11

Bang Gara tamat di Karyakarsa 😁

🍁🍁🍁


Sudah hampir empat bulan Kinara bekerja di perusahaan papanya di bawah pimpinan Gara. Ia ditempatkan sesuai dengan bidangnya yaitu desain interior. Selama itu pula tidak ada yang mengetahui statusnya dan Kinara juga tidak peduli. Baginya cukup bisa bekerja mencari uang sendiri meskipun di perusahaan Aries. Dia juga sudah mengembalikan kartu ATM dan kredit yang diberikan Gara tapi laki-laki itu menolaknya.

Bekerja di sana Kinara hanya mengenal beberapa orang saja. Dirinya sengaja membatasi pertemanannya dan lebih suka menyelesaikan pekerjaannya.

"Kin, Pak Gara manggil kamu,” kata salah satu teman kerjanya.

Kinara mengalihkan pandangannya dari layar komputer."Iya, terima kasih," jawabnya dengan tersenyum kecil lalu pandangannya kembali ke layar komputer menyimpan data yang ia catat. 

Kinara berjalan ke ruangan Gara, sekretarisnya menyuruhnya langsung masuk. Kinara membuka daun pintu lalu mengetuk pintu dua kali sebelum masuk. 

"Masuk!" Pria itu terlihat serius menekuri berkas-berkas di atas mejanya. 

Kinara berdiri di seberang meja. Tangannya ia rangkum menjadi satu di depan tubuhnya. "Maaf, Pak. Bapak memanggil saya?" 

Gara mendorong berkas ke pinggir meja depan Kinara. "Komplain dari perusahaan gabungan. Desain yang kamu berikan sama persis dengan perusahaan pesaing. Mereka minta ulang desain yang baru." 

Wanita itu maju, mengambil berkas yang diberikan oleh Gara. Membukanya untuk melihat lagi gambaran yang ia berikan. "Bagaimana bisa sama, Pak? Saya sudah survei ke beberapa lokasi dan konsep desain saya belum ada yang memakai. Apa itu bukan akal-akalan mereka saja?" protes Kinara. Ini aneh desain yang ia serahkan benar-benar belum ada yang memakainya tapi mengapa bisa sama dengan perusahaan pesaing. 

"Kamu ingin mengatakan mereka hanya mencari-cari alasan? Dengar … perusahaan ini sudah lama bekerja sama dengan perusahaan mereka, jadi untuk apa mereka mencari-cari kesalahan?" ucapnya menatap tajam pada Kinara. “Saya minta kamu desain ulang dan serahkan secepatnya." 

"Maaf, Pak, mengapa Bapak tidak menyelidikinya dulu? Bisa saja mereka bersekongkol membuat rugi perusahaan." debat Kinara lagi. Apa pria itu pikir mendesain ulang tidak membutuhkan waktu dan pikiran? 

"Saya tidak ingin mendengar bantahan. Cepat kerjakan!"

Kinara berdiri tanpa pamit. Ia menutup pintu sedikit keras. Dirinya kesal, marah, dan jengkel kenapa dirinya tidak berhak mengeluarkan pendapatnya. Mengapa juga laki-laki itu tidak bisa berbuat adil padanya tidak di rumah maupun di sini.

Dia mengempaskan diri dengan keras di kursinya. Meski dirinya marah tapi tidak membuatnya malas mengerjakan tugasnya. Dia kembali membuka file lama lalu mulai berpikir bagaimana memperbaiki desain lama menjadi baru. Cukup lama Kinara tenggelam dalam pekerjaannya sampai tidak menyadari Rani teman sebelahnya mengajaknya bicara. 

"Kin!" Rani menepuk pundak cukup keras sampai membuat Kinara terjengkit dan mengusap dadanya beberapa kali karena kaget. "Maaf. Hehe ...." ucap Rani meringis. 

"Ada apa?" sahut Kinara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.

"Tadi Pak Gara pesan desain baru sebelum pulang harus sudah di mejanya." 

"Hah?” Tentu saja ia kaget. Bisa-bisanya Gara memberi perintah sesuka hatinya begitu. “Dasar bos gila! Mana bisa secepat itu? Memangnya gambar gunung sepuluh menit jadi. Dasar sinting!" 

