Waiting For You

Title         : Waiting For You
Author     : Aurelia
Genre     : Fanfiction, Romance, Tragedy
Main Cast : Nam Woo Hyun (INFINITE), Park Cho Rong (APINK)
Length   : Oneshot
Rating      : PG+15


***


Drt drtt

Ponsel berwarna gold yang ada di atas nakas bergetar. Pertanda ada pesan yang masuk. Mengganggu tidur nyenyak seorang gadis cantik berambut kecoklatan yang pagi ini masih betah berlama-lama bergelut di atas ranjangnya.

"Augh, aku masih mengantuk," gerutunya kesal. Memaksakan dirinya untuk segera bangkit dari atas ranjang dan berjalan menuju nakas untuk melihat siapa orang iseng yang sudah mengganggu tidur nyenyaknya.

Woo Hyun Oppa
Sunday, 24.08.2019 08.21

Hon, I'll be there soon.
See you there.
Miss you so bad.

Gadis itu membulatkan kedua bola matanya. Menutup bibirnya yang sedikit terbuka karena terkejut. "Mwo? Woo Hyun Oppa akan datang?"

Park Cho Rong, gadis itu, sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan kekasihnya. Semenjak laki-laki itu pindah ke Sydney untuk melanjutkan kuliahnya.

Ini hari besar untuknya. Akhirnya, setelah melewati masa lima tahun dengan long distance relationship nya, kekasihnya itu akan datang.

Sudah lama ia menjalin hubungan dengan teman sekelasnya saat SMA dulu. Tidak mudah melewati masa-masa itu, mengingat kekasihnya itu bukan laki-laki biasa. Ia pintar, tampan dan berbakat. Seluruh penghuni SMA mengenal laki-laki itu. Nam Woo Hyun.

Karena terlalu bahagia, Cho Rong segera berlari ke dalam kamar mandi. Membasuh tubuhnya agar terlihat lebih fresh saat bertemu dengan laki-laki nya nanti. Hingga lupa membalas pesan tersebut.

Di kamar itu. Sebuah kamar apartemen yang tidak terlalu besar. Cho Rong sengaja memilih hidup sederhana, setelah memutuskan untuk meninggalkan Seoul demi pekerjaannya sebagai guru Tae Kwon Do di salah satu sekolah bela diri terkenal di Incheon.

Tidak ada yang istimewa dari kamar itu. Hanya ada dua buah lemari besar, tempat seluruh pakaiannya, serta piagam dan piala perlombaan Tae Kwon Do. Juga ada banyak potret dirinya bersama laki-laki nya, Nam Woo Hyun.

Cho Rong bukan gadis yang feminin. Dia lebih memilih untuk menjadi gadis biasa yang mencintai kebebasan. Itu pula yang menjadikan alasan utama Woo Hyun lebih memilih Cho Rong ketimbang gadis lain yang tentunya lebih cantik, seksi dan feminin.

Menurut Woo Hyun, Cho Rong seperti memiliki auranya sendiri. Terus menariknya untuk selalu berada berdekatan dengan gadis itu. Seperti dua kutub magnet yang bersebrangan. Namun karena beasiswa itu, Woo Hyun terpaksa meninggalkan gadisnya sementara untuk mimpinya. Menjadi penyanyi terkenal.

Cho Rong akhirnya keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih yang melilit kepalanya serta jubah mandi yang menutupi tubuh setengah keringnya.

Ia berjalan menuju lemari besarnya. Memilah beberapa pakaian yang akan ia gunakan untuk bertemu dengan Woo Hyun nanti.

"Aigo, baju apa yang harus aku pakai?" gumamnya, sambil terus mematut dirinya di depan cermin besar di samping lemari pakaiannya.

Dan, setelah berjam-jam memilih, ia menetapkan satu pilihan pada sebuah dress berbahan sifon yang jatuh pas di atas lututnya. Dress tanpa lengan berwarna putih dengan motif sakura di bagian dada kanannya serta belt hitam yang melingkari pinggangnya.

"Apa ini tidak berlebihan?" gumamnya ragu. Pasalnya, Cho Rong memang tidak pernah memakai pakaian seperti itu. Ia hanya menggunakan jeans dan kaos kemanapun ia pergi. Termasuk saat berkencan dengan laki-laki nya.

Ia memutuskan untuk memakai itu karena menurutnya ini hari besar yang wajib di rayakan dengan sempurna. Ia tidak akan pernah tau, mungkin saja selera kekasihnya itu sudah berubah setelah selama lima tahun terbiasa dengan melihat gadis cantik dan seksi di Sydney.

