1 - ᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴀɴ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀ

Kuroo Tetsurou, Haikyuu!!! © Haruichi Furudate
wabi-sabi's Plot Story © Swanrovstte

SwansCollab first Event: wabi-sabi

Note: Ini hanya sebuah fiksi yang diketikkan untuk projek dan asupan pribadi, tidak mengambil keuntungan apapun selain memberi asupan pada pembaca. Untuk disclaimer telah tertera jelas di atas.

Enjoy, Lady!

---

Cakrawala biru dengan mentari terik menyinari sebagian bumi. Waktu pada jam tangan menunjukkan pukul 4 sore. Lagi-lagi, panasnya suhu membuat orang mengeluh panas dan tak lupa membawa kipas guna bertahan hidup. Jika saja bumi saat ini meniupkan angin dan menutup matahari pasti akan lebih enak. Berbeda jika di dalam ruangan dengan pendingin ruangan, akan jauh lebih nyaman. Apalagi dibuka sampai 16 derajat celcius, mungkin tidak perlu mengeluh panas, malah mengeluh dingin.

Duh, manusia memang sulit ya.

Lelahnya diri harus menjalani hidup, berkali-kali gadis itu memandang kosong ke arah sang lawan bicara di hadapannya itu, walau direspon sesekali dengan kata 'iya'. Duduk di sana, sesekali melirik ke arah ponsel sejenak, memastikan sosok mengantar masih menunggu di depan. Wajah berekspresi netral tidak menutup kepribadian santai--atau lebih ke arah tidak ada jiwa hidup? Entahlah, bahkan pekerja humas tidak mampu menebak apa kemauan dari sang gadis.

Tangan bergerak meraih pena di samping, mengisi formulir mengikuti arahan dari sang lawan bicara. Gadis itu sama sekali tidak memberikan satu patah kata, hanya menurut dan mengerjakan apa yang disuruh. Jauh dalam lubuk hati, dia mempertanyakan kapan semua ini selesai. Kasur empuk berukuran king size di rumah tengah menanti, oh, dia harus makan dan mandi sebelum melakukan rebahan. Setelah menyelesaikan pemantapan matematika peminatan, dia harus memberi dirinya sendiri sebuah hadiah. Tentu saja kata hadiah adalah alibi. Rebahan adalah rutinitas, skill terhebatnya.

"Sampai di sini apakah [Name] ada pertanyaan?"

Yes!

Pertanyaan itu dilontarkan oleh lawan bicara pada sang gadis, refleks membuat gadis bermahkota hitam gelap itu bersorak kesenangan dalam hati. Lantas, [Name] --gadis itu--- menggeleng, membuktikan bahwa dia tidak memiliki pertanyaan. Dia memastikan seluruh barang bawaannya tidak tertinggal, menutup tas ransel kembali. Dengan perlahan bangkit berdiri, menepuk rok abu-abu miliknya sebelum membungkuk sebagai rasa hormat telah membantu. Andaikan ada robot yang bisa membantunya menyampaikan kata-kata, diia lebih baik langsung pulang rumah.

Kaki mengambil langkah, beranjak keluar dari ruangan humas. Seketika suhu panas itu membuat [Name] menghela napas dalam diam. Merenung kenapa panas, andaikan dia adalah sultan yang akan dipayungi oleh bawahan, itu akan jauh lebih nyaman. Akan lebih baik lagi, kalau dia punya pekerja yang mengurus seluruh kebutuhannya. Ah, atau lebih baik dia mendekam dalam kamar dan menikmati keseharian tanpa perlu pusing terhadap seluruh masalah.

Sesungguhnya, [Name] tidak mengerti mengapa teman-temannya berambisi mengejar prestasi. Mencari perkuliahan di luar kota Batam, mengikuti jalur snmptn dan sbmptn. Mendengar itu saja sudah sangat merepotkan bagi sang gadis. Kenapa pula mereka pusing mencari jurusan, bukankah yang penting punya ijazah S1?

Dia tidak mau mengakui, bahwa dia hanyalah iri dengan teman-temannya yang memiliki tujuan. Sedangkan dia? Yang penting lulus, punya ijazah.

