Tomat 《Tsundere! Gumiya × Reader × Badboy! Lio》

Keterangan :

Cerita ini adalah Gumiya × Reader. Lilo hanya peran pembantu. Mohon maaf bila ada typo dan kesalah. Selamat membaca


Rokok, seragam tak terkancing,
ciuman di belakang sekolah.

Tiga hal yang sering siswa sekolah sepertimu lihat. Tipikal gangster sekolahan yang memiliki pacar banyak dengan ketuanya Lilo. Di SMA yang berkreaditasi A, tak ada yang tau rahasia itu kecuali orang dalam dan alumni.

Sekolah ini buruk.

"Yuzuki, wajahmu kenapa?"

Gadis berparas cantik itu menggeleng selagi kau bertanya pelan kepadanya.

"Biar kutebak- kau di tampar Kiyoteru?"

"Kau- haha... tau aja."

Yuzuki sudah sering diajak berkencan oleh Lilo dan anggota gengnya. Apalagi berhubungan badan. Tidak-Yuzuki masih perawan. Karena dia menolak, dia sering mendapat kekerasan fisik.

"Senpai seperti itu harus musnah. Yakan, Yuzuki-senpai?"

Yuzuki terbengong sebentar. Mukanya masam mendengar ucapanmu. Tak lama, tangan seseorang memegang bahumu dengan pelan.

"Kau itu baru aja masuk SMA ini. Lebih baik, kau diam seperti siswi lain," cowok itu, si hijau yang jarang orang tahu keberadaannya-Megpoid Gumiya.

"Bukannya menyatakan kebenaran lebih baik?!" bantahmu.

Gumiya dan Yuzuki menoleh ke kanan dan ke kiri. Seperti merasa takut seseorang mendengar hal ini.

"Kau... lebih baik kita bertiga berbicara tentang ini di kafe kucing akiba. Jarang ada anak sma ini kesana."

"Untuk apa?" tanyamu ragu.

"(Y/N)-chan, lebih baik... bila kau ingin mengerti masalahku. Gumiya tahu hal yang lebih baik untuk masa depanmu.. setidaknya jangan buat hal aneh sepertiku. Hahaha..."

Tawa Yuzuki seperti orang yang merasakan sakit di dalamnya. Kau hanya seseorang yang baru mengenal kenyataan pahit dan asam dari sekolah yang orang tuamu anggap bagus.

"Teh manis dingin satu."

"Baiklah, pesanannya akan kami antar sebentar lagi. Ini kucing yang anda pesan."

"Terima kasih."

'Kafe kucing, huh? Kukira Gumiya punya selera emo. Kalau dilihat dari dirinya, yang lebih enjoy memeluk kucing itu Gumiya bukan Yuzuki!' batinmu. Bagaimana tidak, sedari tadi Gumiya hanya sibuk menekan tapak kucing yang lembut itu.

(NO JOKE, TAPAK KUCING ITU PENGHILANG STRES TAU GAK? AUTHOR DUA HARIAN DI RUMAH SAUDARA CUMA MAIN SAMA KUCING)

"Jadi, soal sekolah. Kau mau taukan?"

Kau mengangguk semangat mendengar pertanyaan Gumiya.

"Aku apa kamu?" tanya Gumiya kepada Yuzuki. Yuzuki hanya menunjuk Gumiya-meminta lelaki itu yang menjelaskannya.

"Yuzuki, aku, Lilo, teman semenjak SD. Akrab iya, dia dulunya anak baik. Hingga SMA, dia mulai masuk ke hal porno dan kasar. Dating, rokok, hingga ia menggantikan ketua geng yang baru aja dikeluarkan tahun ini. Disaat kau masuk di upacara pembukaan," ucap Gumiya sambil menunjuk dirimu.

"Apa guru tahu? Kenapa guru cuma bungkam?"

"Kau lupa ini sekolah negri? Setiap perangkat sekolah bekerja sesuai tugasnya dan mendapat uang. Hal seperti itu takkan diurus."

"Ahh..."