Cho Rong mengambil ponselnya di atas nakas. Mengutak-atiknya sebentar untuk menghubungi sahabatnya, Jung Eun Ji.

"Yeoboseyo, Eun Ji-ya!" Suara Cho Rong menggelegar karena terlalu bersemangat.

"Yak! Aku tidak tuli!" Eun Ji menggerutu kesal karena teriakan Cho Rong membuat telinganya sakit

Cho Rong terkekeh geli. "Mian. Aku terlalu bahagia hari ini," ujarnya. Namun kali ini dengan nada yang lebih rendah.

Cho Rong bisa mendengar desis kekesalan Eun Ji di sebrang sana. "Wae?" tanyanya ketus.

"Nanti saja aku cerita. Ayo kita ke salon. Aku yang bayar!"

"Oke, call!"

Pip

Cho Rong memutuskan sambungan telponnya. Ia memutar jengah bola matanya. Sahabatnya memang selalu seperti itu. Gadis pecinta gratisan.

Tanpa berpikir lagi, ia segera memakai flat shoes berwarna cream dan sling bag kecil bernada sama.

***

Paradise Beauty Care
Jung-gu, Incheon 14.31 KST

Cho Rong kini tengah duduk di ruang tunggu. Menanti kedatangan sahabatnya yang super lamban. Sudah bermenit-menit ia menunggu, namun gadis itu belum juga menampakkan dirinya.

"Cho Rong-ah!" Eun Ji akhirnya datang. Melambaikan tangannya senang pada Cho Rong yang saat itu sudah memasang wajah sebalnya. Seperti tanpa dosa. "Mian aku terlambat. Sung Gyu Oppa memintaku untuk membuatkan makan siangnya," jelas Eun Ji dengan wajah yang penuh penyesalan.

Cho Rong berdecak sebal. "Kau dan suamimu memang tidak jauh beda. Sama-sama menyebalkan," dengusnya.

"Segeralah menikah. Kau akan tau nanti betapa sibuknya menjadi seorang istri!" Kini giliran Eun Ji yang berdecak sebal. Sedang Cho Rong hanya bisa terkekeh geli.

Pernikahan.

Kata itu memang selalu muncul dalam pikiran Cho Rong. Betapa bahagianya jika ia bisa segera menikah dengan laki-laki nya, Woo Hyun. Namun ia hanya bisa tersenyum miris. Mengingat kekasihnya itu sangat ingin meraih mimpinya sebelum ia menikah. Dengan terpaksa, Cho Rong menunda keinginannya untuk menikah muda seperti Eun Ji.

"Sudahlah. Lupakan saja," hibur Eun Ji. Ia tau bagaimana keadaan hubungan antara sahabatnya dengan sahabat suaminya itu. "Ah, matta. Ceritakan padaku, kenapa kau tadi terdengar bahagia sekali di telpon?"

Cho Rong dan Eun Ji kini memulai perawatan diri mereka. Mulai dari cream bath.

"Woo Hyun Oppa mengirimkanku pesan, kalau dia sedang dalam perjalanan ke sini."

"Mworago?-- Akk!" Saking terkejutnya Eun Ji, ia sampai menegakkan tubuhnya dan membuat air yang tengah di pakai untuk membasuh rambutnya berantakan.

Cho Rong memandang Eun Ji heran. "Tenanglah. Kau terlalu berlebihan."

Eun Ji kembali menyandarkan tubuhnya dan membiarkan rambutnya kembali dicuci. "Ternyata dia masih hidup. Kukira dia sudah mati karena tidak pernah menghubungimu akhir-akhir ini."

"Yak! Geumanhae! Kau seharusnya tidak berbicara begitu." Cho Rong kembali memasang wajah kesalnya. Sedang Eun Ji hanya bisa tertawa.

***

Heaven Café and Resto
Jung-gu, Incheon 19.13

Di sinilah Cho Rong sekarang. Di tempat pertama kali ia dan Woo Hyun berkencan. Sebuah kafe dan restotan yang mengusung tema modern-classic.

Harum biji kopi yang baru dipanggang, menguar di indra penciuman Cho Rong. Berpadu menjadi satu dengan aroma wagyu yang dipanggang dan dibumbui. Aroma favorit Woo Hyun. Cho Rong sangat mengingat hal itu.

Sudah 30 menit Cho Rong menunggu. Seharusnya Woo Hyun sudah tiba di sini. Namun laki-laki itu belum juga memberikan kabar padanya.

