26
Ingat bestiii ini cerita lama ya. Kalau aneh ya harap dimaklumi 🤣
🍁🍁🍁
Gara menempatkan Kinara di kamarnya. Awalnya perempuan itu menolak, namun bukan Gara jika tak bisa membuat Kinara menurut padanya. Keadaan menjadi hening setelah mereka berstatus suami istri. Bahkan dua jam setelah masuk ke kamar, mereka berdua tidak saling bicara. Kinara duduk di depan televisi sedangkan Gara yang duduk di sofa single sebelahnya sibuk dengan kertas-kertas dengan barisan huruf kecil-kecil.
Dia sebenarnya lelah dan ingin istirahat, berkali-kali ia menahan kuapnya. Matanya sudah sangat berat tapi ia terlalu sungkan jika mendahului tidur. Melihat ranjang tersebut, ia ingat kejadian itu dan membuat pipinya merona merah. Tempat di mana ia dan laki-laki yang menjadi suaminya sekarang ini menghabiskan waktu untuk memuaskan hasrat mereka.
Pria itu mengintip melalui bulu matanya. Wanita bodoh! Sudah tahu lelah tapi memaksa duduk di depan televisi, runtuknya dalam hati.
"Tidurlah."
"Tidak, aku belum mengantuk. Nanti saja," tolaknya. Yang benar saja. Tidak mungkin ia mendahului Gara untuk tidur, ini bukan kamarnya ia tidak bisa seenaknya saja.
Hah! Gara menghela napasnya. Keras kepala! Orang buta saja tahu kalau wanita itu sudah tidak bisa menahan kantuknya, masih saja berbohong.
"Tidur, Ra. Aku tahu kamu lelah, tidurlah dulu."
Kinara tidak bergeming tetap di tempatnya. Ia memang mengantuk tapi entah kenapa selain tidak enak kepada Gara, ada yang membuatnya gelisah. Ia menginginkan sesuatu tetapi tidak tahu apa.
Gara geram melihat Kinara yang kepala batu. Ia berdiri lalu keluar kamar, kira-kira beberapa menit ia masuk dengan segelas susu coklat hangat di tangannya. Ia mengulurkan gelas itu ke perempuan itu. Kinara menatapnya, dengan ragu-ragu Kinara mengambil gelas tersebut. Kemudian, Gara kembali duduk menekuri berkas-berkas tersebut.
"Minum, setelah itu tidur!" intonasi suara Gara yang lugas menandakan perintahnya untuk dipatuhi.
Dia meminum susu hangat itu dengan cepat sampai tandas tidak bersisa, meletakkan gelas kosong ke meja. Ia beranjak dari duduknya lalu naik ke ranjang empuk itu menutupi tubuhnya dengan selimut sampai batas bawah dadanya. Ia berusaha memejamkan matanya namun kantuknya malah menghilang, ia berpindah-pindah posisi tidur hingga membuat Gara kesal.
"Tidur, Ra, berhenti bergerak-gerak begitu. Membuat aku pusing!" suara keras itu membuatnya kaget.
"Maaf, tapi aku tidak bisa tidur. Tadi memang ngantuk tapi tidak tahu kenapa susah untuk tidur," jawabnya pelan hampir tidak terdengar.
Helaan napas terlontar dari bibirnya, Gara melepas kacamata bacanya, menumpuk berkas-berkas itu namun tidak lupa memberi tanda berkas yang sudah ia periksa. Kinara mengubah posisinya miring ke kiri, ia merasa gerakan di belakangnya membuat kasur itu tertekan ke dalam.
"Akh.." pekikan kaget muncul dari mulut Kinara. Ia kaget tiba-tiba tangan Gara memeluk pinggangnya. Tubuhnya mendadak kaku mendapat pelukan itu.
"Maaf. Aku hanya ingin memelukmu, sekarang tidurlah."
Kinara mengangguk samar, tubuhnya perlahan kembali normal saat telapak tangan Gara dengan lembut mengelus perutnya. Perasaan gelisah yang ia rasakan sirna berganti kenyamanan. Sedikit demi sedikit matanya menutup, menariknya dalam dekapan kegelapan. Napas teratur Kinara menjadikan senyum lebar di bibir Gara, rupanya perempuan ini tidak bisa tidur karena ingin perutnya di sentuh hanya saja Kinara bingung mengatakan kepadanya.
"Hei, sayang. Apa kamu rindu dengan papa?" ucapnya pelan seolah-olah bayi dalam kandungan Kinara bisa mendengarnya dan menjawab pertanyaannya, tangannya terus mengusap perut istrinya yang sedikit terlihat, "jangan membuat mama mu gelisah, jadilah anak baik, oke. Papa akan menemani mu setiap hari. Papa sayang kamu, sehat selalu."
Gara ikut larut dalam pusaran mimpi.
🍁🍁🍁
Sayup-sayup kicau burung terdengar, sinar mentari menyelusup melalui tirai-tirai kelambu membuat perempuan itu menggeliat pelan. Ia mengucek matanya pelan membiasakan retinanya dengan cahaya. Sedikit bingung dengan keadaan tempat ia terbangun. Kinara coba mengingat-ingat serentetan kejadian kemarin terbayang di memori otaknya.
