah dengan Pangeran Galih. Sari mencintai orang lain Ayahanda."

"Siapa dia?"

"Orang yang dicintai Sari adalah Wisnu," ucapku dengan mantap.

"Sudah Ayah duga," ucap Ayahanda dengan wajah yang berubah menjadi datar dan dingin.

"Jika Ayahanda sudah menduganya. Lalu kenapa Ayahanda tetap menikahkan Sari dengan pangeran Galih."

"Karena dia tidak pantas bersanding dengan putriku. Dia hanyalah mantan budak yang beruntung bisa menjadi pengawal pribadi putriku. Dia tidak berhak mendapatkan hal yang lebih baik dari itu."

"Tapi Ayahanda Wisnu dan Sari saling mencintai."

"Begini Pangeran, tidak ada sejarahnya seorang putri menikah dengan mantan budak. Itu akan benar-benar memalukan. Apa kata generasi penerus kerajaan kita nantinya?"

"Jadi Ayahanda lebih memilih mengorbankan kebahagiaan Sari hanya demi kehormatan. Aku ... hahh... sudahlah percuma juga berdebat dengan Ayahanda. Aku tahu Ayahanda tidak akan merubah keputusan Ayahanda."

Setelah berkata seperti itu. Pangeran Haris kemudian langsung berlalu untuk pergi meninggalkan ruangan.

***

Author POV

Setelah berbincang dengan putranya. Raja Surya pergi ke aula utama kerajaan untuk melakukan upacara penobatan Senopati yang baru. Dan Senopati yang baru itu adalah orang yang baru saja ia bicarakan dengan putranya dia adalah Wisnu.

Setelah Pangeran Haris berbincang dengan Ayahandanya. Ja kembali ke tempat di mana adiknya Sari telah menunggu untuk berangkat ke kerajaan calon suaminya.

***

Pangeran Haris POV

Aku kembali ke depan gerbang di mana terdapat rombongan Sari disana. Aku kembali untuk memberitahukan ketidak ikut sertaan ku dalam perjalanan ini.

Awalnya Sari nampak kecewa karena aku tidak ikut bersamanya. Tapi setelah mendengar penjelasanku dia  akhirnya mengerti.

Aku tahu dia pasti sedih karena tidak ada yang menemaninya untuk pergi ke ke kerajaan Kaliagung. Tapi mau bagaimana lagi. Setelah berbincang dengan Ayahanda tadi, beliau melarangku untuk ikut bersama dengan Sari. Karena Ayahanda takut jika aku akan menghancurkan pernikahan adikku disebabkan karena ketidaksetujuanku.

Yang benar saja aku memang menentang pernikahan ini tapi aku tidak mungkin mempermalukan diriku sendiri, keluargaku dan juga adikku di depan khalayak umum. Pemikiran Ayahanda sangat berlebihan.

Akhirnya setelah melepaskan kepergian adikku. Aku kembali ke dalam istana dan kebetulan aku melihat Wisnu memasuki kamarnya. Aku pun memutuskan untuk pergi ke kamar Wisnu sekalian mengucapkan selamat atas kenaikan jabatan nya.

Ketika sampai di depan kamarnya aku mengetuk pintunya. Setelah beberapa saat menunggu pintu pun terbuka dan menampakkan sosok Wisnu di hadapanku.

"Pangeran Haris?" sapa Wisnu dengan sedikit nada heran didalamnya. Mungkin dia merasa heran karena aku tidak jadi ikut dalam rombongan kerajaan untuk pergi ke kerajaan Kaliagung.

"Selamat atas kenaikanmu," ucapku dengan ramah sambil tersenyum dan juga mengulurkan tangan ku. Dia membalas uluran tanganku.

"Silahkan masuk."

Begitu aku masuk. Aku memperhatikan seluruh isi ruangan Wisnu yang akan ia tinggalkan dan berpindah ke kamar yang baru.

"Ada yang bisa ku bantu untumu?" tanyaku padanya, karena aku lihat dia sedang sibuk berkemas.

"Tidak perlu. Saya bisa sendiri," tolaknya dengan halus.

"Wisnu." 

Kali ini aku berbicara dengan nada serius sambil menatap matanya. Aku menghela nafas sejenak lalu melanjutkan perkataanku.

"Aku lebih setuju adikku menikah denganmu."

Aku lihat Wisnu terdiam sejenak sambil menatapku dengan heran.

“Maksud Pangeran?”

“Aku tahu tentang hubungan kalian, dan aku juga tahu bahwa kalian saling mencintai jadi aku lebih setuju jika adikku menikah denganmu. Selain karena alasan kalian saling mencintai aku juga memiliki satu alasan lagi."

"Apa itu Pangeran?"

"Sebenarnya..."

Ketika aku hendak mengatakan alasan kedua. Tiba-tiba ingatan tentang sehari sebelum ia berangkat berputar di otakku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top