"Lilo-pria itu menembak Yuzuki saat kelas satu. Saat dimana perilakunya sudah berubah-"

"Dia bukan anak manis yang kami kenal seperti dulu.." ucap Yuzuki.

"Ya gimana ya. Yuzuki spontan nolak lah, lagian kalo Yuzu bilang sih, cewek mana mau sama badboy kayak gitu. Aku cowok mah gak berapa ngerti."

Kau fokus mendengarkan Gumiya. Sangat Fokus.

"Yuzuki sering di bully semenjak itu dan mengalami kekerasan fisik."

"Kenapa dia gitu? Bukannya kalian itu teman baiknya?" tanyamu.

"Dunia ini bukan seperti cerita novel yang sering kau baca, semua tak akan berjalan dengan mulus." jawab Gumiya.

Terjadi sedikit keheningan diantara kalian bertiga.

"Untuk hal itu.. jangan pernah buat Lilo notice kamu. Karena kamu pernah menarik perhatiannya," ucap Yuzuki.

"Kapan?"

"Upacara masuk. Karena aku ada di belakang Lilo saat itu," lanjut Yuzuki.

Adrenalinmu naik dan merasa gemetar. Kau hanya ingin bilang don't notice me, senpai.

Yuzuki bangkit seraya berkata, "aku akan pulang. Aku bakal nemenin ibuku pergi ke rumah saudara."

"Hati - hati, senpai."

"Hati - hati di jalan, yuz."

"Iya lho, Dah~" Yuzuki meninggalkan cafe itu setelah memberikan uangnya. Hanya kau dan Gumiya disitu. Berdua hanya diam. Semua itu akibat kau canggung hanya berduaan dengan seorang kakak kelas yang tak begitu kau kenal.

"Kau mau pulang juga?"

"Eh?"

"Masalah tadi udah ngerti, kan? Balik yok. Bosen aku disini."

"Kau mau ku antar pulang?"

"Ha?" Kau kaget mendengar perkataan Gumiya yang kali ini. Pasalnya, dia dikenal sedikit garang dan sensitif.

"Lagian ini udah hampir malam, lho. Kau mau ntar di gangguin om om?"

Hatimu luluh sesaat. Entah mengapa Seniormu itu lebih kelihatan ganteng dari biasanya. Mungkin karena terkena cahaya matahari yang sudah berwarna oranye.

"Mau gak?"

Kau hanya mengangguk pelan dan berjalan ke samping Gumiya. Perasaan apa? Entahlah. Mungkin kau terlalu banyak baca novel remaja.

Di kereta- di atas rail yang akan dilaju, Kau tidur di sebelah Gumiya. Bersyukurlah, kesempatan untuk tidur di samping cowok ganteng gak bakal datang dua kali kan? Kecuali, itu memang takdir.

"Hey, (Y/N). Cukup Yuzuki aja. Kau jangan disakiti oleh berandalan itu."

Ucapan Gumiya takkan terdengar olehmu. Tidurmu terlalu lelap di bahu Gumiya. Laki - laki yang bisa dianggap remaja tahap atas mengucap kalimat ajaib yang tak pernah di dengar oleh orang lain.

"Bolehkan diriku menyukaimu, (Y/N)?"

Gumiya tertawa pelan. Suaranya takkan teraih dalam tidurmu. Bahkan bel berbunyi tak cukup untuk membangunkanmu.

Kereta api sampai di stasiun Kansai. Dirimu dibangunkan oleh Gumiya yang menepuk - nepuk tanganmu. Senja ini, membuatmu malu karena tertidur di perjalanan pulang.

"Maaf," ucapmu.

"Gak apa - apa. Lagian kamu capek kan?"

Gumiya mengantarkanmu pulang. Tepat di depan rumahmu. Maksudmu, kemana Gumiya yang bersifat kasar? Sedari tadi hanya sisi lembut Gumiya yang ditunjukkannya.

"Gumi-eh. Megpoid Senpai, kau tak apa?"

"Maksudmu?"