Sudah puluhan kali ia menghubungi kekasihnya, namun nomornya tidak aktif. Cho Rong mulai gelisah. Perasaannya mulai tidak enak. "Ada apa denganku?"

Selang beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar. Ada pesan dari Eun Ji. Cho Rong mengerutkan dahinya bingung.

Nona Berisik
Sunday, 24.08.2019 20.02

Cho Rong-ah, lihat berita di internet tentang kecelakaan Diamond Air.
Semoga itu bukan Woo Hyun.
Semoga kau sedang makan malam romantis bersamanya sekarang.

Deg

Seketika tubuh Cho Rong menegang.

Diamond Air.

Kecelakaan.

Woo Hyun.

Berbagai macam pikiran buruk mulai menyeruak ke dalam pikiran gadis itu. Hampir saja ponsel yang ia pegang terjatuh dari genggamannya yang mengendur.

Tanpa pikir panjang, Cho Rong segera berselancar di dunia maya. Mencari jawaban atas apa yang kini tengah ia khawatirkan. "Semoga kau baik-baik saja, Oppa."

Cho Rong memandang lamat-lamat daftar korban selamat yang ada di layar ponselnya. Mencari satu nama yang sedari tadi ia nantikan kehadirannya.

Tangannya sudah dingin dan berkeringat. Ia meremasnya cemas. Kedua bola matanya sudah memerah. Sebentar lagi bendungan di matanya itu akan meluncur deras.

Nihil.

Tidak ada nama Woo Hyun di sana.

"Maldo andwae!" Gumamnya. Membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangannya. Nama kekasihnya tidak ada di daftar korban yang selamat.

Ponsel Cho Rong kembali bergetar. Eun Ji menelponnya.

"Eun Ji-ya. Bandara! Sekarang!"

Cho Rong langsung memutuskan sambungan telponnya. Memasukkan ponsel itu ke dalam sling bag kecilnya. Ia berlari dengan panik keluar dari dalam restoran. Memberhentikan taksi untuk membawanya menuju bandara.

Sepanjang perjalanannya, ia terus menggumamkan kalimat yang sama. "Semoga ia baik-baik saja, Tuhan."

Sebuah kecelakaan besar terjadi pada pesawat Diamond Air Boeing 008-291 yang membawa penumpang dari Sydney menuju Incheon.

Kecelakaan terjadi murni karena keadaan cuaca yang sedikit berkabut saat pesawat akan melakukan pendaratan di Bandara Internasional Incheon. Pesawat mengalami patah roda depan. Membuatnya terus meluncur maju dan sulit di kendalikan hingga menabrak sisi kanan gedung bandara.

Pesawat tersebut mengalami konslet listrik dan terbakar habis. Hanya sedikit penumpang yang bisa di evakuasi. Dan tidak ada nama Woo Hyun di dalam daftar tersebut. Itu semakin membuat Cho Rong panik.

***

Incheon International Airport
Jung-gu, Incheon 20.31

Cho Rong terus menatap gelisah dari kejauhan. Keadaan bandara sedang ramai. Banyak orang berseragam oranye tengah mengevakusi beberapa korban tidak selamat dari pesawat yang sudah hangus itu.

Air matanya semakin deras mengalir. "Tidak. Woo Hyun Oppa pasti baik-baik saja."

Cho Rong ingin berlari menerjang ke area kecelakaan lebih dekat untuk mencari kekasihnya, namun penjagaan super ketat itu memaksanya hanya bisa melihat dari kejauhan dengan wajah cemas.

"Cho Rong-ah!"

Mendengar namanya dipanggil, Cho Rong menolehkan wajahnya ke asal suara. Eun Ji datang bersama Sung Gyu, suaminya, dan langsung menghampiri Cho Rong yang masih menangis terisak.

Cho Rong pun segera memeluk erat tubuh Eun Ji.

"Cho Rong-ah, apa Woo Hyun Oppa baik-baik saja?" tanya Eun Ji cemas.

Cho Rong bungkam. Ia hanya bisa menangis terisak dalam dekapan sahabatnya. Sementara Eun Ji dan Sung Gyu hanya bisa saling menatap bingung.

Lama menunggu, daftar nama korban tidak selamat akhirnya diumumkan. Daftar tersebut ditempelkan di papan pengumuman bandara.

Ada 125 penumpang yang meninggal. 123 teridentifikasi, sedang dua lainnya tidak diketahui namanya.