Rani terkikik mendengar gerutuan Kinara. "Hehe. Baru tahu kan bagaimana bos ganteng kita? Dia itu gila kerja. Maunya yang sempurna. Tidak boleh ada kesalahan sekecil apa pun. Karena itu perusahaan cepat berkembang pesat di tangan dia."

Kerutan tampak di dahi Kinara. "Memang sebelum Bos yang pegang bagaimana kinerja perusahaan ini?"  

"Kita sering kehilangan klien. Perusahaan juga sempat mengalami pailit dan hampir saja dibeli perusahaan pesaing. Entah apa penyebabnya tapi sejak dipegang Pak Gara, sedikit demi sedikit perusahaan mulai bangkit. Proyek-proyek juga mulai berdatangan,” ungkap Rani dari mejanya. Kinara mengangguk-angguk saja tanpa ingin berkomentar. "Sudah lanjutkan kerjaanmu biar cepat selesai," perintah Rani sebelum menyudahi obrolan mereka. 

Kinara tengah fokus pada desain baru sampai melupakan makan siang berlanjut sampai waktunya makan malam. Teman-teman kerjanya sudah banyak yang pulang hanya segelintir orang yang menemaninya lembur. Akhirnya jam sembilan kurang pekerjaannya selesai. Hasil desainnya sudah ia save dan copy.

"Ra, ayo pulang!" Gara berdiri tidak jauh dari kubikel Kinara siap untuk pulang.

Kinara refleks melihat sumber suara yang memanggilnya. “Maaf, Pak, desain yang bawa minta ….”

"Simpan dulu, besok baru berikan." Gara kemudian berlalu lebih dulu. Ia menunggu di depan lift. 

Kinara membereskan mejanya dengan menggerutu. Tadi saja minta cepat-cepat sekarang menyuruh menyimpannya. Dasar bos gila! Kinara lalu mengambil tas yang ia letakkan di bawah meja agar tidak mengganggunya bekerja. Ia berlari kecil agar bisa menyamai langkah lebar Gara. Lift terbuka mereka masuk bergantian. Bahkan dalam jarak sedekat itu mereka tidak saling bicara. Sampai di basement parkiran mereka langsung masuk ke mobil Gara dan meninggalkan parkiran.

🌰🌰🌰

Minggu itu libur kerja Kinara cukup panjang—libur nasional mulai Jum’at dan Sabtu—ia manfaatkan untuk bercocok tanam di kebun belakang. Akhir-akhir ini dirinya senang berkebun, baginya dengan berkebun membuat pikiran tenang. Selain itu ia juga tidak perlu berinteraksi dengan pekerja-pekerja di sini sesuai dengan larangan Gara kecuali Bik Nah. Wanita paruh baya itu selalu menemani dirinya meskipun pernah ia minta untuk menjauh karena larangan Gara.

Gara berdiri di jendela ruang kerjanya yang memang menghadap kebun belakang. Ia memperhatikan Kinara. Mengamati gerak-gerik wanita itu, mendengar sayup-sayup tawanya dari jendela yang terbuka. Tubuh gadis itu juga sudah tidak sekurus waktu dia datang. Pipinya sedikit berisi dan binar matanya terlihat lebih hidup. Bi Nah benar-benar pintar mengurusnya.

Melihat itu semua Gara merasa lega, setidaknya Kinara merasa nyaman di sini dan juga akhirnya ia berhasil menahan wanita itu sampai urusan perusahaan selesai dan keadaannya kembali stabil—hampir bangkrut digerogoti oknum tak bertanggung-jawab. Paras Kinara yang tersenyum lebar membuat dada Gara berdesir halus yang menyebabkan rasa aneh di perutnya. Perasaan apa ini? Ia pasti sudah gila menyukai senyum dari orang yang dibencinya.

Kerutan tercipta di kening Gara kala melihat Kinara berjalan ke tengah jalan dalam peternakan. Apa yang yang perempuan itu lakukan di sana? Sial! Gara langsung berlari keluar rumah ketika menyadari bahwa Kinara menuju jalan yang biasa dilewati truk pengangkut bahan pakan dan pupuk. 

Semoga dia tidak terlambat. Gara terus mengayunkan kakinya agar lari lebih cepat lagi. Tidak peduli sapaan Bi Nah dan pekerjanya yang kebetulan berpapasan. Begitu paniknya ia melihat Kinara tersenyum dengan kucing di tangannya di tengah-tengah jalan tanpa ada niat untuk menepi.

