27
Happy reading 😘
❤️❤️❤️
Setelah berdebat panjang akhirnya Kinara diperbolehkan Gara kembali bekerja. Dengan semangat penuh Kinara menyambut pagi ini sebab sudah tidak sabar untuk segera pergi ke kantor. Beruntung morning sickness yang ia rasakan mulai berkurang jadi dia bisa beraktivitas seperti biasa.
Sebenarnya Gara memintanya mundur dari kantor tapi ia tidak mau. Bisa mati kebosanan Kinara di rumah, selain itu ia tidak ingin terlalu bergantung dengan pria itu. Ia akan terus bekerja sampai waktu melahirkan tiba. Dengan begitu dirinya bisa menabung untuk biaya mereka berdua setelah bercerai dengan Gara. Bercerai! Itu yang akan ia ajukan setelah bayinya lahir. Meski berat baginya tapi ia akan minta bercerai. Ia tidak ingin mengikat pria itu selamanya dengan dirinya.
Ia tahu Gara terpaksa dan hanya berniat bertanggung jawab atas kehamilannya. Setiap perhatian yang dia berikan hanya untuk anaknya. Seperti sarapan tadi pagi, Kinara meminta Bi Nah membuatkan telur dadar dan sambel bawang kesukaannya padahal di meja sudah siap sayur dan lauknya. Baru saja Bi Nah akan membuat, Gara melarangnya. Kata dia biar dirinya yang membuatnya. Perasaan Kinara menghangat tapi lagi-lagi perasaan itu ditepisnya karena dia tahu itu hanya untuk anaknya.
"Habiskan. Jangan lupa susu dan vitaminnya. Aku tidak mau anakku kenapa-napa."
Pandangan berbinar di bola mata Kinara sontak meredup. Ia makan dengan pelan karena nafsu makannya hilang mendengar ucapan Gara. Dia terus memaksakan nasi itu masuk ke mulutnya hingga habis. Ia segera menghabiskan susu yang disediakan. “Aku tunggu di depan.”
Tanpa menunggu jawaban pria itu, Kinara berjalan ke teras depan. Setiba di teras udara segar menerpa dirinya, membuat Kinara sedikit tenang. Dia duduk di kursi teras, menghela napas panjang seraya mengelus perutnya. "Kamu tahu, Sayang. Hanya dirimu yang menyatukan kami. Bagaimana kalau kita kasih kejutan sama Ayah?” ucap Kinara seakan anak dalam kandungannya mengerti maksud ucapannya.
Gara mengernyit mendengar kalimat istrinya. Kejutan seperti apa yang akan wanita itu berikan. Ia berharap bukan kejutan buruk yang diterimanya. Dia berdeham sebelum berjalan keluar. "Ayo."
Kinara masuk ke mobil, duduk di kursi samping kemudi. Kinara diam menunggu mobil bergerak tapi tiba-tiba Gara mendekat, refleks Kinara menekan tubuhnya pada jok mobil. Ia menahan napasnya saat badan Gara mengikis jarak mereka, tercium aroma aftershave maskulin dari tubuh suaminya dan anehnya itu membuatnya tenang. Namun, di sisi lain debaran jantungnya tidak teratur, gedorannya terlalu keras dan bisa dipastikan pria itu mendengarnya.
“Jangan lupakan sabuk pengaman.” Pria itu memasangkan seatbelt kemudian kembali ke posisinya semula dan melajukan mobilnya.
🌰🌰🌰
"Ran." Kinara merentangkan tangannya memeluk teman yang dua minggu tidak ia lihat. Rani membalas pelukan Kinara.
"Duh, Bu bos, kenapa di sini?" bisiknya.
Kinara melepaskan pelukannya mencubit kecil lengan Rani. "Bu bos apa? Tetap saja karyawan."
Mereka berjalan ke kubikel diikuti Gara di belakang mereka. Pria itu menatapnya sekilas saat dia melewati kubikel Kinara lalu masuk ke ruangannya.
"Tumben bos enggak ngelarang kamu kerja? Disuap apa?" ujarnya pelan takut karyawan lain mendengar.
“Suap apa? Tidak ada."
"Ya siapa tahu kan ...." Dua alis Rani naik turun menggoda Kinara. Senyum jahilnya terlihat.
"Siapa tahu apa? Kalau ngmog yang jelas. Kenapa sih lihatnya begitu?" Dia menangkap sinyal buruk. Rani kalau sudah penasaran tidak akan berhenti bertanya sebelum mendapat jawaban yang tepat.
