Bab 10
Wisnu POV
"Bi Ijah?" kataku terkejut sekaligus takut. Pasalnya, Bi Ijah menyaksikan Aku dan Putri Sari dalam posisi yang ambigu seperti ini.
"Tidak apa-apa, Den. Bibi mengerti sepertinya Ndoro Putri memang butuh Den Wisnu. Tenang saja," ucapnya lalu ku balas dengan anggukan kecil. Setelah itu Bi Ijah keluar kamar dan menutupnya kembali.
Entah sudah berapa lama aku menemani sang Puteri di dalam kamarku. Posisi kami sangat mungkin untuk menimbulkan kecurigaan.
Aku tak memakai atasan dan Putri ini sama sekali tak ingin melepas pelukannya, air matanya sudah berhenti dan ku rasa dia juga sudah tertidur sedari tadi.
Namun, anehnya begitu aku hendak melepaskan pelukannya dan beranjak dari ranjang. Ia terbangun dan memelukku erat lagi sambil mengatakan.
"Jangan pergi, Aku takut."
Ya, Aku sebenarnya ada rasa senang juga saat dia mengatakan itu. Entah mengapa jantungku dari tadi tak bisa di ajak kompromi.
Bagaimana kalau Putri Sari mendengar detak jantungku di pelukanku?
Aku bahkan sampai lupa sore ini harusnya Aku ada latihan. Senyaman apapun sekarang, pelukan ini harus ku lepas. Lalu aku harus segera pergi dari sini untuk latihan. Lagipula Aku juga tak ingin ada kesalahpahaman jika ada yang menyaksikan.
Untung saja Bi Ijah tadi mengerti akan keadaan sekarang, kalau tidak aku tak tau lagi apa yang terjadi padaku dan juga Putri Sari. Aku tak ingin putri ini mendapatkan masalah karena ku.
Dengan perlahan Aku meletakkan kepalanya dengan nyaman di atas bantal. Lalu melepaskan tangannya yang setia melingkar di pinggangku.
Oh, ia tak bereaksi. Ini bagus.
Ia sudah benar-benar istirahat sekarang. Aku kasihan dan juga merasa sakit ketika melihatnya seperti tadi. Iya, sudah ku yakini kalau aku mencintainya. Perasaan nyaman juga hangat saat pertamakali melihat dan bertemu dengannya adalah perasaan cinta.
Cinta!
Bukan hanya sekedar rasa nyaman sesaat atau sekedar suka. Aku mencintainya saat pertamakali melihatnya. Tapi apakah mungkin untukku yang seorang kaum bawah ini menjadi pendampingnya(?)
Baiklah, karena Putri ini sudah bisa tenang dan beristirahat. Maka Aku akan pergi untuk latihan. Kondisiku juga sudah mulai mendingan hanya perih di beberapa bagian. Aku juga sebenarnya tak ingin melaporkan kejadian tadi kepada Raja.
Segera aku memakai atasan yang sedari tadi berada di dekat jendela. Juga tak lupa menemui Bi Ijah untuk mengurus Putri Sari karena ia masih di dalam kamarku. Tentu saja aku tak ingin ada masalah yang lebih besar saat ada seseorang yang tau bahwa ada seorang Putri kerajaan yang tertidur di kamar penjaganya.
Aku menyiapkan semua persenjataanku lalu pergi ke tempat latihan. Dan benar saja karena tidak ada yang tau mengenai kejadian yang menimpaku tadi pagi, latihan ini tetap berlanjut. Raja Surya dan dua orang yang kemungkinan menjadi lawan tanding dalam latihan kali ini sudah menungguku.
Aku tepat waktu.
"Tepat waktu," kata salah seorang pria yang langsung menanggalkan atasannya dan menampakkan otot yang terbentuk sempurna. Badannya tidaklah besar, dia tinggi tegap.
Dia ingin langsung memulai? Maka aku siap.