"Bukan, biasanya... Anu.. kau garang gitu..."

"Iyakah? Apa sifatku terlalu jahat?" Pertanyaan Gumiya semakin membingungkanmu.

"Udahlah bahas yang lain aja! Tch.. Btw... makasih... udah mau ngantarin pulang..."

Gumiya menggeleng pelan.

"Rumahku di sebelah gang ini, kalau mau apa - apa bilang aja ya."

"Ha? Jadi kamu itu-"

"Hai tetangga~" ucapnya dalam nada playful yang membuatmu sedikit ingin tertawa.

"Sudah sana. Udah malam nih, ntar-"

"Micchi?"

Seorang wanita dewasa dengan pakaian kasualnya ibu-ibu berpapasan dengan kalian berdua. Wanita itu terlihat mengenal Gumiya.

"Micchi?" gumammu.

"Aduhai~ ibu kirim pesan ke kamu gak dibaca ya?"

"Ibu! Bahas itu nanti aja-" celetuk Gumiya.

'Oh ternyata ibunya... kukira kekasih gelapnya,' batinmu.

"Oh, halo. Saya ibunya Gumiya. Kau pacarnya?"

"Apa-?" batuk Gumiya.

Mata Gumiya membesar, rasanya mau bicara aja susah. Telinganya yang berwarna pucat kini memerah semerah tomat. Ibunya tak segan untuk bertanya padamu.

"B-bukan-" belum sempat kau mengucapkan sesuatu, ucapanmu dipotong oleh Gumiya yang terlihat gugup tak kepalang.

"Nggak! M-mana mungkin kami pacaran! A-aku gak ada perasaan kok sama dia!" bantah Gumiya.

'Oh shied. Ku berbohong-' batin Gumiya.

'Eh... gak ada perasaan rupanya... hahaha...' batinmu juga.

'Ini anak bukannya ngaku aja. Tiap malam ngigo tentang cewek, elah," batin mamanya Gumiya karena wanita ini ingin membuat Gumiya lebih jujur dengan hatinya.

"Sayang sekali ya~ padahal menurut ibu, kau manis sekali," teased Ibunya Gumiya

"Ah.. namaku (Y/N), tante. Maaf tentang Gumiya-senpai..."

"Ooh~ tak apa. Biar Gumiya yang punya tanggung jawab. Ya kan, anakku tercinta?" ujarnya sembari menepuk pundak Gumiya. Entahlah, wajah lelaki itu semakin memerah.

"Anu, tante... Gumiya-senpai... aku harus masuk. Selamat malam!"

"Selamat malam, (Y/N)-chan," balas Ibunya Gumiya.

Kau masuk ke rumahmu secara cepat. Hatimu agak sakit mendengar ia tak punya perasaan apapun kepadamu.

"Hei.. itu junior yang selalu Micchi bicarakan ya? Manis juga," celetuk ibunya Gumiya.

"Ibu ini. Kenapa.. bikin malu aku..."

"Kalau kau memang punya perasaan... lebih baik kau langsung nyatakan daripada kau akan melihat dia bersama dengan cowok lain. Jujurlah, Ibu tau nak. Kau cinta sekali kan dengan dia?"

"Aku ini ibumu, nak. Ibu tau sifatmu."

Wajah Ibu Gumiya persis seperti bintang di angkasa. Cantik dan mempesona. Namun, kini wajahnya telah berubah menjadi lebih serius dari yang tadi. Topik itu membuat Gumiya hanya bisa terdiam.

Kepungan maut. Semua cowok itu mengepungmu di pohon di dekat lapangan kasti. Lilo-si pirang badass yang selalu memperhatikanmu belakangan ini. Bukankah itu menakutkan? Iya, kau gemetaran semenjak tadi.

"Ada apa?" ucapmu datar.

"Eh elu, kouhai kurang ajar ya."

"Apaan? Cepetan bilangnya."

Lilo jongkok di hadapanmu yang sedang duduk bersandar di pohon. Tangannya yang besar memegang wajah mulusmu.

