[Gakupo × Tomboy! Crossdresser! Reader]
Story © Himenekochan
Vocaloid © YAMAHA
Req: Shinya_Ageha
Ket: gaje, absurd, Slight siblings! kagene Rei, Crossdresser!Reader, Child abuse, Typo, dan beberapa turunan lainnya.
.
.
.
.
.
.
Dunia hanya tempat dimana diriku tak bermakna
Aku sudah terbiasa dengan semua ini
Kata - kata itu terulang seperti radio rusak di pikirannya. Sweater putih dengan luar hitam, serta topi hitam. Tiada yang tahu bahwa gadis itu adalah seorang wanita. Rambutnya yang pendek seleher, terurai dengan bebasnya. Di tengah malam dimana orang - orang masih berlalu lalang dengan tujuan busuknya.
Ya, itu yang wanita itu pikirkan. Sama sekali tak berpikir bahwa dunia adalah lukisan indah penuh warna. Ia duduk di bangku taman meratapi dirinya sendiri, melihat air mancur; tepatnya air.
"Jangan menatap airnya terlalu lama atau kau akan di makan siluman air."
Suara asing baginya terdengar, wanita itu menoleh ke arah kiri; suara itu berasal. "Apa maumu?" Tanyanya kepada sang lelaki bersurai ungu itu. "Tidak... erm... Mana boleh anak kecil sepertimu jalan - jalan tengah malam begini." Lelaki itu beranggapan begitu karena sang wanita lebih pendek darinya.
Gadis itu membuat ekspresi wajah 'Apa - apaan maksudmu bodoh terong!' itu menghela napas lalu bertanya, "Tch, ini kehidupanku. Apa urusmu?"
"Kau tak punya tempat tinggal?"
Ia menggeleng pelan. "Kau boleh tinggal di rumahku kalau kau mau--" "Tidak." Kalimatnya langsung dipotong. Lelaki itu bingung di malam hari. Tak tahu mau di apakan anak laki - laki ini. "Hm... aku akan mentraktirmu. Aku tahu tempat bagus buat makan."
Mata sang crossdress langsung mengilap mendengar kata 'makan' dan 'traktir' yang berarti 'makan gratis'. "Baiklah aku terima tawaranmu."
•°•°•
"Ini tidak mungkin! Makanan ini terlalu enak!!" Matanya yang semula keras dan dingin, kini melumer menjadi hangat dan berkilap.
Sekejap, ia melupakan masalahnya. "Hm?" Mata sang lelaki terbuka aneh melihat sang insan di depannya. 'Untuk berapa alasan dia imut.' lalu ia tersadar. 'Tidak tidak... aku bukan homo.'
Wanita itu mengernyit heran, "Kau kenapa melihatku terus?" Tangannya mengibas lalu menggelengkan kepalanya. "B-bukan apa - apa."
.
.
.
.
.
Mereka berdua sampai di rumah sang lelaki. Saat, dia duduk di sofa milik pemilik rumah. Lelaki ; pemilik rumah itu bertanya, "Namamu siapa anak kecil? Berkeliling denganmu tapi aku bahkan tak tahu namamu."
Mendengar kata anak kecil, wanita itu mengernyit lalu membentuk kurva pada bibirnya yang mungil. "Tch, kau ini bodoh ya. Aku ini sudah dewasa!"
"Kalau gitu maaf, aku tak tahu. Aku Kamui Gakupo. Kau?"
"(Surname) (Name)." Singkat, kau tak ingin menyambut tangannya. "Baiklah, baiklah. Kau membawa tasmu terus dari tadi. Sini biar aku bawakan biarku tunjukan kamarmu."
"Gayamu berbicara seperti Om Om di tengah malam yang mesum dan mengincar korban." Bantah Wanita itu. "Ayolah, aku disini menolongmu." "Tunjukkan saja arahnya." Gakupo mengangguk pelan.
Mereka berjalan menaiki tangga, menuju kamar yang akan di tempati olehnya. Selama berjalan pelan, wanita itu memperhatikan rambut milik Gakupo yang diikat dan panjang itu. "Hey, terong." Gakupo tersentak mendengar kalimat (y/n),Lalu berbalik badan. "Ha? Terong?"
"Tidak bukan itu, warna rambutmu ungu jadi kupanggil terong."
Mendengar kalimatnya. Gakupo merasa risih dengan tingkahnya yang semena mena. Tetapi ia masih penasaran tentang orang yang berdiri di hadapannya. "Apa?"
"Rambutmu diikat seperti itu... kau kelihatan seperti Homo."
Petir menyambar lagi di diri Gakupo. Ia merasa tak tahan dengan tingkah orang yang berada di hadapannya. "Hmph... ini warisan keluarga. Jadi aku harus menjaga rambutku tetap sepanjang ini."
Tetapi, Ia hanya ber'oh'-ria di hadapannya. Gakupo melanjutkan langkahnya. "Disini kamarmu." Saat mereka sampai di depan kamar, Gakupo membuka pintu.
Tampaklah ruang tidur yang cukup luas dengan wallpaper berwarna (Warna pastel atau yang cute), warna favorit (name) dulu. Ada bantal sapi yang sangan lucu dan menggemaskan.
Bagaimanapun (Name) tetaplah wanita, seberapa pandai dia crossdress, ia tetap akan terpancing dengan hal yang feminim. "T-tidak... aku tak bisa melihat ini..."
"Maaf kamar ini dulu dipakai oleh adik perempuanku. Dia meninggalkan bantalnya disini."
"Un... sudahlah. Tak apa..."
~"~
Malam beralih Pagi, saat sarapan pagi ia dikejutkan oleh pertanyaan mendadak.