"Seperti yang kau katakan Ayahanda, aku akan memulai," sambungnya dan melakukan pemanasan seperti merenggangkan otot kaki dan kepalanya.
Tunggu Ayahanda? Oh, jadi dia kakak dari Putri Sari.
Menarik.
"Silahkan, kalian persiapkan diri kalian. Senopati dan Aku akan mengawasi dari sini," kata Raja dan menyingkir ke pinggir lapangan. Cukup jauh, benar-benar memberi ruang.
"Kau siap?" ucap pria yang sekarang aku tau dia adalah Putra Mahkota. Ia menatapku sembari mengambil posisi mirip seperti orang ingin lari sprint di zamanku.
"Pakailah senjata apapun," sambungnya.
Dia serius mengatakan itu?
Aku pun langsung mengarahkan tombakku ke depan untuk mengambil posisi siap. Hening sejenak tak ada yang mulai bergerak baik diriku maupun dia.
Apa aku salah jika aku membunuhnya Dia terlihat lemah.
Tak lama ia mulai berlari ke arahku dengan sangat cepat seperti cheetah. Aku langsung mengayunkan tombakku dari samping bawah kiri ke atas samping kanan menggunakan tangan kanan.
Tapi ia dengan sangat mudahnya melompat dan menghindar ke samping kiriku sembari mendorong wajahku menggunakan tangan kiri ke belakang hingga aku terjatuh ke tanah.
"Baiklah, dia unggul dalam hal kecepat," gumamku dalam hati.
"Bagaimana?" katanya begitu berdiri.
"Cih."
Apa-apaan kecepatannya itu? Dia benar-benar manusia?
Aku langsung mengambil posisi berdiri dengan bantuan tombakku. "Baiklah yang mulia Putra Mahkota. Jangan salahkan hamba jika ada sedikit bagian tubuh anda yang terkoyak," kataku sambil memegang bagian belakang kepalaku yang terasa sedikit nyeri.
"Coba saja," balasnya tersenyum sinis.
Aku mengambil posisi seperti di awal, begitupun dengannya. Aku melirik dua orang yang berada di pinggir lapangan sekilas, tak ada ekspresi di antara mereka.
Sekarang aku yang mulai menyerang dengan tombak di tangan kiriku kali ini. Ia juga berlari ke arahku dan aku lemparkan tombak tepat ke arahnya, lalu lagi-lagi ia menghindar dengan cara melompatinya.
Begitu posisinya menguntungkan ini kesempatanku!
Ia hendak melakukan gerakan yang sama seperti tadi yaitu melompat dan mendorong wajahku ke belakang. Aku sengaja menerima serangnya hingga terjatuh dan langsung ku raih kedua tangannya sebelum ia menyingkir. Lalu saat-saat kelengahannya itulah aku menindih balik badannya dengan cepat.
Kau terlalu meremehkan mantan budak wahai kucing kerajaan.
Tapi tunggu saat menindih badannya dan mencengkram erat kedua tangannya. Aku merasakan perasaan yang tak asing. Aku baru pertamakali bertemu tapi rasanya. Namun, yang benar saja sekilas Aku melihat goresan di pergelangan tangan kanannya. Itu instingku tak pernah salah. Aku terlatih untuk menggunakan segala indra pikiran untuk membangun perusahaanku. Aku ingat saat pagi tadi menggores pergelangannya menggunakan pisau saat melawan.
Posisi ini tak berlangsung lama tak hanya memiliki kecepatan yang tak wajar kekuatannya juga sama bisa di andalkannya. Ia mencoba mendorong lengannya yang sedang ku cengram erat di tanah.
Namun, aku lengah bukan itu tujuannya. Ia menyundulku dengan sangat kuat hingga membuatku terpental.
The real definisi keras kepala.
Mengapa dari tadi pagi orang mengincar kepalaku?
Eh, Tunggu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top