2
Datang lagi ngoahaha. Weekend pada ngapain bestie? Nyuci? lan jalan? Apa rebahan ini wkwkw buatku rebahan paling enak yes 😁
Btw, cuaca lagi kurang bagus ye kan, jadi jaga kesehatan ya Sista ❤️ Cuzz baca langsung!
🍁🍁🍁
Kinara berdiri kikuk di depan Gara. Ini benar-benar kebetulan yang luar biasa atau Tuhan sedang berbaik hati padanya mempertemukan mereka. Bayangkan saja, jauh-jauh dia ke sini untuk menghilang, tiba-tiba saja laki-laki itu berdiri di depannya sebagai pemesan jasa. Kalau boleh memilih ia lebih baik ditelan bumi daripada bertemu dengan pria itu.
Ekspresi kaget lalu berganti marah tampak di wajah Gara, tidak lama berubah jadi pandangan merendahkan. Dia menyandarkan tubuh bagian kanannya ke tembok, kakinya ditekuk ke sebelah kaki kiri. Gadis itu tidak berubah hanya wajahnya menunjukkan kedewasaan, bukan lagi gadis cengeng dan manja.
Kinara memperhatikan Gara. Rupanya pria habis mandi. Terlihat dari rambut yang basah, air menetes hingga membasahi kaos polos yang dia pakai dan mencetak jelas tubuh kekarnya. Rambut yang lebih panjang dari biasa yang ia ingat membuat Gara semakin terlihat macho.
Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah lain sebab ia tahu Gara menatap dengan intens, itu membuatnya risih. Pasti dia memikirkan cara untuk menyakiti dirinya meskipun tidak secara fisik. Gara sangat tahu cara menyakitinya secara psikis. Namun, kali ini Kinara tidak akan memberinya senyum kepuasan dengan melihatnya takut. Semalam Kinara berjanji dalam tangisnya, ia akan menjadi wanita kuat, mampu berdiri di kakinya sendiri. Sekarang saatnya ia membuktikan bahwa dirinya bukan yang dulu.
Pria itu diam, mata coklatnya menatap tajam padanya. Seakan mampu menyentuh kulitnya dan mengulitinya. Kinara bukan orang yang suka dalam situasi seperti ini karena itu ia kembali mengerjakan tugas yang tertunda, ia tak akan membiarkan dirnya terintimidasi dengan kehadiran Gara. Terserah apa yang mau dilakukan Kinara tidak peduli, asal laki-laki itu tidak menghalangi pekerjaannya.
"Pembantu?" ejeknya dengan ekspresi merendahkan, "Ck. Ck. Sayang sekali. Anak seorang pengusaha sukses Indonesia hanya jadi pembantu di sini. Hahaha bagus sekali!" ucapnya dengan sarkasme. Seringai meremehkan keluar dari bibirnya.
Kinara berbalik menatap Gara dengan sengit. "Memang kenapa jadi pembantu? Apa pembantu pekerjaan yang hina? Apa sangat memalukan? Setidaknya aku bisa bertahan hidup. Tidak peduli harus bekerja apa saja, asal bukan menjual diri. Apa kamu kaget melihatku masih hidup dan bertahan?" sahut Kinara dengan senyum miring menantang.
Salah satu alis mata Gara bergerak naik. Ekspresinya begitu menghina Kinara. "Baguslah kamu masih punya harga diri," ujarnya seraya bersedekap.
"Kenapa? Apa kamu mengharapkan diriku mati atau berakhir di lokalisasi? Hah. Mimpi! Aku tidak sebodoh itu. Mungkin aku cengeng, lemah, dan manja tapi aku bukan orang picik yang mudah menyerah."
Meskipun tubuhnya bergetar takut tapi dia tidak akan menunjukkan itu dan memberi senyum kemenangan Gara karena berhasil menyakiti dirinya. Perempuan itu kembali mengerjakan tugasnya, jika ia meladeni Gara tidak akan selesai pekerjaannya. Setelah ruang tengah yang menyatu dengan dapur, ruang tamu, sekarang Kinara membersihkan kamar tidur Gara.
