Ruby ( Yandere! Possesive! Gakupo × Innocent! Reader )
Kejadian mencekam itu bukanlah kemauanmu. Semua ini berawal dari pagi yang tak menguntungkan bagimu dan Kaito, sahabatmu.
Tidak, diam - diam kau menaruh perhatian lebih ke Kaito. Kau tahu alasannya.
Sudah seminggu ini kau harus berakhir bersama berdua dengan teman sekelasmu yang dikenal manly dan gentle ke perempuan. Namanya Kamui Gakupo. Lelaki itu berambut ungu layaknya kain sutra dengan matanya yang dingin.
Hal yang membuatmu sedikit kesal, kau tak pernah bisa pulang dengan Kaito lagi. Gakupo hanya partnermu dalam tugas kerajinan tangan, tidak lebih.
"(Y/N), kau mau rasa apa?"
Kau sama sekali tak menjawab, hanya melamun menatap ke arah ponselmu. Suara Gakupo sedikit tinggi dan kasar.
"(Y/N), kau mau rasa apa?"
"Uh?" Wajahmu bingung dan sadar dimana kau berada sekarang. Sungguh, kau membungkuk beberapa kali ke Gakupo untuk meminta maaf.
"M-maaf, aku melamun tadi. Maafkan aku, Kamui-san."
Gakupo risih dengan panggilan yang kau berikan padanya. Sungguh, itu terlalu formal baginya.
Seharian ini, kau pergi dengan Gakupo. Hanya untuk membeli bahan yang kekurangan kemarin. Tapi, hari ini juga kau tak fokus. Kemarin Kaito sakit dan tak masuk sekolah. Pas ditanya ke walikelasnya, alasannya Kaito demam.
"Siapa?" suara dingin Gakupo mengagetkanmu saat kau menatapi akun Kaito. "Siapa apanya?"
"Itu akun yang kamu stalk."
"Oh ini, Kaito-kun."
Wajah Gakupo nampak tak senang. Ya, kau bahkan tak menyadari hal itu. Perilakumu menjadi kesalahan terbesar di kehidupanmu nantinya.
Keesokan harinya, Kaito masuk sekolah. Ia nampak masih sedikit lemas. Kau langsung melekat padanya di sekolah.
"Kau tak apa?" tanyamu dengan nada resah. Ia menurunkan tanganmu yang berada di dahinya. "Aku sudah baikan kok. Tenang aja kali."
Kaito menoleh ke belakang sedikit. Perasaannya tak enak. Ia benar - benar merasakan hawa tak enak dibelakangnya. "Kenapa?" Kau hanya bisa bertanya dengan nada yang pelan. "Perasaanku tak enak."
"Jangan balik ke belakang-" bisik Kaito kepadamu. Dia menggenggam tanganmu dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Sesuatu akan terjadi. Kaito tahu akan hal itu.
-
"Apapun yang terjadi, kau harus tetap tanggap. Pandanganmu jangan kosong, kalau terjadi sesuatu panggil polisi.."
Kaito seperti orang ketakutan. Wajahnya tegang tak terkata. Pucat. Hanya itu yang tergambar di wajahnya.
"Kau tak apa? Aku bisa membawamu kerumah sakit-"
"Jangan! Kau harus tetap disampingku." Kaito menggenggam erat tanganmu. Seolah - olah kehidupannya sangat pelik.
Sekarang, hanya terdengar suara dentuman jam dinding dan suara siswa - siswa bermain. Mereka berada di ruang musik, tepat di sebelah lapangan olahraga.
"Jangan sekalipun..."
Suara Kaito terdengar gagap dan tak teratur.
"Jangan sekalipun kau membiarkan... aku sendiri."
Suara ketukan pintu terlambung nyaring. Pintu itu terbuka. Oh, nampaknya Gakupo datang.
"(Y/N), kau di panggil amatsuki - sensei."
Kau mengangguk dan melepaskan tanganmu dari genggaman Kaito.
"Jangan..."
"Aku pergi dulu ya, Kaito-kun."
Harapan Kaito hilang di makan angin. Kau melangkah dengan santai meninggalkan Kaito dengan Gakupo. Fisik Kaito masih lemah. Dia belum sembuh total.
Kau melangkah cepat ke kantor guru dan menemui Amatsuki sensei. Pria itu sedang duduk dan mencatat sebuah file.
"Uhm, halo sensei."
Sensei membalikkan badannya untuk menghadap jelas ke arahmu. Dia sungguh tak punya ide kenapa kau berada di kantor guru.
"Ya ada apa?"
"Lho? Bukannya sensei yang manggil saya?"
Sensei menggeleng pelan.
"Emangnya siapa yang menyuruhmu untuk menemui sensei?"
Jantungmu berdegub kencang. Rasanya ada hal yang tak enak.
"Kamui... gakupo."
"Oh? Apa kau menemui Kamui? Kalo ada dia tolong bilang gunting punya sensei balikin ya."
"Gunting?"
"Iya."
"Buat apa...?"
"Sensei gak tau.."
Kau meremas tanganmu yang satu lagi. Itu khawatir.
"Sensei, tolong ikut saya."
"Keman-?"
"Buat ketemu Kamui.."
Langkah kalian sangat cepat. Untungnya Amatsuki sensei masih muda dan kuat. Lihatlah, ada ketua klub musik.
"Pintunya bisa dibuka?" tanyamu dengan nafas terengah engah. Luka hanya menggeleng.
"Sensei..Luka, kumohon ikut aku ke lapangan."
-
Jendela itu berlapis kaca. Sensei mengayunkan bat milik siswa. Entah apa yang ada dipikiranmu. Namun, kau tau apa yang kau lakukan.
Kaca itu pecah, tubuhmu muat masuk kedalam. Sungguh, kejadian itu mengerikan. Membuatmu teriak hampir kehabisan suara. Kau menarik semua gorden yang ada. Hingga semua siswa di lapangan dapat melihat yang terjadi.
Larutan merah. Bahkan Kaito hampir kehabisan napas.
"G-gakupo, kenapa?"
"Sangat disayangkan, (y/n). Aku hampir saja ingin menghabisi nyawa sahabatmu."
Kau ingin menangis sekuat mungkin. Gunting itu berwarna merah.
Sensei menahan kedua tangan Gakupo.
"Dia gila!" teriak para siswa.
"K-kaito..." kau bergumam di pojokan ruangan. Meremas rambutmu yang mulai berantakan.
"Ini akibat kau memalingkan pandanganmu!" Teriak Gakupo dengan senyumnya yang menyeramkan. Dia masih bisa berbicara walaupun Sensei sudah menahannya.
Kaki Kaito berdarah, begitu juga dengan tangannya.
"(Y/N)..."
"Kaito bertahanlah, sebentar lagi ambulan datang."
Itu kejadian tergila. Sangat gila di kehidupanmu. Bahkan bercak darah di gunting itu masih mengilap layaknya permata.
758 kata
The end
Note: saya mohon maaf. Ini singkat dan gaje. Saya gak tau gimana bikin endingnya. Maaf udah dari tahun lalu saya belom kerjain. Saya mohon maaf sebesar besarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top