3 - ᴍᴀʟᴜ
Kuroo Tetsurou, Haikyuu!!! © Haruichi Furudate
wabi-sabi's Plot Story © Swanrovstte
SwansCollab first Event: wabi-sabi
Note: Ini hanya sebuah fiksi yang diketikkan untuk projek dan asupan pribadi, tidak mengambil keuntungan apapun selain memberi asupan pada pembaca. Untuk disclaimer telah tertera jelas di atas.
Enjoy, Lady!
---
"Aduh, Kak Kuroo makin hari makin ganteng, bersyukur banget bisa di kelompok Visioner!"
"Iya weh, kayaknya belum ada doi deh. Biasanya dia bareng sama satu cowo rambutnya agak ombre kayak puding itu, loh!"
"Eh iya, itu manis juga gak sih kalau dilihat-lihat."
"Haha, iya."
Komentar per komentar menyapa gendang telinga [Name]. Ini sudah seminggu lamanya dia mendengar komentar mengenai cofasnya. Tidak heran, Tetsurou memang tampan, siapa pula tidak cengengesan melihat lelaki tampan? Oh, [Name] memang tidak begitu, sih. Soalnya, masa depan saja buram, apalagi masalah cinta.
[Name] menggeser-geser layar ponsel, memandang animasi khas Jepang. Sesekali mengetuk dua kali dengan jempol guna meninggalkan jejak hati. Bosan, dia tidak tahu harus melakukan apa di sela jam istirahat seperti ini. Ingin ke kantin, tetapi dia sekarang di lantai 5. Pasti, sekarang juga sangat ramai membuatnya semakin ingin mendekam dalam kelas saja.
"Udah makan?" Suara lelaki tidak asing menyapa indra pendengaran, meninggalkan keheningan setelah itu. Yang diajak bicara masih fokus pada layar ponsel, sampai menjadikan suasana hening itu berlangsung selama sepuluh detik. Barulah, [Name] menengadah dan mendapati Kuroo Tetsurou tidak jauh dan memandangi dirinya. Sang gadis melirik sekitar lagi, dia pikir, pria itu tengah bertanya dengan orang lain. Ternyata, kelas hanya tinggal mereka berdua.
Ya Tuhan. [Name] ingin terjun saja, kenapa lelaki ini selalu di dekatnya. Iya, baik sih, gentle juga, tidak berakhlak juga, tetapi sumpah, [Name] ingin mengubur diri jika harus mengingat fakta Tetsurou mengingat aibnya.
"Uda--keknya?" Pernyataan dengan keraguan mengundang tawa. [Name] di antara ingin jujur dan berbohong. Bukannya apa, dia menunggu pulang dan makan di rumah, sebab pasti mamanya sudah menyisakan makan malam untuk dirinya. Sebagai anak yang baik, dia akan makan makanan rumah, walau tujuan aslinya adalah menghemat uang gaji.
Tetsurou menaikan sebelah alis, melepas tawa pelan. Kemudian mengeluarkan kue yang dibelinya sebelum tiba di kampus, memberikan pada [Name]. "Beli satu gratis satu, buatmu saja ya," ucapnya lembut, lantas mengambil langkah menuju ke kursi dosen setelah sang gadis menerima.
Kenapa [Name] menerimanya? Oh, tentu saja, gratisan itu enak. Tidak buram, kayak masa depan.
"Kamu takut padaku?" Tetsurou kembali melontarkan pertanyaan, menarik perhatian [Name] untuk mempertemukan pandang. Keduanya saling melempar pandang sejenak, Tetsurou tidak dapat menahan senyum kala mendapati sang gadis mengalihkan pandangannya. Sejujurnya, dia cukup peka, [Name] menghindarinya sejak awal mereka kembali bertemu, awalnya berpikir gadis ini hanya pemalu; nyatanya hanya menghindari kontak berlebihan dengannya saja.
[Name] memakan rotinya, mengunyah dan menelan sebelum menjawab, "Tidak juga .... Urat maluku belum putus ketika ada orang mendapati aku jatuh waktu itu."
Tentu saja urat malu [Name] belum putus, memangnya Tetsurou?
Sekali lagi mengundang tawa. Setidaknya Tetsurou kini tahu alasan mengapa sang gadis bersikeras menghindarinya. Ternyata bekas rasa malu karena dilihat saat jatuh masih ada. Tidak merasa [Name] konyol, justru dia merasa adanya sisi unik dari sang gadis membuatnya ingin mendekatkan diri untuk mengenal lebih jauh.
Seperti takdir menyatukan. Pertemuan pertama yang unik, kesempatan kedua bertemu ternyata [Name] di kelompok Visioner, apalagi menjadi mahasiswa barunya sendiri. Setelah itu, ada aura aneh yang dipancarkan oleh sang gadis, membuat Tetsurou sedikit penasaran. Aura datar nan suram, tetapi terkadang justru terasa lucu dari respon dan juga ekspresi sang gadis. Seperti orang yang kehilangan arah, tetapi tidak kehilangan humor hidup.
"Habis, pas itu aku kaget sekali, kau jatuh dan langsung main pulang meninggalkan aku yang khawatir. Ya--aku hampir ketawa sih, haha," respon Tetsurou.
Semua perempuan yang tertarik dengan ketampanan Tetsurou pasti ingin berada di sisi sang adam. Sayangnya, [Name] yang tertarik sama ketampanan itu dikurung oleh rasa malunya sendiri. Mempertanyakan, apakah dia mampu bertahan selama perkuliahan.
---
Batam, 03 Juli 2021,
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top