23
Haluuu. Info-info yes. Cerita ini belum diedit ya, repost cerita lawas.
🍁🍁🍁
Vya bingung bagaimana lagi ia membujuk Kinara makan, ini sudah lewat dari jam makan malam. Apa yang terjadi di kantor? Vya tadi dibuat kaget oleh Kinara. Bagaimana tidak kaget karena saat ia menyusul di lobi kantornya, sahabat Bian itu langsung memeluknya dan menangis. Beruntung kantor sudah sepi hanya ada beberapa orang karyawan.
Kinara juga meminta dirinya menemaninya menginap di rumah Kinara. Ada apa sebenarnya? Melihat perempuan itu menangis sampai sesenggukan ia tidak tega. Tangisannya terdengar memilukan seperti anak yang kehilangan ibunya.
Sebenarnya Vya ingin bertanya namun diurungkan niatnya, mungkin Kinara masih butuh waktu sampai tangisnya reda dan tenang. Vya membetulkan selimut yang ia pakai kan untuk menutupi badan Kinara. Wanita itu sekarang tertidur melewatkan makan malamnya, bekas-bekas air matanya masih terlihat jelas.
Vya keluar dari kamar Kinara menutupnya namun tidak sepenuhnya, ia duduk di ruang tengah kemudian menelepon Bian. Pria itu hampir satu jam sekali selalu meneleponnya, apa dia tidak bosan.
"Halo, Bi. Ada apa?"
"Kemana? Kok lama jawab teleponnya."
"Tadi temani Kinara. Bi, aku tidak tahu kenapa, waktu aku menjemput di kantornya dia langsung nangis."
"Terus sekarang dia bagaimana?"
"Tidur, dia juga tidak mau makan. Aku takut dia sakit, Bi."
"Beri dia waktu, tolong jaga dia. Emm...kamu jangan salah paham dia sudah se---"
"Aku tahu, Bi, tahu. Jangan khawatir aku tidak punya pikiran negatif sama kalian."
Terdengar embusan napas lega,
"terimakasih, dia sudah cukup menderita selama ini. Dia sudah seperti adik bagiku. Tolong jaga dia, aku usahakan besok sudah pulang. Miss you, baby."
"Miss you too."
Vya meletakkan benda pipih tersebut di meja. Saat akan ke dapur membuat minuman hangat untuknya, ia mendengar suara dari kamar Kinara. Membuat Vya masuk mendekati perempuan itu.
"Bukan Nara Pa ... Nara tidak sengaja ... Nara tidak membunuhnya ...." Mulut Kinara terus meracau mengatakan apa yang Vya tidak tahu.
Keringat membasahi keningnya dan rambutnya, air mata Kinara mengalir. Racauan itu semakin kencang bersamaan dengan tangisannya. Vya mencoba membangunkan Kinara sampai akhirnya dia terbangun. Kinara terlihat bingung, usapan lembut di bahunya membuat dia menengok ke sebelah kanannya kemudian memeluk Vya.
Mimpi itu datang lagi setelah sekian lama hilang. Rasa bersalahnya membuat dirinya menderita. Vya tidak berkata apa-apa, ia terus mengelus punggung Kinara hingga wanita itu tenang.
"Tenanglah. Itu hanya mimpi."
Kinara melepaskan pelukannya, menerima gelas berisi air putih yang diulurkan Vya lalu meminumnya. Dia menatap wajah sendu Vya, "aku tidak sengaja, Vy. Aku tidak membunuhnya, aku membela diriku. Kami memang sering berselisih tapi aku tidak berniat mencelakai dia. Kenapa orang-orang itu tidak percaya?"
"Sst! Sudah ... sudah ... kami percaya, jangan dengarkan mereka, ok? Kami selalu ada untukmu," ucap Vya menenangkan sahabatnya. Kinara tampak kacau.
"Mereka selalu mengatakan aku pembunuh, wanita itu juga. Dia memanggilku pembunuh di depan karyawan lain, aku takut, Vy. Besok pasti mereka membicarakan diriku."
"Hei.. tenanglah. Itu tidak akan terjadi, semuanya pasti baik-baik saja," ujar Vya. Ia mengambil gelas di tangan Kinara kemudian menaruhnya kembali di nakas samping tempat tidur, "sekarang cobalah untuk tidur, jangan berpikir apa-apa."
Kinara merebahkan tubuhnya kembali mencoba memejamkan matanya, berdoa dalam hatinya agar mimpi itu tak menghampiri dirinya.
Vya menyelimuti badan Kinara lalu mematikan lampu utama kemudian menyalakan lampu tidur. Terbersit rasa kasihan untuk Kinara, apa yang dialami wanita itu lebih berat dari yang Vya jalani. Setidaknya ia masih memiliki orang tuanya meskipun kini mereka meninggalkan dirinya.
🍁🍁🍁
Laporan Pras membuat Gara gusar, wanita itu beberapa hari sepertinya tidak berselera makan. Susu, kue juga makanan yang ia pesankan tidak pernah habis seperti sebelum-sebelumnya. Kalau seperti itu terus Kinara bisa jatuh sakit.
Sebenarnya apa yang membuat perempuan itu menjadi begitu. Andai saja ia tidak perlu meninjau pembangunan apartemen baru di luar kota pasti dirinya akan memaksa Kinara makan dengan cara apa pun. Gara mengeluarkan telepon genggamnya menghubungi sekretaris di kantor cabang untuk segera mencarikan tiket pesawat dengan penerbangan hari ini juga.
