15

😁😁 jangan bosen ya ketemu aing 😂

🌺🌺🌺

Pulang dari rumah sakit Kinara lebih banyak tidur. Wanita itu terkadang tertidur di sofa depan televisi. Ia belum bisa beraktivitas seperti biasanya karena sakit di kepalanya kerap menderanya. Bahkan untuk membantu Bi Nah sedikit lama saja kepala berdenyut sakit. Sakit kepala ini sungguh menyiksanya.

Seperti sekarang ini, ia memilih melihat tayangan musik disalah satu stasiun televisi di ruang tengah. Lambat laun kantuk mulai menyerang setelah ia minum obatnya. Tanpa mau repot-repot pindah ke kamarnya, ia tidur di sofa.
Kinara ingin segera pulih agar ia bisa segera pergi dari sini. Ia sudah tidak nyaman berada di sini. Ia ingin tinggal sendiri di rumah kontrakannya. 

Namun, ada hal yang mengusik pikirannya yaitu perlakuan Gara padanya. Ia heran kenapa laki-laki itu sekarang lebih baik padanya? Tidak ada bentakan, teriakan, atau nada tak bersahabat. Kinara jadi ingat kemarin malam pria itu membawakan makan malam ke kamarnya, hal yang tidak terpikirkan oleh Kinara. Memang waktu itu kepala sakit jadi ia lebih memilih makan di kamar karena itu ia meminta Bi Nah mengantar makanan ke kamarnya. Sungguh aneh dan membuatnya tak nyaman.

Gara masuk lewat dapur, hanya ada Bi Nah beres-beres meja dapur. Bi Nah menyapa lalu bertanya apakah dirinya mau makan? Gara menggeleng. Tidak terlihat Kinara, apa perempuan itu kembali ke kamarnya? Gara membuka pintu lemari es mengambil minuman dingin, meneguknya dalam beberapa tegukan langsung habis tidak tersisa. 

"Kinara di mana, Bi?" 

"Di ruang tengah, Den," jawabnya. 

Gara melangkahkan ke ruang tengah. Ia hanya ingin memastikan wanita itu tidak melakukan tindakan yang bisa membuatnya kelelahan. Karena tidak terlihat puncak kepala Kinara, ia pun mendekat ternyata wanita itu tidur. Gara menyelipkan tangannya di bawah lutut dan punggung Kinara lalu mengangkatnya bridal style ke kamar Kinara. Dengan hati-hati Gara membaringkan tubuh Kinara di ranjang lalu menyelimutinya sampai perutnya.  

Disingkirkannya anak-anak rambut yang menempel di sekitar wajah Kinara. Ia berdiri dengan bersedekap mengamati dengan seksama wajah Kinara. Wajah perempuan itu sudah tidak pucat lagi. Gara sadari jika wanita ini mempunyai wajah cantik alami meski tanpa make up sekalipun. Wajah yang terus membayanginya sampai ia frustrasi dan karena itulah setiap kali dia berkunjung kemari ia tidak berlama-lama berdekatan dengannya.

Dia juga bukannya tidak tahu bahwa Kinara menyimpan rasa untuknya, tapi ia tak mungkin membalasnya karena mereka bersaudara, meskipun hukum dan adat tidak menghalangi mereka bersatu, tapi saat itu Gara masih terikat dengan wanita lain. Ia begitu mencintai wanita itu sampai dirinya melihat sendiri kekasihnya tersebut tidur dengan orang lain.

🌰🌰🌰

Pria tinggi itu tengah menimbang-nimbang apakah sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan permintaan Edi pada Kinara. Sudah beberapa kali Edi bertanya kapan ia bisa menemui Kinara tapi Gara selalu berdalih bahwa kesehatan wanita itu masih dalam proses pemulihan dan butuh ketenangan. Sekarang alasan apa lagi yang akan ia berikan? "Ra, apa kamu keberatan kalau beberapa pekerja menemuimu?" tanya Gara hati-hati. Dia tahu sebelumnya jika kedua keluarga itu tidak suka pada Kinara. 

Kinara mendongak mengalihkan perhatiannya dari makanan di piringnya pada laki-laki di depannya, "Untuk apa?" tanyanya dengan nadanya tak bersahabat.

Sepertinya akan susah untuk pekerjanya menemui Kinara, pikir Gara. Tanggapan yang diberikan wanita itu sudah menegaskan hal tersebut. "Mereka ingin mengucapkan terima kasih sudah menolong anak-anak mereka."  

Kinara mengangkat alisnya sebelah tak percaya. "Aku tidak mau. Mereka tidak perlu berterima kasih padaku. Itu hanya kebetulan saja," sahutnya dingin. 

Perempuan itu melanjutkan melahap makanannya. Sebenarnya ia malas untuk turun makan karena malu bertemu Gara. Dia malu karena pria itu yang mengangkatnya ke kamar waktu ia tidur di sofa siang tadi. Awalnya ia bingung mendapati dirinya bangun sudah berada di kamar sedangkan ia ingat bahwa ia tidur siang di sofa. Akhirnya dia bertanya pada Bi Nah siapa tahu wanita paruh baya itu tahu, ia jadi kaget, ah bukan! Tepatnya malu ternyata Gara yang memindahkan dirinya. 

Helaan napas berat terdengar dari Gara. Ia tahu Kinara bisa jadi keras kepala jika menyangkut orang-orang yang tidak menyukainya. "Mereka hanya ingin mengatakan terima kasih, Ra. Apa sulitnya?" Gara mencoba membujuknya. 