"Aku dan temanku mau pergi ke pemandian air panas umum, kau mau ikut?" Wanita itu tertunduk sambil memegang kedua tangannya. Menggigit bibir bawahnya. "Aku mau bilang sesuatu...."
"Ya?" Gakupo yang sedang meneguk kopinya, berhentu dan menatap sang insan yang tingginya tak seberapa itu. Wanita itu mengernyit lalu menunjuk dirinya sendiri yang sedang memakai piyama longgar.
Kau mengacak sedikit rambutmu yang pendek yang sudah tak memakai jel rambut.
(Kau memakai jel rambut untuk menata rambutmu yang seleher dan poninya, seperti model ikemen)
"Aaah, tak jadi. Aku ada keperluan." Sang lelaki bersurai terong ; rambutnya di ikat seperti cewe tersebut mengernyit. "Jadi kenapa kau tak mau ikut? Bukannya biasanya lelaki itu suka mandi bersama?"
(EAAA, DIAJAK MANDI. //AUTHOR DI GAMPAR)
"KAU SEPERTI OM OM MESUM DITENGAH MALAM MENCARI KORBAN." Teriakmu sambil menatapnya dingin. Membuatnya tidak enak bertanya padamu.
~"~
"Gakupo, kau yakin?"
"Aku seratus persen yakin." Ucap gakupo. "Ah, demi apa aku harus stalk orang bareng kamu?" Ucap Kagene Rei yang merasa kesal mengajaknya ke pemandian.
Sebelumnya setelah Gakupo pergi dari rumahnya, kau kira ia benar - benar pergi. Kau ada keperluan membeli pakaian dalam, karena kau tak mau ia tau kau seorang wanita. Saat kau pergi, Gakupo beserta partner stalkingnya itu bukannya ke pemandian, melainkan mengikutimu yang naik taksi sendirian.
(Dia pakai mobil)
"Woah, lihat. Setelah beli kopi, dia malah pergi... ke..." Rei berhenti berkata - kata seolah terkejut. "Kau bilang, (y/n) itu... cowok?" Gakupo mengangguk pelan. "Jadi kenapa dia pergi ke toko pakaian dalam wanita?" "HA?" "Ya, kenapa dia pergi kesana?"
"Dia wanita?!" Mata Gakupo terbelalak. "Akui saja, Kau sangat tertipu." Ucap Rei. Mereka yang sedang duduk di kafe berhenti mengawasimu melainkan berdebat panjang.
Sementara itu kau yang sudah keluar dari toko tadi, melirik ke arah Gakupo dan temannya. Kau kenal temannya, dia itu Kagene Rei; Sepupumu. "Kurasa dia takkan mengenalku." Gumammu pelan. (Karena mau memakai masker berwarna hitam).
Langkahmu kau teruskan mendekati mereka berdua yang sedang berdebat dan berdehem. "Ehem... kalian menguntitku ya?" Suaramu mengalihkan mereka berdua. "Eeh... (y/n)..."
"Oh! Kau (y/n), ya? Salam kenal Aku--"
"Kagene Rei, ya kan?" Ia terdiam mendengar kau mengetahui namanya. "Bagaimana kau tau?" Sembari menurunkan maskermu, "Yo, sepupuku. Kita bertemu lagi." Ucapmu membuat mereka berdua terbelalak. "T-tunggu... dia sepupumu?"
"Kau kemana saja!? Tante lelah mencarimu!" Kau menggigit bibir bawahmu kesal. "Kau kira ibuku sebaik itu?" Mendengar kau mulai marah, Gakupo mencoba menenangkan kalian berdua. "Bicaranya di rumahku saja jangan disini, gak enak ganggu orang."
~"~
"Jadi, kenapa kau tak mau pulang, melainkan pergi kemana kau bisa pergi?" Tanya Rei yang berhadapan di depanmu. "Ibuku tak sebaik yang kau kira, semenjak ayah meninggal. Dia sering menjadikanku pelampiasan, gak pulang ke rumah. Aku masih bisa tahan bila ia cuma menamparku."
"Dia menamparmu?" Kau mengangguk pelan lesu, menyandarkan dirimu di sofa yang kau duduki, Serta kepalamu yang kau sandarkan. "Bukan cuma tamparan, ia sempat membuat hidungku berdarah, aku membuat kesalahan sedikit dihukum. Dia pulang dengan pacarnya. Aku benci semua itu, semua kata yang terlontar darinya membuat prinsipku semakin kuat untuk pergi dari rumah. Jadi jangan salahkan aku mengapa aku pergi dari rumah."
"Masa sih... begitu?" Benar benar sang lelaki bersurai hitam tak percaya, disertai Gakupo yang duduk disampingnya yang meneguk ludahnya. Suasana terasa suram, semua tekanan yang kau ceritakan seperti radio rusak di kepalamu.
"Ibu menyatakan aku tak ada makna. Aku sudah dewasa, tentu saja aku tak tahan... siapa yang tak tahan begitu? Ia bilang... ketika ia mengandungku sebenarnya ia benci itu, cita - citanya menjadi pramugari di pesawat mahal direbut kelahiranku.... apa itu yang dulu kau bilang ibuku sangat baik?!" Kau terisak. Sebagai wanita, kau juga memiliki hati yang lemah, walaupun kau memiliki fisik yang kuat akibat sering di hukum ibumu.
"Kalau begitu, biarkan dia tinggal di rumahku."
1218 word(s)
The end
Ini part paling gaje kayaknya, maaf kalo ga sesuai sama yang diminta. Karena, sebelumnya aku jarang bisa mengerti karakter gakupo.
Dan juga, terima kasih banyak sudah merequest. Maaf bila tak sesuai dengan yang diminta. :""
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top