Bab 12

Wisnu POV

Aku telah menyelesaikan latihanku hari ini. Hari ini aku bertanding melawan 2 orang yang akan menjadi guruku untuk seterusnya. Kali ini lawanku memiliki kekuatan yang cukup seimbang denganku. Namun, kali ini aku benar-benar tidak bisa memfokuskan pikiranku.

Saat latihan tadi aku hanya memikirkan kondisi Putri Sari yang sekarang sedang berada di kamarku. Mungkin saat ini ia masih pingsan diatas tempat tidurku. Sebenarnya ada apa? Apakah luka di leherku begitu parah sehingga Putri Sari amat ketakutan?

Seingatku meskipun leherku di cengkeram oleh pria tidak di kenal tadi lukanya tidak akan parah, sebab dia tidak menggunakan senjata apapun saat mencengkram leherku. Jika di lihat dari raut wajah Putri Sari ketakutannya sama seperti pada saat ia melihat laba-laba tempo hari.

Tanpa aku sadari sedari tadi, sewaktu latihan Raja memperhatikanku dari tepi lapangan dengan sangat intens. Kemudian saat selesai latihan ia datang menghampiriku

"Ada apa Wisnu? Kulihat kau tidak fokus pada pertandinganmu."

"Ampun Paduka ada yang ingin saya sampaikan. Sebenarnya Putri Sari sekarang berada di kamar hamba."

"Mengapa Sari bisa ada di kamarmu?"

"Sebenarnya begini Paduka. Saat tadi pagi saya mandi di sungai belakang istana saya di serang oleh seseorang dengan jubah hitam. Kemudian........"

Aku menceritakan seluruh kejadian yang terjadi padaku tadi pagi dengan sedetail mungkin. Dengan catatan aku tidak menceritakan bahwa Putri Sari yang mengobatiku karena prediksiku jika Raja mengetahui hal tersebut maka ia akan marah besar kepada Putri Sari.
Tadinya aku tidak ingin memberi tahu Raja mengenai apa yang terjadi padaku saat pagi tadi. Namun, sekarang keadaan memaksaku untuk menceritkan peristiwa tersebut.

Setelah mendengarkan ceritaku. Raja memintaku untuk memindahkan Putrinya ke dalam kamarnya sendiri. Sebab menurut Raja tidak baik jika seorang Putri diletakkan di kamar pengawal.

Aku berjalan kembali ke kamar, sedangkan Raja ia akan pergi untuk menemui putranya sebentar.


Setelah mendapat perintah Raja, aku kembali ke kamarku. Aku melihat Bi Ijah masih setia menunggu di depan pintu. Kemudian aku memberi hormat kepadanya. Kemudian meminta izin padanya untuk membuka pintu kamarku agar aku dapat menjalankan perintah Raja untuk memindahkan putrinya ke kamarnya

"Ngapunten Bi Ijah. Boleh saya masuk? Saya di perintahkan Raja untuk memindahkan Putri Sari ke dalam kamarnya sendiri."

"Oh, inggih, Den. Silakan!" ucap Bi Ijah sambil membukakan pintu kamar.
Setelah masuk ke dalam kamar aku melihat Putri masih tertidur lelap.

Sebenarnya aku tidak ingin mengusiknya dengan membawanya kembali ke kamarnya. Tapi apa boleh buat jika orang tua itu sudah memerintahkan seperti itu maka aku harus melaksanakannya.

Ku pandangi wajah lelap Sari sebentar. Kemudian perlahan-lahan aku mengangkatnya ke dalam gendonganku. Aku mengangkatnya secara perlahan agar ia tidak bangun dari tidurnya lalu terusik dengan kehadiranku.

Setelah berhasil mengangkat Putri Sari. Aku bersama Bi Ijah berjalan beriringan menuju kamar Putri Sari yang berada cukup jauh dari sini. Saat telah tiba di kamar Sang Putri aku menurunkan Putri Sari yang berada di gendonganku ke atas tempat tidurnya dengan perlahan-lahan .

"Den bisa tolong jaga Ndoro Putri sebentar?" Tiba-tiba Bi Ijah bersuara setelah aku meletakkan Putri Sari di atas tempat tidurnya.

"Bi ijah mau pergi kemana?" tanyaku pada Bi Ijah.

"Itu, Den. Bi Ijah mau memberitahu kanjeng Ratu. Lalu Bi Ijah juga mau membuatkan bubur untuk Ndoro Putri jika nanti sudah sadar. Kalau begitu Bi Ijah permisi dulu ya, Den."

"Kalau begitu baik, Bi. Saya akan menjaga Putri Sari untuk sementara waktu."

Tanpa sepatah kata lagi Bi Ijah pun pergi keluar dari kamar Sari dan segera menjalankan tugasnya.

Kini aku memperhatikan wajah Putri Sari. Mulai dari alisnya, kelopak matanya, hidungnya hingga bibirnya. Aku memperhatikannya cukup lama dan entah kenapa rasanya aku ingin melihat pemandangan ini setiap hari.
Untuk sesaat aku larut dalam dunia khayalanku, kemudian aku tersadar setelah mendengar derap langkah seseorang menuju kemari. Ternyata suara derap langkah tersebut adalah milik Bi Ijah.

