KaFe 《Rinto × Innocent! Reader》

"Cewek brengsek! Lihat yang udah lu lakuin ke baju gua!"

Kafetaria, jam 2 siang. Kau benar - benar tak sengaja menumpahkan kopi ke baju pelanggan. Baju pria itu kotor dibuat oleh gadis yang bekerja sebagai pelayan di kafetaria di daerah kyoto.

"Wah wah, mari kita lihat. Pria tua sepertimu tak pantas memarahi perempuan."

Langkah kaki terus mendekat, wajahnya menertawakan Pria itu. Kesal? Aneh? Entahlah, tak ada yang tahu siapa pangeran kesiangan itu.

"Katakan, berapa banyak uang untuk mengganti kesalahnya?"

"Kau... bocah siala-"

"Bukankah kau malah terlihat bodoh, bila kau terus memakiku? Atau... mungkin kau mau kupanggilkan polisi atas perbuatanmu sebelumnya?"

"Sialan. Kafe ini sungguh jelek!"

Pria tadi langsung keluar membawa tasnya yang besar. Dirimu-seorang mahasiswa yang ceroboh melihat pangeran kesiangan itu.

"Terima kasih."

"Ah-anu.. bukan apa - apa. Kamu gapapa?"

Kau menggeleng pelan. Lelaki itu menghela napas lega dengan ucapan, "syukurlah."

"Berapa dia belanja tadi?"

"Totalnya ¥330."

Lelaki itu membayar kerugian yang dibuat pria antah berantah tadi.

"Tapikan?"

"Udah ambil aja, daripada kamu kena marah managermu."

"Makasih... anu, soal polisi... maksudmu apa?"

"Syukur deh kamu gak diapa apain... dia habis ngerampok rumah holkay di daerah osaka. Aku melihat itu, makanya aku bilang panggil polisi."

"Serem astaga... ah, maaf. Aku harus lanjut kerja. Silahkan menikmati pelayanan kami."

Kau membungkuk dan menjauh pergi, mengambil pesanan seperti biasa. Lelaki itu kembali duduk di tempatnya kembali dan meminum secangkir kopi latte yang disajikan untuknya yang ke tiga kalinya. Entah apa maksudnya, tapi pangeran kesiangan itu benar - benar menunggumu hingga sore datang menghampiri.

Kau sudah mengganti baju kerjamu. Hingga kau menemui lelaki tadi siang yang menolongmu menunggu di depan pintu masuk.

"Eh- Halo... masih mau mampir?'

Lelaki itu menggeleng.

"B-bukan - bukan."

"Jadi ada apa?"

"Kau mau kuantar pulang? Soalnya kalo kamu sendirian nanti-"

"Hmp, yakin? Soalnya aku harus ke TK dulu."

"Sugar!"

Seorang bocah kecil berumur 4 tahun keluar dari gedung taman kanak - kanak yang kecil itu seraya berkata sugar. Hanya mengandalkan dirinya, perempuan yang kutemani tersebut menerima pelukan dari anak itu.

'Jangan bilang itu anaknya?! Wah... acara pdkt-ku gagal kali ya?'

"Tadi, Akira menanam sama guru - guru! Ini hadiah~"

Anak laki - laki itu memberikan setangkai bunga daisy putih yang jarang terlihat di area sini.

"Waah~ cantiknya! Kita nanti bakal cerita yang banyaaak sekali di rumah, oke?"

"Oke! Eh.. tangan kakak kenapa?"

'Kakak? Gak salah denger?' batinku mendengar ucapan si bocah-Akira. Kalau dipikir mereka sama sekali enggak kelihatan bersaudara saat melihat jarak umur mereka yang terlalu jauh.

"Cuma terlalu sering megang gunting rumput kali ya."

Gadis itu tertawa dan membujuk bocah itu untuk pulang. Hingga akhirnya aku-Rinto, gadis itu, dan yang manggil dia kakak atau apalah... pulang ke rumah si cewe.

"Nee, Akira. Bilang apa sama kakak ini? Dia udah beliin kamu es krim lho."

"Makasiih~"

Akira langsung kabur masuk ke dalam rumah. Aku dan cewek yang sudah ku idamkan dari dulu itu berdiri diluar rumah, tertawa pelan.

"Silahkan masuk dulu. Biar kubuatin teh."

"Tak usah-"

"Gratis kok, gak bayar kaya yang di kafe."


"Jadi dimana... ayahnya?" celetuk Rinto. Kau tersedak pelan mendengar hal itu. Pertama pelan, lama -lama perutmu terasa geli. Raut wajah Rinto sangatlah lucu.

"Ayah Akira? Ayah dia.. ya ayahku juga." Wajahmu berseri dengan pipi merah jambu milikmu yang selalu muncul saat tertawa.

"Lho? Hah? Bukan?"

Rinto terdiam seribu bahasa. Dia hanya bisa diam. Kaget? Tentu saja. Panggilan Akira kepadamu tidak salah. Memang begitu adanya.

"Kau kira aku sudah menikah? Lucu banget~"

Kau melepaskan tawamu lalu melanjutkan ucapanmu, "Kau benar - benar termakan skandalku pas sma ya, Rinto-kun?"

"(Family/N)-senpai?! Kau kok tau?"

"Bagaimana aku bisa melupakan juniorku yang telah menolongku dari skandal itu."

Skandal mengenai kau adalah wanita jalang yang sering ke klub malam. Faktanya kau hanya pergi secepatnya pulang sekolah untuk menjemput adekmu dan pergi bekerja tengah hari.

"Senpai.. aku-"

"Sebelumnya, ayo lebih sering minum teh bersama."

▪ Tamat ye ▪

Sisanya kuserahkan ke imajinasi kalian

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top