Kinara berdecak, laki-laki ini tidak berubah tetap sembarangan. Tempat tidur yang berantakan dan hei! Apa ini? Kondom? Kinara bukannya kaget meskipun ini bukan pertama kalinya, hanya saja dia tak mengira akan menemukan di kamar Gara. Ternyata pria itu butuh menyalurkan hasratnya. Dia kira Gara pria yang tidak butuh wanita karena sikapnya yang dingin dan seolah antipati pada wanita. Kinara mengambilnya dengan penjepit yang ia bawa lalu dimasukkan ke kantong plastik sampah. Mereka pasti bercinta dengan panas sampai-sampai sprei lepas dari tempatnya dan berkumpul di tengah, selimut jatuh ke lantai, serta bantal berserakan ke mana-mana.
Ia menggeleng. Sudahlah! Ini bukan urusannya, yang penting sekarang ia harus cepat. Kinara memasukkan sampah-sampah ke kantong plastik kemudian mengganti sprei dan sarung bantal dengan yang baru. Aroma percintaan tercium dari sprei itu sampai-sampai ia bergidik jijik. Dengan segera dia masukkan ke mesin cuci. Sambil menunggu sprei kering Kinara membersihkan kamar mandi. Selesai sudah tinggal menunggu sprei kering dan menyetrika. Kinara berdiri di depan mesin cuci sambil bermain handphone. Kalau sudah begini ia jadi lupa waktu. Pergerakan di belakangnya menyadarkan dirinya, dengan terburu-buru Kinara memasukkan handphone-nya ke saku celana jeans. Kinara tidak ingin mendapat komplain dari laki-laki ini yang mengancam kelangsungan hidupnya.
"Aku membayarmu untuk kerja bukan main-main!" Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya sengaja ia tekankan agar Kinara tahu tugasnya.
"Aku tahu, hanya tinggal nunggu sprei ini aja. Yang lain udah bersih!" jawabnya
"Sudah bersih? Coba lihat kamarnya." Gara pergi setelah bilang begitu, Kinara mengikuti dari belakang dengan malas.
'Apalagi sih! Awas saja kalau cuma mengada-ada!'
Matanya membelalak lebar, Kinara langsung menoleh pada Gara dengan mata menyipit curiga. Dia tahu ini pasti ulahnya, "Pasti kamu yang membuatnya berantakan!" tuding Kinara. Gara hanya diam saja tanpa menjawab tudingan Kinara.
Wanita itu langsung membereskan kembali kekacauan yang ia buat. Kalau seperti ini bisa-bisa Kinara telat sampai di tempat Mrs. Johnson. Ekor mata Kinara melirik Gara mengambil baju di lemari, dia kira pria tersebut akan berganti baju di kamar mandi tapi laki-laki itu malah ganti di depan lemari. Ia mengalihkan perhatiannya pada tempat tidur berantakan. Dirinya tidak mau kepergok mengamati tubuh milik Gara. Terlihat jejak merah hasil percintaan Gara dengan wanita yang mungkin membukakan pintu untuknya tadi.
'Hei! Apa dia tidak malu, ada aku di sini.'
Kinara mendengkus kasar, waktunya tidak banyak lagi karena itu dia harus cepat-cepat. Kinara beranjak ke tempat cucian, mengeluarkan sprei dan sarung bantal yang sudah kering.
Masih ada waktu cukup baginya berjalan kaki ke apartemen Mrs. Johnson. Kinara mencari pria tegap itu untuk meyerahkan tagihan. Dia menemukan Gara duduk di sofa ruang tengah, tampak serius menekuri kertas-kertas penuh dengan tulisan-tulisan kecil.
"Maaf, Pak. Ini tagihannya." Kinara menyerahkan kertas tagihan dari kantor.
Gara menerimanya tanpa banyak bicara, dia mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa dolar lalu menyerahkannya pada Kinara. Dahi wanita tersebut mengkerut bingung, bukankah uang ini lebih dari nominal yang tertera pada kertas tagihan.
