Bab 14
Wisnu POV
Sepanjang perjalanan aku tidak bisa fokus terhadap apapun. Aku tak bisa berhenti memikirkan Arya. Aku tak habis pikir, sebenarnya Apa motif Arya melakukan semua ini? Apakah ia cemburu padaku karena aku yang dibeli oleh kerajaan? Tapi kenapa Putri Sari yang menjadi sasarannya?
Jika Arya memang cemburu kepadaku mengapa Arya membantuku saat aku di serang di sungai tempo hari. Dia kan bisa saja meninggalkanku dan membiarkanku terbunuh. Apa jangan-jangan dia memang sengaja merencanakan ini agar dia terlihat baik dan aku tidak mencurigainya?
Apakah dia berniat membunuh Putri Sari agar aku terkena hukuman karena tidak bisa menjaga putri kerajaan ini? Tiba-tiba aku mendengar seseorang seperti memanggilku.
"Hei, Wisnu Bagaimana pendapatmu?" tanya Putri Sari padaku.
Dia bertanya pendapatku tentang apa? Kapan dia bertanya padaku? Oh, Tuhan. Aku benar-benar tidak fokus.
"Maaf Tuan Putri pendapat saya tentang apa?" Lalu dengan nada yang cukup sopan aku kembali bertanya.
"Aku tadi bertanya. Menurutmu kebahagiaan itu seperti apa?" Putri sari mengulang pertanyaannya kembali.
"Maafkan saya Tuan Putri jika nanti jawaban saya tidak sesuai dengan apa yang Tuan Putri harapkan karena saya sendiri belum pernah merasakan perasaan bahagia." Saat mengatakan hal tersebut aku menengok pada tuan putri dan kulihat ekspresi wajahnya sedikit berubah. Yang tadinya ia antusias sekarang wajahnya berubah menjadi wajah seseorang yang bersalah.
"Menurut saya kebahagiaan itu adalah suatu keadaan dimana pikiran atau perasaan kita merasa cukup dengan kesenangan, cinta, kepuasan, atau kenikmatan yang kita miliki. Jadi intinya jika kita merasa puas dengan apa yang kita miliki maka kita akan bahagia."
Aku menjawabnya jujur karena sebenarnya aku memang tidak tahu kebahagiaan itu seperti apa. Aku saja bisa menjawab pertanyaan ini karena aku pernah membaca definisinya di sebuah buku yang aku temukan di ruang kerja ayahku ketika aku masih kuliah.
Ketika aku selesai menjawab pertanyaan Putri Sari. Aku kembali menoleh padanya dan ternyata yang aku dapati kini dia sedang menatapku dengan kagum mungkin? Aku membiarkannya selama beberapa saat.
Sebenarnya jika saja tidak ada orang di sini maka aku akan membiarkan Putri Sari menatapku hingga merasa puas. Tapi keadaan tidak memungkinkan karena di sini banyak orang yang sedang memperhatikan kami maka dari itu aku berdehem untuk mengalihkan perhatiannya.
"Ekheem."
Aku melihat wajah Putri Sari yang memerah karena tertangkap basah tengah memperhatikanku. Dia benar-benar sangat menggemaskan. Ingin sekali rasanya aku membawanya ke zamanku agar aku tidak merasa kesepian lagi.
Tapi apa boleh buat bahkan aku sendiri pun tidak bisa kembali ke zamanku. Dasar profesor-profesor bodoh kenapa mereka tidak memberitahuku cara untuk kembali. Apa mereka sengaja mengirimku ke zaman ini agar mereka bisa menguasai perasaanku? Awas saja jika aku telah kembali.
***
Author POV
Di tempat lain.
Seorang prajurit kerajaan tengah berjalan menuju sebuah rumah yang tak jauh dari kerajaan. Prajurit tersebut membawa pesan dari seseorang untuk diberikan kepada sang penghuni rumah.
Tok! Tok! Tok!
Kriettt.
"Salam Tuan Arya ada pesan untuk anda dari kerajaan." Kemudian sang prajurit memberikan sebuah gulungan coklat kepada Arya.
"Baiklah, terima kasih."
Setelah mengucapkan terima kasih. Arya berbalik kemudian menutup pintu dan masuk ke dalam rumah.
Arya membawa gulungan pesan tersebut masuk ke dalam kamarnya. Setelah masuk ke dalam kamar. Arya kemudian menutup semua jendela dan juga pintu kamar.
Setelah memastikan semuanya aman dan tidak ada celah untuk mengintip ke dalam. Arya kemudian membuka gulungan surat tersebut.
