Wave 〔Antisocial!Gumiya × Innocent!Reader〕

Vocaloid © YAMAHA
Story © Himenekochan
Req: fuse-midori
Ket: kasar, Antisocial Gumiya, typo, dll. ll.

.

.

.

.

.

Desiran ombak bernyanyi. Baginya itu nyanyian lullaby. "Gumiya... sedang apa kau disini?" Sepasang mata emerald sedang menatap gadis itu. "Untuk apa kau kemari? Aku akan tidur disini. Jadi pergilah."

"Gumiya, kedua orang tuamu mencarimu."

"Jangan bersikap seolah kau peduli padaku!"

"Gumiya!"

Kau hanya bisa melihatnya berlari menjauhimu. Di pinggir pantai, merupakan tempat yang damai bukan? Dia berlari seolah dunia tak ada akhirnya. "Kapan kau akan mendengarkanku?" Gumammu.

Gumiya berhenti di ujung pinggir pantai yang tak bisa dilihat oleh matamu. Tangisan lelaki itu tak terkontrol. Sama sekali tidak terkontrol hingga ia terjatuh ke tumpukan pasir basah yang terkena ombak. "Aku... tak ingin... hal ini."

×0×0×

"(Y/N), apakah kau tau Yuzuki kemana?" Tanya murid di kelasmu. "Un... enggak." "Kalau begitu--"

Brak

Pintu kelasmu sedikit dibanting. "G-gumiya?" Satu kelas terkejut. Ia bukan anak yang mudah bergaul, senang melihat penindasan, dan terkadang tidak, hidupnya sangat tak jelas. Ia berjalan melangkah ke bangku kosong di sampingmu. Lalu, mengambil tempat duduk. "Gumiya?" Sapamu. Dia tak membalasmu. Hanya tertunduk lalu memasang earphonenya.

'Kurasa dia masih terbebani tentang kemarin... tapi kenapa dia kabur?' batinmu menyerang pikiranmu. Bel berbunyi, semua siswa di kelas ini masih bingung atas kehadiran Gumiya yang menggantikan Yuzuki. Bu Niki masuk ke dalam kelas. "Perhatian semua! Mulai hari ini Yuzuki dipindahkan ke kelas 12 - 4. Gumiya sekarang akan menetap di kelas ini."

"TAPI BAGAIMANA BISA BU?" Bantah Rinto. "Itu urusan para guru dan sekolah. Bukan urusanmu, jadi jangan membantah."

×0×0×

"(Y/N), tolong kumpulin buku kami ya." Kau sebenarnya malas tetapi kau tak bisa juga malas. "A-ah, baik!" Kau mengumpulkan buku tugas mereka semua lalu meletaknya di meja guru. Gumiya menyampirimu yang sedang berada di depan meja guru. "Ini semua kerjaan Lenka, kan?" "Ha?" Kau berkedip kedip bingung. "Bukannya Lenka yanf disuruh ngumpulin buku buku ini?" "Ya, tapi--"

Tangannya melayang menyerakkan buku - buku tadi. Satu kelas kaget. "Apa yang kau lakukan, Gumiya?!" Ucap Lenka

"Kau pikir ini bukan kerjaanmu ya?" Pekik Gumiya menyeringai. "Hey, apa apaan kau menyuruh nyuruh pacarku!" Luki mendatangi Gumiya dan menarik kerahnya. "Ha...hahaha...haha..." Gumiya menyeringai. "Sudah... cukup!--" kau mencoba memberhentikan Luki. "Tch! Br*ngsek!!" Tangannya hampir saja melayang ke wajah Gumiya.

Bruk

"Tidak..." mata Gumiya terbelalak sedangkan Luki pucat pasi. Tangan Luki bukan melayang ke arah Gumiya melainkan Dirimu. Kau tak mau ada pembulian di kelas. Kau terbaring lemas tak sadarka diri dengan darah yang keluar dari hidung dan pipi memar bekas pukulan kasar.

"B-bukan... bukan aku yang salah!" Bantah Luki mundur perlahan. Aura Gumiya berubah menjadi gelap. Ia menangis dan hatinya bergelonjak.

"BERANINYA KAU MELUKAI (Y/N). AAAAARGH!" Ia teriak disertai tangisan. Instingnya memburu tajam Luki. Memberinya pukulan beberapa kali hingga Luki terjatuh tak sadarkan diri. "Aah! K-kau.... akan kulaporkan!"

"Tidak akan Lenka." Gumiya menarik rambut Lenka. Ia mengerang kesakitan. "Gumi...ya... ber...henti..." bisikmu pelan. "(Y/N)? (Y/N)!?" Ia membalikkan pandangannya. Lalu mengangkat dirimu dengan ala bridal style ke klinik sekolah.

×0×0×

"Dia tidak terluka parah, hanya memar dibagian pipi dan terkena di hidung sedikit jadi berdarah sedikit." Gumiya hanya terdiam melihatmu. "Kalau begitu aku keluar.''

Gumiya menggenggam tanganmu yang terbaring lemah. "(Y/N)... (Y/N)..." lelaki bersurai emerald itu terdiam. "Gumiya." Ia terkejut dan melihat dirimu yang terbangun. "Kenapa kau tak mau bersosialisasi?"

Kalimatmu membuatnya lebih terdiam lagi. "Itu... semenjak... aku kehilangan hewan peliharaanku." Gumamnya. Kau mengelus kepalanya. "Kucing yang... sering tidur di dekat pohon cemara selalu datang dan menyukaiku... ia sangat lucu. Tapi sayang..."

"Ada apa dengan kucingmu?" Ia mulai meneteskan air mata. "Ia dibunuh oleh manusia biadab. Ia ditindas... tangan tangan kotor mereka... mereka... sangat biadab.... bagaimana bisa aku bersosialisasi dengan manusia biadab?!" Ia menangis namun tetap bergelonjak. "Bagaimana denganku?" Sepasang matanya melihatmu dengan kosong. "Bukannya... aku juga seperti mereka?"

"Kau berbeda... kau... kaulah yang menghidupkan hariku! Jadikumohon..."

"Jangan pernah tinggalkan diriku!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top