Rani memicingkan mata memusuhi dirinya. "Sok enggak paham. Btw, Pak Bos kalau di ranjang gimana?"
“Apaan sih tanya begitu!” Wajah Kinara memerah mengingatnya.
Meskipun mereka tidur satu ranjang tapi tidak terjadi apa. Pria itu hanya memeluknya sepanjang malam padahal ia sudah meminta tidur sendiri di kamar miliknya. Tapi bukan Gara kalau tidak bisa membuatnya menurut. Gara dan perintahnya dan Kinara menghindari perdebatan yang akan membuatnya lelah.
Mulut Rani moncong karena tak mendapat jawaban. Ia melirik jengkel ke arah Kinara, membuat wanita itu terkikik geli. Rani mengibaskan rambutnya seolah marah kepadanya tapi Kinara tahu itu hanya bohongan. Tidak lama Kinara sudah berkutat dengan kertas-kertas bergambar desain-desain yang segera dipasarkan oleh perusahaannya. Desain-desain itu menyita perhatian sampai waktu makan siang terlewat.
"Mbak Kin," panggil Pras.
Kinara mendongak menatap Pras dan segera menyingkir kertas-kertas itu untuk memberi ruang agar nampan yang dibawa Pras segera bisa diletakkan. "Emm ... Pras ini sebenarnya dari siapa?" tanya pelan dan berbisik.
“Pak bos, Mbak.”
“Pak bos? Pak Gara maksud kamu?”
“Iya, Mbak."
Wanita itu menatap makanan di depannya, tidak menghiraukan Pras pergi ke pantry. Ternyata Gara yang melakukannya selama ini. Apa itu artinya Gara mempunyai firasat kalau Kinara hamil sebelum Kinara sendiri diketahui hamil?
🌰🌰🌰
"Eumm ... apa kamu keberatan kalau mengantarku ke supermarket, aku ingin beli sesuatu," tanyanya ragu-ragu. Pria di sampingnya diam dan itu membuatnya tidak enak hati. "Tapi kalau kamu capek, kita pulang saja," ujarnya cepat.
Tidak ada sahutan dari pria itu. Keadaan dalam mobil hening, tidak ada yang ingin memulai obrolan. Mungkin keinginannya untuk membeli buah kiwi harus ditunda dulu sampai besok. Atau nanti ia akan minta tolong Bian membelikannya dan besok pagi mengantarkan ke kantor. Mengingat Bian, ke mana laki-laki itu? Sudah dua minggu sahabatnya itu tidak menelepon dirinya. Apa suaminya melarang Bian berteman dengannya? Tapi itu mungkin. Gara tidak akan melakukannya, buat apa? Laki-laki itu kan tidak peduli padanya.
"Ayo turun," ucap Gara sambil melepaskan seatbelt Kinara lalu dirinya.
Turun? Kinara tidak mengerti maksud Gara. "Hah?"
"Kita sudah sampai di mal, turunlah. Tapi tunggu sebentar aku cari tempat parkir dulu." Wanita itu bergeming. "Ra, itu supermarketnya. Sekarang turun dan tunggu aku memarkirkan mobil," ujar Gara lebih jelas.
Ah ya ampun! Ia cepat-cepat turun karena klakson mobil di belakang sudah berbunyi berkali. Ia baru sadar Gara membawanya ke mall terbesar di kota ini. Bodoh! Apa yang ia pikirkan sampai tidak sadar begini? Tidak lama pria menghampiri dirinya, mereka pun masuk.
Gara mengambil troli ukuran sedang, mendorongnya mengikuti Kinara dari belakang. Wanita itu langsung menuju ke tempat buah dan mengambil buah yang ia inginkan. Ah, rupanya Kinara menginginkan buah kiwi. Mungkin istrinya mulai ngidam, hanya saja ia tidak berani meminta padanya. "Beli susu hamil sekalian, Ra." Istrinya mengangguk tanpa membantahnya. "Pilih rasa yang kamu suka." Kinara mengangguk lagi tanpa bersuara. Tapi tak lama kemudian aktivitasnya terhenti ketika seseorang menegur dari belakang. "Ga!"
Tbc.
Btw, di Karyakarsa ini udah part 28. Jadi bingung juga sih kok beda sama di sini 🙈
Link Karyakarsa di bio aku ya. 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top