Nama Woo Hyun tidak ada di dalam daftar 123 nama tersebut. Cho Rong semakin menangis cemas. Kemungkinan besar, Woo Hyun adalah salah satu korban yang tidak teridentifikasi.

Cho Rong mulai kehabisan tenaga. Ia jatuh terduduk di atas lantai. Pandangannya kosong. Hilang sudah harapannya. Kebahagiannya. Masa depannya. Cintanya.

Semua hilang dalam sekejap mata. Membuat Cho Rong dirundung awan gelap yang membuatnya tak sanggup lagi menerima kenyataan.

Eun Ji kembali mendekap erat sahabatnya. Memeluknya dengan erat. Menyalurkan sedikit suntikan semangat pada diri sahabatnya yang tengah berduka. Sementara Sung Gyu tengah sibuk bernegosiasi dengan penjaga agar bisa masuk untuk melihat korban yang tidak teridentifikasi tersebut.

"Tuhan! Jika kau memang benar ada, tolong selamatkan Woo Hyun Oppa. Selamatkan dia," bisiknya dalam hati.

"Cho Rong-ah!"

Deg

Cho Rong tersentak kaget, begitu mendengar suara itu mengiang di telinganya. Suara dari seseorang yang kini tengah ia tangisi. Ia rindukan. Ia khawatirkan.

Ia melepaskan pelukan Eun Ji. "Eun Ji-ya, apa ini mimpi?" tanya Cho Rong pelan. Begitu kedua manik hitamnya menangkap keberadaan laki-lakinya.
Di sana. Tepat di depan kedua matanya.

"Ani, Cho Rong-ah. Itu memang Woo Hyun Oppa."

"Tapi, bagaimana bisa?"

Laki-laki itu, Woo Hyun, segera berlari menghampiri kekasihnya. Berlutut agar tubuh mereka sejajar, lalu mendekapnya dengan erat. Sangat erat. Melepaskan segala rindu yang telah lama menumpuk di dalam hidupnya.

Cho Rong masih syok. Ia hanya diam. Masih belum bisa mempercayai kenyataan yang ada di hadapannya. Woo Hyun, kekasihnya, selamat.

"Oppa!" Cho Rong tak lagi dapat berkata-kata. Antara terkejut dan bahagia. Cho Rong tengah kebingungan.

"Eoh, Woo Hyun-ah. Kau di sini?"

Suara panik Sung Gyu mengangkat pandangan Woo Hyun. Ia perlahan bangkit tanpa melepas pelukan dari tubuh gadisnya.

"Kukira, aku sungguh sangat beruntung hari ini." Woo Hyun mulai kembali membuka suaranya. "Seharusnya aku menjadi salah satu korban dari pesawat itu. Namun nasib baik masih berpihak kepadaku," ujarnya pelan. Mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Maksudmu?" Dahi Sung Gyu mengernyit heran.

"Aku seharusnya menaiki pesawat itu. Tapi, karena aku terlambat datang ke bandara karena terjadi kecelakaan di jalanan, aku terpaksa membeli tiket baru dengan pesawat yang berbeda. Aku tidak bisa menghubungi kalian, karena ponselku hilang saat berlari ke bandara tadi. Mian."

"Oppa, kau membuatku nyaris bunuh diri karena frustasi," dengus Cho Rong sebal sambil mengusap kasar airmatanya.

Woo Hyun melepas pelukannya. Menangkup wajah gadisnya gemas. "Aku tidak akan pergi ke mana-mana, Cho Rong-ah. Aku akan terus berada bersamamu. Arachi?"

Cho Rong mengangguk pelan sambil tersenyum manis.

"Cho Rong-ah," Woo Hyun merogoh saku jeans nya. Mengeluarkan benda kecil dari dalam sana. "Will you marry me?"

Cho Rong terperangah. Melihat benda berbentuk lingkaran berwarna silver dengan berlian mungil di atasnya. Dengan cepat ia mengangguk pasti sambil tersenyum.

Woo Hyun lalu memakaikan benda tersebut di jari manis gadisnya. Lalu mengecup lembut bibir gadis itu. Gadis yang sangat ia cintai. Ia rindukan. Ia inginkan.

Dan, sekali lagi. Keyakinan nyatanya mampu mematahkan segalanya. Bahkan takdirpun tak bisa merusaknya. Segalanya telah diatur oleh sang pencipta. Pilihan ada di tangan masing-masing. Mau pasrah dengan keadaan, atau yakin dengan apa yang diyakini sejak awal. Karena Tuhan tidak pernah mengabaikan mereka yang memiliki keyakinan besar tersebut.

***


The End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top