Kemarin setelan acara resepsi selesai, Gara memboyongnya kembali ke rumah papanya, dia disambut bik Nah dengan gembira apalagi mendengar berita kehamilannya. Perempuan paruh baya itu memberinya selamat dan tidak bertanya macam-macam.
Ia mengurai belitan tangan Gara di perutnya, bukannya lepas malah semakin erat. Badannya ditarik ke belakang sampai punggungnya melekat erat di dada pria itu.
"Tidurlah, kamu pasti lelah," suara serak khas orang bangun tidur dan sapuan hangat napas pria itu tepat di telinganya membuat bulu kuduknya meremang.
Wajahnya memerah mengingat ia sekali lagi dalam posisi sama yang berakhir dengan desahan mereka. Kinara tidak ingin itu terjadi lagi, karena itu dia diam tidak bergerak. Sebenarnya ia ingin ke kamar mandi, kandung kemihnya terasa penuh.
"Ga, aku mau ke kamar mandi. Aku ingin buang air kecil," cicitnya lirih.
Gara menarik tangannya dari pinggang Kinara, "setelah itu kembali ke sini."
Kinara mengangguk lalu turun dari ranjang untuk ke kamar mandi. Keberanian Kinara lenyap tidak tersisa, setiap kata-kata Gara tidak boleh dibantah. Gara meregangkan otot-otot tubuhnya membuatnya rileks, lalu menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur. Belum pernah ia tidur senyenyak ini, ternyata memiliki seseorang yang dicintai membuat hidup berwarna. Dan, ia tidak menyangka perempuan itu Kinara.
Laki-laki itu melihat jam di dinding kamarnya. Astaga! Ini masih jam setengah enam dan perempuan itu sudah bangun. Bagaimana ia akan cukup istirahat jika tidur larut lalu bangun pagi-pagi seperti ini.
Kinara keluar dengan wajah segar, dan handuk kecil di rambutnya. Langkahnya terhenti beberapa langkah dari pintu kamar mandi. Mungkin Kinara pikir dirinya masih tidur. Wanita itu terlihat canggung di bawah tatapannya.
"Aku kira kamu belum bangun, maaf kalau aku membuatmu terbangun," ucapnya, status baru sebagai istri dari pria itu membuat dia bingung harus bersikap seperti apa.
"Kenapa mandi pagi-pagi sekali?"
"Gerah. Eh itu...aku..."
Alis Gara terangkat sebelah namun pandangannya menciutkan nyali Kinara.
"Aku...aku..." kata-kata yang sudah tersusun rapi di benaknya buyar berantakan, Gara menunggu dirinya melanjutkan ucapannya, "tidak apa-apa, aku mau mengambil baju."
Kinara berjalan ke lemari pakaian, mengambil underware dan dress sederhana. Ia kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Waktu ia keluar Gara sudah tidak terlihat jadi perempuan itu juga keluar kamar turun ke dapur.
Makanan sudah terhidang di meja makan, Gara juga sudah terlihat duduk dengan koran di tangannya. Apa laki-laki itu mandi di kamar lain?
"Pagi, Bik."
Bik Nah menolehnya sebentar lalu kembali ke masakannya, "pagi, Non. Cepat sarapan, Non, pasti perut Non sudah minta di isi apalagi si 'adek'.
Ia meringis mendengar ucapan bik Nah, ternyata bukan hanya suaminya yang mengutamakan anak dalam kandungannya tapi orang-orang yang mengetahuinya. Miris! Itu yang ia rasakan, andai tidak ada bayi ini mungkin ia tidak akan mendapat perhatian seperti itu.
Air matanya merebak, kenyataan ini menyakiti dirinya. Dirinya memang bukan orang yang pantas dikhawatirkan, tidak pernah menjadi yang utama. Dia akan selalu tersisih. Ia menunduk, mengusap air matanya yang mengalir. Ia menggigit bibir agar tangisnya teredam.
Gara menghela napasnya. Benar kata dokter Imel, karena pengaruh hormon wanita hamil cepat sekali berubah-ubah mood-nya. Seperti sekarang ini, dia tidak tahu apa yang membuat istrinya menangis. Ia melipat korannya lalu meletakkan di kursi kosong sampingnya, ia berdiri lalu berjalan kemudian duduk di sebelah Kinara.
Pria itu mengisi piring Kinara dengan nasi, sayur dan lauk. Kemudian, ia mengangkat sendok berisi nasi ke mulut Kinara.
"Buka mulutmu."
Perlahan wanita itu membuka mulutnya, Gara menyuapkan makanan ke dalam mulut Kinara. Dengan sesenggukan istrinya mengunyah makanan tersebut. Melihat tuannya menyuapi istrinya dengan sabar, bik Nah memilih pergi keluar dari pintu dapur. Sepertinya dua insan manusia itu membutuhkan waktu.
🍁🍁🍁
Tamat di Karyakarsa. Buat yang mau baca When I meet You, bisa ke KBM dengan judul Aku yang tak diinginkan. Ciaooo😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top