"Ambil sisanya! Mungkin bisa kamu pakai membeli makanan. Setidaknya cukup untuk satu bulan," ucapnya tanpa mau melihat Kinara.
'Sialan! Apa dia pikir aku pengemis? Bahkan jika aku kelaparan, aku akan pilih mati daripada menerima uangnya.'
"Aku tidak butuh!" Kinara melempar kembali beberapa lembar uang dolar ke pangkuan Gara. "Apalagi darimu! Aku lebih pilih mati kelaparan daripada menerima uangmu! Selamat siang!" Kinara pergi dari hadapan Gara dengan kemarahan bergolak di dadanya. Laki-laki brengsek!
🌰🌰🌰
Kinara merebahkan tubuh lelahnya di kasur empuk. Dia benar-benar lelah tidak hanya tubuh tapi pikiran juga. Pertemuannya dengan Gara membuat dirinya takut. Ia takut jika cinta yang sempat bersemi kembali tumbuh subur. Kinara tidak mau itu terjadi, bila ia kembali mencintai Gara hanya sakit yang ia dapatkan. Hal yang mustahil bagi mereka untuk bersama, perbedaan besar jelas berdiri dengan kokohnya di hadapannya. Selama ini Kinara pikir berhasil membuang jauh cintanya untuk pria itu. Namun, itu hanyalah ilusi yang ia tekankan terus-menerus di otaknya. Benarkah ia sudah membuang jauh semua hal tentang laki-laki itu? Kinara ragu, ia tidak yakin dengan pemikirannya selama ini. Gara memberi efek yang cukup kuat untuk dirinya.
Kinara menggelengkan kepalanya, menyingkirkan semua tentangnya. Sudah cukup dia menangisi Gara, mengharapkan laki-laki itu menyadari perasaannya. Dia benar-benar bodoh karena terus-menerus menginginkan Gara melihatnya. Bunyi ponsel membuat Kinara bangkit dari rebahana, meraih tas yang dia letakkan di lantai.
+617xxxx: datanglah ke apartemenku besok!
Dahi Kinara berkerut. Nomor siapa ini? Ia tidak merasa mempunyai kenalan baru tapi melihat kata-katanya mungkinkah ... ah itu tidak mungkin. Lagipula dari mana pria itu mendapatkan nomornya di sini?
Me: maaf ini siapa?
Ia tak ingin salah menebak yang mengakibat hal buruk padanya nanti.
+617xxxx: Apa semudah itu kamu melupakan orang yang kamu benci?
Sekarang ia yakin siapa yang mengirminya pesan.
Me: ada apa?
+617xxxx: kita perlu bicara.
Me: tidak di tempatmu. Aku akan beritahu tempatnya.
+617xxxx: damn you! Besok aku sudah harus ke pulang.
Me: ya sudah pulang sana. Aku rasa tidak ada pentingnya kita bertemu.
+617xxxx: ku tunggu besok jam 8, penting ini tentang Papa!
Me: Ck. Soal apalagi? Aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.
+617xxxx: ada. Karean itu kita perlu bertemu.
Kinara mengembuskan napas dengan keras, apalagi yang dia mau. Mereka sudah jelas-jelas membuangnya, dan sekarang Gara ingin bertemu dan membahas pria tua itu. Pikirannya melayang kembali saat dirinya pulang ke Indonesia beberapa waktu lalu. Hari di mana papanya menegaskan bahwa dia bukanlah putrinya.
Lalu apa yang ingin dibicarakan dengannya? Bukankah dia sudah tidak ada hubungannya dengan mereka. Tidak bisakah mereka benar-benar melupakan dirinya? Benaknya terus bertanya-tanya membuat dirinya berpikir yang tidak-tidak dan juga membuatnya frustrasi tak kunjung menemukan jawaban. Sudahlah, apa pun yang terjadi besok Kinara harap semuanya baik-baik saja
Tbc.
Hmmm 🤔🤔
Di Karyakarsa udah sampai part 9 ya beb. Kalo mau cepat bisa ke sana. Part 1-6 free 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top