"Terima kasih ya Den sudah mau menjaga Ndoro Putri. Kanjeng Ratu akan segera kemari setelah membuat bubur untuk Ndoro Putri," ucap Bi Ijah setelah sampai di hadapanku.

"Sama-sama, Bi. Kalau begitu saya pergi dulu ya, Bi." Aku yang sadar diri pun bergegas pergi dari sana.

Ku langkahkan kakiku kembali menuju kamarku sendiri untuk beristirahat dan juga membersihkan diri karena menurutku latihan tadi cukup menguras banyak tenaga.

Selain itu, setelah ini aku juga memiliki pekerjaan yang lain lagi. Maka dari itu aku harus segera membersihkan diri dan juga beristirahat.

Entah kenapa setelah melihat wajah Putri Sari tadi aku tidak dapat menghentikan senyum di wajahku. Kurasa aku memang benar benar jatuh cinta pada Putri itu. Semoga saja cinta ini tidak membuatku melangkah lebih jauh.

Karena di sini aku hanya berperan sebagia pengawal pribadi Putri Sari. Dan pengawal seperti diriku tidak bisa di sandingkan dengan Putri kerajaan seperti dirinya.

***

Author POV

Terdengar suara derap langkah di tangah malam yang sunyi di lorong kerajaan. Putri Sari hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

"Huft, melelahkan juga berjalan ke dapur untuk sekedar minum padahal jaraknya lumayan dekat," gumam Putri menuju dapur melewati lorong dengan lilin yang rapih berjejer di sepanjang lorong.

"Besok dan seterusnya akan ku suruh Bi Ijah membawakan Air minum setiap malam."

Bruk!

"...?" Putri Sari menoleh ke belakang begitu mendengar suara itu.

"Suara apa itu tadi? Kucing, kah?" sambungnya penasaran.

"Ah, sudahlah," katanya mengabaikan dan melanjutkan menuju dapur.

Sesampainya di dapur Putri Sari mengambil kendi berisikan air bersih yang sudah matang lalu menuangkannya ke dalam gelas kayu lalu meminumnya.

Buk! Dem! Plak!

"...?"

Suara ribut samar itu kembali terdengar. Putri Sari sebenarnya penasaran, tapi ia lebih memilih untuk mengabaikan suara itu. Ia mengambil gelas kayu yang berisikan air dan membawanya kembali ke kamar agar sewaktu-waktu bila haus tak perlu pergi ke dapur lagi.

Putri Sari berjalan melewati lorong yang sama untuk kembali ke kamarnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang berdiri jauh di depannya dan memandangnya.

Putri Sari tak tau siapa orang itu karena pencahayaan yang kurang baik di tambah lilin di sekitar orang itu berjatuhan. Tapi yang menjadi fokus Sari adalah pisau berlumuran darah yang di pegang oleh tangan kiri orang itu.

Pengelihatan Sari perlahan kabur dan gelas yang ia bawa pun lolos dari genggamannya. Lalu baik gelas maupun orang yang membawanya terjatuh secara bersamaan.

Ia pingsan.

Orang yang membawa pisau tadi berjalan mendekat. Sesaat sebelum ia menyentuh Putri Sari ada seseorang yang menarik kerah bajunya ke belakang dan membuatnya tersungkur.

Dia adalah Wisnu.

"Arya?" tanya Wisnu kepada seseorang telah jatuh ke tanah karena ia dorong.

Wisnu menapnya sejenak dan benar saja dia Arya. Setelahnya ia mengalihkan pandangan ke Putri Sari. Kemudian kembali memandang Arya yang sedang mencoba berdiri.

"Wisnu," gumam Arya dengan ekspresi yang susah di artikan.

Wisnu melirik area sekitar lorong yang tampak berantakan dan kini pandangannya terfokus ke sebuah benda tajam dengan hiasan merah di tangan kiri Arya.

"Apa yang sudah kau lakukan pada Putri Sari?" tanyanya dan sigap mengambil posisi mengeluarkan pedang di sisi kirinya.

"Wisnu i-ini tidak seperti du..." Belum sempat ia menyelesaikan Wisnu sudah menyela omongannya.

"Cukup itu alasan yang cukup Arya. Lagipula apa yang kau lakukan di dalam kerajaan malam-malam begini?"

"Wisnu de..." Lagi-lagi ia di sela sebelum sempat memberikan alasan.

"Sudahlah Arya bekas darah di tangan kananmu itu. Aku tak ingin mempercayainya tapi bukti nyata ada di depan mata. Aku sangat kecewa. Ku pikir kita bisa menjadi saudara selamanya," kata Wisnu tidak seperti tadi. Ia lebih tenang dan berjalan mendekati Putri Sari yang pingsan dan menggendongnya.

"...." Arya hanya diam dan menunduk. Sambil sesekali melirik ke arah pisau di tangan kirinya.

"Aku tak tau bagaimamaa caramu masuk ke sini. Tapi pergilah dan pulanglah. Di pintu belakang ada lorong bawah tanah lewat sana. Dan jangan pernah menampakkan rupamu lagi," ucap Wisnu tanpa memberi kesempatan kepada Arya untuk membalas. Ia pergi dari lorong tersebut dan membawa Putri Sari kembali ke kamarnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top