Di tempat lain, Kinara merasa tubuhnya sedikit lemas. Bagaimana tidak lemas jika beberapa hari ini nafsu makannya hilang, bahkan susu juga makanan yang disediakan Pras hanya ia makan sedikit. Pertemuan dengan Sheila membuatnya resah juga gelisah. Tidurnya tidak nyenyak karena mimpi itu kerap datang, ia lebih banyak terjaga sampai dini hari dan baru tidur menjelang subuh. Ditambah lagi pekerjaan yang banyak dan dikejar waktu membuatnya melupakan kesehatannya.
Bian sampai mengkhawatirkan dirinya, akhirnya dengan paksaan Bian ia tinggal di rumah Vya. Seperti pagi ini kondisi badannya benar-benar tidak baik. Suhu tubuhnya sedikit hangat, mungkin dirinya akan terserang flu, jika begini ia akan menyerah pada makanan. Selera tidak selera ia harus makan supaya daya tahan tubuhnya tidak semakin menurun.
"Rani, bisa minta tolong tidak?" ujarnya pelan, kepalanya sedikit pusing karena itu ia tumpu dengan telapak tangan kanannya.
"Apa?" Rani berhenti membereskan mejanya dan menoleh ke arahnya, "kamu sakit? Muka kamu pucat, Kin," Rani menempelkan telapak tangannya di dahi Kinara, rupanya temannya itu demam.
"Iya. Bantu aku membawa map-map ini ke bawah, Bian sudah datang sekarang dia di lobi."
"Aku kira apa. Sini." Rani mengambil tas milik Kinara yang berisi map-map desainnya, "kamu masih kuat kan ke bawah?" tanyanya. Kinara mengangguk pelan.
Seharian ini dia sudah menahan pusingnya sampai jam kantor selesai. Kalau saja desainnya tidak segera dipresentasikan mungkin ia memilih tidak masuk. Sekarang ia ingin cepat-cepat pulang, karena itu tadi Kinara menelepon Bian lebih awal. Sampai di bawah Bian langsung menyambutnya, memeluknya sebentar lalu mengurainya. Mereka masuk ke mobil kemudian Bian, setelah mengantarkan Rani, Bian melajukan mobilnya ke rumah Vya.
🍁🍁🍁
Vya dan Bian yang tengah berada di dapur dikagetkan suara benda jatuh dari ruang tengah, mereka berlari ke depan Kinara sudah tergeletak tidak sadarkan diri di karpet.
"Kin!!" Bian sontak teriak kaget dan berlari menghampiri Kinara. Kepanikan melanda mereka, Bian membopong Kinara ke kamar tamu meletakkan dengan pelan. Vya sendiri melepaskan sepatu lalu blazer Kinara.
"Bi, panggil dokter!" perintahnya.
Bian kaget hingga terpaku langsung keluar dan menelepon temannya. Beruntung rumah temannya tidak jauh dari rumah Vya dan kebetulan pula baru saja sampai di rumahnya. Vya menuangkan minyak kayu putih di perut milik Kinara lalu menggosoknya dengan rata. Di dekatkan ujung botol minyak tersebut di depan hidung Kinara berharap wanita itu sadar.
Bian masuk dengan Lina di belakangnya, dengan segera Lina memeriksa Kinara yang belum sadar. Setelah itu ia memberi kode ke Bian untuk bicara di luar.
"Sudah berapa bulan istrimu tidak datang bulan?"
Kening Bian mengerut mencerna ucapan Lina, apa hubungannya dengan datang bulan?
"Bi! Ditanya kok diam saja. Istrimu sudah berapa bulan tidak haid?" ulangnya.
"Tidak tahu, Lin, kan a---"
"Kok bisa tidak tahu, memangnya kalian bercinta tidak ada liburnya? Kamu ini." Lina memukul lengan Bian keras. "Sepertinya istri hamil. Bawa ke dokter kandungan sana untuk memastikan, mungkin kalau dia tidak pingsan kamu pasti tidak tahu."
Bian mendengar semua pesan Lina dengan pikiran bingung, bahkan ucapan selamat dari temannya itu tidak ia balas. Dia tertegun mengetahui Kinara hamil. Bahkan saat Vya menemui mereka dan mengantarkan Lina ke depan untuk pulang Bian masih bergeming di tempat duduknya.
Vya menepuk pelan pundak Bian ikut duduk di sampingnya, "kenapa?"
"Hamil."
"Apa, Bi? Yang jelas kalau ngomong."
"Hamil. Kinara hamil, Vy, dan sepertinya Kinara belum tahu," ucapnya menatap Vya lalu menyandarkan punggungnya di sofa mengusap kasar wajahnya.
"Kamu becanda kan, Bi? Kamu pasti salah dengar." Vya melihat Bian tidak percaya, berharap pendengarnya salah menangkap ucapan Bian.
"Tidak. Kamu bisa tanyakan ke Lina."
"Ya Tuhan! Tapi dengan siapa? Kinara bahkan tidak mengenal banyak laki-laki, dia hampir tidak pernah keluar rumah. Bagaimana bisa dia hamil? Atau dia---'
"Hanya satu orang yang bisa melakukannya dan akan aku pastikan dia mempertanggungjawabkan perbuatannya." Bian berdiri menyahut kunci mobilnya keluar dari rumah Vya dengan kemarahan yang perlu ia keluarkan.
🍁🍁🍁
Link tamat Karyakarsa di bio ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top