Pandangan [Name] beredar ke sekeliling. Dia tengah berdiri di Gedung A, Universitas Internasional Batam. Desain yang sederhana tetapi tidak menghilangkan nilai estetika pula. Penghijauan yang ada benar-benar menyegarkan mata, sayang, [Name] tidak tertarik pada tumbuhan. Satu-satunya yang menarik perhatian, mungkin kucing liar yang tengah berjalan kesana-kemari dan menjatuhkan tubuh guna berbaring di atas paving block abu-abu.

Puas mencuci mata. Dia tidak perlu berlama-lama observasi di sini karena sudah pernah mengikuti acara open house yang diadakan untuk sekolah SMAnya. Sehingga sudah berkeliling melihat ruang kelas, perpustakaan, sporthall, laboratorium hukum, pariwisata, arsitektur, teknik pangan, dan lain-lain. Fasilitas yang cukup untuk seorang mahasiswa seperti [Name], walau nyatanya dia tidak peduli.

"Pengen pulang terus tidur ..., besok ketemu guru killer lagi, nanti disuruh bawa bantal lag--" Belum selesai sang gadis bergumam sembari jalan, dia tersandung dan menyebabkan diri jatuh ke depan di tangga menuju ke arah bundaran di mana jemputannya berada. Rasa sakit langsung terhantar ke tangan, lengan, siku, lutut, dan ujung kaki yang tersandung. Bahkan dia tidak sempat berteriak sakit, dia sudah mendarat begitu mulus di atas paving block.

Syukur-syukur, jam segini belum ada orang banyak--

"Oi, oi, tidak apa-apa?"

--oke, dia menarik kembali pemikiran konyol itu. Dewi kesialan sedang berpihak padanya. Dia yakin, sekuriti yang menjaga di dekat kantor humas berniat mendekati tetapi menghentikan langkah saat ada orang yang sudah mendekati sang gadis.

[Name] tidak berucap apapun, dia tidak tahu harus bilang apa. Dia mendengkus, "Gblk."

Hening, tidak ada lagi yang membuka suara. Sosok yang bertanya itu terbungkam karena mendengar umpatan yang tidak jelas tertuju pada siapa. Sang gadis bangkit berdiri dan menyapu bekas debu, tak peduli luka gores yang menghasilkan darah. Dengan kesal, [Name] menoleh ke arah manusia yang berada di dekatnya itu.

Lelaki dengan paras tampan, tinggi pula. Rambut kayak pantat ayam Saske, membuat [Name] ingin tertawa, untung bisa dia tahan. Sang gadis yakin, lelaki ini adalah salah satu mahasiswa perguruan tinggi swasta ini. Dilihat dari pakaian, lelaki ini seperti pekerja dari salah satu perusahaan di kota ini. Lama memandang, sang gadis tersadar dan membungkuk sejenak sebelum beranjak pergi.

"Hei! Tidak apa-apa, nih?" tanya ulang oleh sang lelaki. Lelaki itu tampak tidak menyusul, membuat [Name] mengambil kesempatan mempercepat langkah.

Sakitnya sih, nggak seberapa, malunya itu.

"Jangan lupa diobati lukanya, ya!"

Seruan sederhana bersifat formalitas, murni dari kebaikan orang asing, menjadi awal pertemuan menjalin hubungan tak terduga.

---

Batam, 18 Januari 2021,

@Swanrovstte_11

---

NOTE:

1. Universitas Internasional Batam adalah salah satu universitas swasta di kota Batam, Kepulauan Riau.

2. Saat ini, Universitas Internasional Batam belum memiliki jurusan teknik pangan. Oleh karena itu, ini merupakan fiksi yang meminjam lokasi tempat sebagai pendukung plot.

3. Jurusan Teknik di Universitas Internasional Batam bershift pada malam hari.

4. Kuliah di Batam dengan mengambil waktu malam dapat sambil bekerja.

5. Saat ini, Universitas Internasional Batam memiliki tiga gedung, yakni: Gedung A, Gedung B, dan Sporthall (Gedung S).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top