"Kau, jadilah pacarku."

Tangan kecilmu itu menampar wajah Lilo. Merah.

"Hah? Sebelumnya, perhatikan dulu tingkah lakumu."

Lilo tak membalas, hanya saja wajahnya sedikit merona setelah kau tampar. Itu membuatmu jijik.

"Hoi, Lilo. Kau itu M* ya?" seru Kaito-salah satu anak buah Lilo.

"Shut up, bich!" teriak Lilo agak canggung.

"Maafkan aku, Lilo. Tapi... (Y/N) itu pacarku."

Sosok bersurai emerald itu muncul dari balik pohon. Lelaki itu tahu betul kau sedang dalam masalah.

"Gumi-?"

"Mau apa kau disini? Ini bukan urusanmu," ujar Lilo.

"Hahahaha! Benar! Aku pacarnya Gumiya." Kau berdiri perlahan menyelip kebelakang dan meraih tangan Gumiya.

"Ayo," abanya.

Pelarian terhadap badboy itu membuatmu sedikit malu dengan ucapan pacar. Maksudmu, mengapa sih Gumiya mau ngelakuin itu buatmu? Ruang club bahasa menjadi tempat pelarianmu dan Gumiya. Duduk bersampingan dengan napas yang belum teratur. Gumiya tertawa lepas disini.

"Kau tak apa - apa kan?" tanyanya. Kau hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Terima kasih, Gumiya-senpai. Itu.. ucapanmu pacar. Tak apa?"

Napas kalian sudah semakin teratur sehingga Gumiya bisa menjawab dengan jelas.

"Itu untuk menyelamatkanmu dari dia..."

Matamu bersinar melihat keringat Gumiya yang membasahi pelipisnya. Wah, dia sungguh idaman.

"Boleh pinjam bahu? Aku lelah."

"Iya... uhn. Boleh.."

Kepala Gumiya disandarkan ke bahumu. Ruangan ini kosong, tak ada orang di dalamnya selain Gumiya dan dirimu.

"Kau bilang begitu, bukan karena suka kepadaku kan?" tanyamu ragu.

"Aku suka kepadamu kok," ucap Gumiya tanpa berat.

"Eh- tapi sebagai adikkan?"

"Hei... kali ini aku jujur dan tak bercanda, aku memang suka kepadamu."

Ucapan Gumiya membuat air matamu mengalir perlahan. Lelaki itu tak pernah mengeluarkan kalimat terhangat selain itu.

"Aku- aku tak.. mengerti.."

Gumiya memegang tanganmu dan mengecup pipimu.

"Jadilah pacarku (Y/N)," ucap Gumiya yang membuat hatimu semakin berdebar.

"Itu bercandakan," balasmu sembari memalingkan wajah. "Gumiya takkan bilang hal seperti itu kepada cewek bodoh kayak aku."

"(Y/N), pandang aku," perintahnya.

"Tapi wajahmu terlalu dekat-"

"Bukannya wajah kita memang selalu berdekatan dari dulu?"

"Kaapaan!?"

"Di perpustakan, kau tertidur saat kau memintaku mencarikanku halaman yang tepat. Di ruang klinik, kau tertidur saat menjagaku. Di kereta api, kau juga tertidur saat di perjalanan pulang."

"Semuanya- aku tidur?..."

Gumiya berdehem dan bertanya sekali lagi, "aku mencintaimu, aku ingin kau menjadi kekasihku. Kau mau?"

"Iya.. mau," kau menangis bahagia namun juga tertawa pelan.

"Jangan nangis atau aku akan mengecupmu di bibir."

1659 kata

°• Tamat •°

A/n : hai ini aku, hime or kenken. Kali ini panjang banget ya? Oh ya. Ucapan kaito tadi mengenai 'kau ini M* ya?' M itu masochist dalam s&m play. Kalo belom tahu, lebih baik jangan dicari. Gak baik buat kesucian pikiranmu. Aku juga tahunya dari temen, welp. Maaf kalo cerita agak absurd gitu. Cya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top