Laki-laki itu sampai melompati pagar tembok setinggi pinggang orang dewasa. Tidak peduli kakinya luka tergores pinggiran pagar, ia menarik Kinara dengan kuat ke tepi tepat truk bahan pakan melintas.

"Apa kamu sudah gila? Apa kamu ingin membunuh dirimu sendiri!" teriak Gara di depannya. Raut muka laki-laki itu menakutkan lebih gelap dari biasanya. 

"Aku ... aku ..." ucap Kinara terbata-bata. Ia tidak sadar apa yang ia lakukan berbahaya. Kinara pikir truk akan melaju pelan jika di area peternakan ternyata itu salah. “Maaf aku ….” 

"Kalau kamu ingin mati bukan di sini tempatnya! Pergi yang jauh!" 

"Maaf," cicitnya pelan. Ia sadar dirinya bersalah. Begitu senangnya melihat kucing cantik di tengah jalan jadi tanpa berpikir panjang ia mengambilnya.

"Kenapa kamu selalu membuat masalah! Satu hari saja tidak membuat keributan apa membuatmu gila!" Gara benar-benar marah hingga mengabaikan raut pucat Kinara. 

"Aku tidak bermaksud …." 

"Sekarang masuk kamarmu! Jangan keluar sebelum Bi Nah memanggilmu!" perintah Gara final tanpa bisa digugat. Matanya benar-benar penuh sorot kemarahan yang berkobar besar. Gara berbalik meninggalkan Kinara yang tertunduk. Emosi menguasainya bahkan ia tidak merasakan luka di kakinya. 

Kinara mengekor di belakangnya masih dengan kepala tertunduk. Ia menyesal bertindak diluar nalarnya. Matanya menatap kaki luka Gara yang terus meneteskan darah, pasti sakit tapi sepertinya pria itu tidak menyadarinya. Kucing yang ia pungut Kinara serahkan pada Bi Nah untuk dirawat. Sampai di dapur ia menahan Gara masuk ke ruang kerjanya. 

"Ada apa?" tanya Gara dengan wajar datar.

Kinara ragu-ragu menatap Gara. Ia berkali-kali membasahi bibirnya yang mendadak kering bahkan untuk menelan saja susah. Tubuhnya juga sedikit bergetar dan keringat dingin mengucur di pelipisnya saat merasakan amarah Gara yang menguar. "Itu … aku …"

"Jika ingin meminta maaf, simpan saja. Aku sudah muak!" 

Kinara refleks memegang lengan Gara ketika pria itu beranjak. Ia menggeleng cepat. "Bukan. Bukan. Aku ingin mengobati lukamu,” cicitnya. “Itu." Kinara menunjuk kaki Gara yang berdarah.

Laki-laki itu menunduk mengikuti arah yang ditunjuk Kinara, "luka kecil aku bisa mengobatinya sendiri." Gara meneruskan langkahnya ke ruang kerja. Setelah menutup pintu ia segera mengambil kotak P3K di dalam laci meja samping sofa.

Sementara itu Kinara masuk ke kamarnya, mandi membersihkan badannya. Kali ini ia akan menuruti perintah Gara tidak keluar kamar sebelum dipanggil. Dia memilih memeriksa lagi desain baru yang sudah ia buat. Pikirannya fokus pada layar laptop di depannya sampai ponselnya berdering pelan. Satu pesan masuk ke aplikasi chating. Kinara menjangkau benda itu dengan susah payah karena posisinya duduk bersila di tengah ranjang. Akhirnya! 

Bian:
cantik, ayo jalan.

Me:
kerjaan aku lagi banyak kalau minggu depan gimana?

Bian:
apa dia tidak memberimu libur?

Me:
bukan begitu, hanya saja aku ingin segera menyelesaikannya agar bisa segera dipresentasikan.

Bian:
baiklah. Kabari aku secepatnya. Aku ingin mengenalkanmu sama seseorang.

Me:
siapa?

Bian:
rahasia. Kita ketemu minggu depan. Aku jemput di rumah.

Me:
ok. 

♥️♥️♥️

Hmm. Satu kata buat ....

Gara

Kinara

😁😁😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top