***
Untuk Arya
Aku tahu semalam kau telah mencoba melancarkan serangan dan juga ingin menghabisinya. Tapi rencanamu gagal total karena temanmu yang bernama Wisnu itu.
Aku tahu bahwa keinginanmu untuk menghabisinya memang besar. Tapi jika kau melakukan tindakan gegabah seperti semalam maka kau bisa saja kehilangan nyawamu.
Kau beruntung tadi malam Wisnu tidak melaporkanmu. Jika saja Wisnu melaporkanmu maka rencana kita berdua akan benar–benar gagal
Jadi lain kali jika kau ingin melakukan penyerangan. Kau harus lapor dahulu padaku agar kita bisa menciptakan rencana yang lebih baik untuk menghadapinya.
Ingat bahwa jika kau gegabah maka Wisnu yang akan menjadi korban selanjutnya.
Sekarang aku punya misi untukmu. Mereka berdua Wisnu dan juga Sari sedang keluar istana. Tugasmu adalah untuk mengawasi mereka sedangkan aku akan menyusun rencana baru untuk kita. Jangan pernah biarkan mereka lepas dari pandanganmu.
Segera siapkan barangmu sekarang juga dan segera ikuti mereka. Aku telah menyiapkan kuda putih di kandang belakang rumahmu. Kenakan kuda tersebut untuk mengikuti mereka saat mereka telah cukup jauh.
Jangan lupa untuk terus berlatih agar kemampuanmu tetap terasah dengan baik karena lawanmu bukan orang sembarangan.
PH
***
Setelah selesai membaca isi gulungan tersebut. Arya membakar surat tersebut tanpa sisa.
Kemudian Arya bergegas mengemasi barang-barangnya dan juga perbekalan yang akan ia bawa secepat mungkin, karena menurutnya ia sudah tertinggal jauh oleh rombongan kerajaan.
Setelah mengemasi barang-barang dan juga perbekalannya Arya langsung menuju kandang di belakang rumahnya untuk mengambil kuda yang dimaksud dalam surat. Dan benar saja di kandang tersebut ia mendapati seekor kuda putih gagah yang siap untuk ditunggangi.
Tanpa pikir panjang Arya langsung melepas ikatan tali kuda yang terdapat pada tiang kandang. Kemudian ia menaiki kuda tersebut dan bergegas menyusul rombongan kerajaan.
Arya memacu kudanya secepat yang mungkin agar ia dapat menyusul rombongan kerajaan. Dan setelah Arya memacu kudanya kurang lebih setengah jam ia dapat melihat rombongan kerajaan dari kejauhan. Arya memelankan laju kudanya agar ia dapat mengawasi gerak-gerik rombongan kerajaan dari kejauhan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan memakan waktu lama. Akhirnya rombongan kerajaan tiba di desa yang mereka tuju, yaitu Desa Umbo.
Arya yang mengikuti rombongan kerajaan dari belakang. Ia tidak ikut masuk ke dalam desa. Ia memilih untuk mencari tempat berteduh di pinggiran desa. Mungkin sebuah gubuk kosong atau Arya bisa membangun sebuah gubuk kecil untuk ia tinggal selama beberapa hari di sana.
Arya berjalan menelusuri hutan-hutan di pinggir desa untuk mencari tempat berteduh baginya. Beruntung ia menemukan sebuah gubuk kecil yang tidak terpakai. Lokasinya pun tak jauh dari tempat peristirahatan rombongan kerajaan. Dengan begitu Arya akan lebih mudah mengawasi seluruh anggota rombongan kerajaan yang datang ke desa ini.
Lain dengan Arya yang kesusahan mencari tempat tinggal. Rombongan kerajaan yang tiba di Desa Umbo disambut hangat oleh Kepala Desa dan juga rakyatnya. Kepala desa dan juga rakyat Desa Umbo menyambut kedatangan rombongan kerajaan dengan sangat meriah. Setelah diberi sambutan yang meriah oleh warga desa, rombongan kerajaan dibawa ke tempat peristirahatan mereka yang telah disediakan oleh Kepala Desa.
"Ini Ndoro kami telah menyiapkan 2 rumah untuk beristirahat sesuai perintah Raja," ucap kepala desa kepada Putri Sari.
"Baiklah, kalau begitu terima kasih Pak karena bapak sudah menyambut kedatangan kami. Sekarang bapak serta para warga boleh Iistirahat," ucap Sari kepada sang kepala desa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top