Mata Kinara terlihat berkilat-kilat penuh amarah mendengar ujaran Gara seenteng itu. "Mungkin mudah bagimu atau orang lain, tapi sulit bagiku. Aku tidak mudah menerima kebaikan dari orang yang tidak menyukaiku termasuk dirimu." 

"Apa kamu ingin menghukum mereka karena membencimu? Apa kamu ingin mereka terus merasa bersalah?" desak Gara.

Netra Kinara kembali menyala tajam mendengar tuduhan Gara. Lagi dan lagi laki-laki itu mengambil kesimpulan sendiri. “Jawabanku sudah jelas.” Dia berdiri meninggalkan makanannya. Perutnya seketika penuh. Kinara sontak memijat pelipisnya, ia sedikit pusing karena berdiri tiba-tiba. Ia melangkah pergi tapi baru beberapa langkah tubuhnya diangkat dengan cepat membuat denyutan kepalanya bertambah.

Gara yang awalnya ingin membantu Kinara karena melihatnya kesakitan, entah kenapa Gara malah membawanya ke kamar tidurnya. Setan rupanya telah menutup akal sehat pria itu. Ada rasa aneh yang menyusup ke dadanya ketika Kinara dalam pelukannya. Dia ingin berlama-lama bersamanya seperti ini saja.

Kinara menyandarkan kepalanya di dada bidang Gara karena denyutan yang dia rasakan. Ia menutup mata mencoba meredakan pusingnya. Sejujurnya ia ingin meronta tapi sepertinya sia-sia saja. Dirinya tidak akan menang melawan pria tersebut dalam keadaan lemah seperti ini. 
Gara duduk di pinggir ranjang dengan Kinara dalam pangkuannya. Ia tidak tahu setan apa yang merasuki dirinya hingga bertindak seperti ini. Kinara berusaha turun tapi ditahannya, ia semakin mengeratkan pelukannya. Pria itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kinara, menghirup aroma khas perempuan tersebut. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih, getaran rasa berbeda menguasainya. 

Tubuh Kinara mendadak kaku, tidak menduga Gara berbuat seperti ini padanya. Pria itu menjauhkan badannya agar dapat melihat wajah cantik Kinara, melihat rona merah bersemburat di muka gadis dalam pangkuannya. Wanita tersebut berusaha kembali untuk turun tapi lagi-lagi tubuhnya ditahan. 

"Lepas!" ucap Kinara serak. Ia tidak yakin intonasi suaranya terdengar tegas. Wajah mereka berhadapan sangat dekat membuatnya gugup. Ini menegangkan sebab mereka tidak pernah berada dalam jarak sedekat ini.

"Tidak sebelum aku menuntaskan rasa ingin tahuku."

Kening Kinara berkerut, bingung dengan maksud Gara. Tiba-tiba saja ibu jari pria itu mengusap lembut bibirnya, menelusuri mengikuti bentuknya. Gara juga menggerakkan telunjuknya menyusuri leher Kinara hingga menghasilkan gelayar aneh yang belum pernah ia rasakan. Reaksi tubuhnya juga tak biasa, bergetar lambat tapi membuat perutnya merasakan sensasi berbeda. Ada rasa asing menyelusup dalam raganya. Sampai akhirnya bibir pria itu menyentuh bibirnya, lembut dan kasar bersamaan. Kinara kaget tapi tak mampu bergerak. Ia seperti terhipnotis bahkan syaraf otak-otaknya sepertinya mati.

Kinara menyambut bibir Gara, tanpa sadar perempuan tersebut membuka akses lebih jauh untuknya. Lidahnya menggoda, mengecap setiap inci kehangatan rongga mulut Kinara. Membelit lidah Kinara membuat napas mereka berkurang. Ciuman yang awalnya lembut berubah menuntut.

Tangan Gara menyelusup masuk ke kaus yang Kinara kenakan, membelai lembut punggung wanita itu. Membuat Kinara melengkungkan punggungnya hingga dadanya membusung. Jari jemari Gara yang bebas mengusap puncak dada Kinara yang tegang, membuat erangan lolos dari sela-sela pagutan Gara. 

Gara melepaskan ciumannya lalu mencumbu leher putih Kinara, mengecup rata lalu meninggalkan bekas di dasar lengkungan leher dan bahu Kinara. Ia menggeram saat gairah mulai menyentuh dirinya. Kesadaran itulah yang menghantamnya. Ia tidak bisa memanfaatkan kelemahan gadis ini. Gara akhirnya menyudahi tindakannya, ia memeluk erat tubuh Kinara untuk mengatur napas mereka. 

"Tidurlah, aku akan membawamu ke kamarmu."

Gara berdiri membawa Kinara dalam gendongannya. Ia mengecup kening gadis itu. Gara dengan pelan dan tatapan tidak lepas dari wajah Kinara menaiki anak tangga satu persatu, saat di lantai dua ia melangkah ke kamar Kinara. Ia meletakkan tubuh Kinara ke kasur pelan-pelan kemudian menyelimutinya. Gara mengecup kening Kinara yang hampir tertidur lalu menyalakan lampu tidur sebelum menutup pintunya.

Teh hitam.

Seperti biasa link di bio. Tamat di KK, bacanya bisa dicicil kok. ♥️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top