19. Kak Aldi

Siapa sangka, sosok murid yang aneh dan pecicilan kini telah bertransformasi menjadi pria hangat dan pengertian. Bu Syahrini yang tengah berceloteh di tengah ruangan pun hanya Niken anggap seperti angin lewat. Sama sekali tidak ia perhatikan. Perlakuan Melvin padanya hari ini jauh lebih baik untuk dipikirkan.

Kok dia bisa sih, bersikap manis kek gitu? Niken membatin.

Setelah sukses membuat Niken cenat-cenut ulala yeye di taman belakang, Melvin mengajak Niken pergi ke kantin, menghabiskan waktu istirahat dengan makan bersama. Awalnya Niken menolak, tidak sanggup jika terus-terusan mendapat perlakuan so sweet seperti sebelumnya. Bisa-bisa dia terbang ke pucuk Monas.

"Ayo, Ken, lo nggak boleh telat makan. Ntar maag lo kumat, gimana?" Melvin mencoba memaksa Niken saat itu, tentu dia tidak mau Niken lupa makan hanya karena belajar bermain gitar.

"Kok lo tahu, gue nggak boleh telat makan?"

Melvin tertawa pelan. "Lo kan pernah pingsan karena nggak sarapan."

Niken bungkam, wajahnya memerah tanpa sebab. Ingatannya terputar kembali menuju hari itu. Hari di mana dirinya telat pergi ke sekolah, bertemu dengan murid baru di depan gerbang tertutup, dan dihukum bersama di bawah tiang bendera. Niken tidak menyangka jika Melvin memperhatikannya sedetail itu.

Di kantin pun sama. Dengan inisiatif Melvin memesan dua piring nasi goreng original. Dia tahu makanan apa yang sering Niken beli, bahkan dia sudah tidak lupa untuk memesan dua gelas minuman. Bagaimana bisa Niken tidak menyadari, jika cowok imut yang selama ini berada di sisinya itu sangat peduli padanya.

"Ekhem!" Dehaman keras seseorang menendang Niken dari lamunan. Bu Syahrini, berdiri di sisi kanan meja Niken dengan ekspresi tak sedap. Bibirnya yang tak kasat mata begitu menakutkan, bergentayangan menyusuri setiap penjuru ruangan.

"Jangan suka melamun, tidak baik! Cepat salin semua itu atau saya akan mengirim kamu ke Samudera Patah Hati!" sergah guru matematika itu.

Niken menoleh, di depan sana, papan tulis sudah dipenuhi oleh rumus-rumus deret geometri. Satu-dua murid lainnya tertawa ketika mendengar ultimatum Bu Syahrini. Ada-ada saja istilah yang beliau gunakan. Usir manja, rumus katulistiwa, dan yang terbaru; samudera patah hati.


***

Entah apa yang Niken rasakan. Hari ini hidupnya tidak terlepas dari sosok Melvin. Setelah berduaan di taman, makan bersama di kantin, dan kini mereka harus mengadakan konser dadakan. Di tengah lapangan, di antara belasan anggota Paskibra, mereka diperintahkan untuk menyumbangkan sebuah lagu.

Beberapa menit sebelumnya, di sela-sela waktu istirahat latihan, kak Aldi berseru, "Melvin ... kamu bawa gitar?"

Melvin mengangguk takzim, tak mengerti kenapa tiba-tiba kak Aldi bertanya seperti itu. Kak Aldi kembali bertanya mengenai tujuan Melvin membawa benda tersebut. Tanpa merasa bersalah, Melvin mengatakan yang sebenarnya.

"Woah ... kalo gitu kalian bisa kan, menampilkan sedikit hasil latihannya?" Sontak saja ucapan beliau mendapatkan sorakan setuju, semua orang bertepuk tangan dengan penuh antusias.

"Eh, nggak bisa!" sergah Niken cepat, melotot ke arah Melvin. Kak Aldi tidak mengerti maksud perkataan itu, lantas Niken menjelaskan, "Aku belum hafal kuncinya, Kak. Belum ada hasil dari latihan kami."

"Kakak nggak nyuruh kamu main gitar, Ken. Kamu bagian nyanyi aja, yang main gitarnya si Melvin."

Niken tergeming, peka dengan maksud seniornya itu. Beliau seolah mengetahui jika Niken tidak dapat memetik senar, oleh karena itu Niken diperintahkan untuk bernyanyi. Lupakan usaha untuk menolak, karena semua teman berseru menyetujui. Masih dengan rasa keterkejutan, Niken melangkah mengahampiri Melvin.

"Bisa kan, Ken?" bisik Melvin. Raut wajahnya tidak menampilkan kecemasan sama sekali, malah terlihat senang begitu. Sialan!

"Nyanyi apaan? Masa iya lagu anak-anak lagi?"

Di depan sana, teman-teman sudah terduduk rapi. Seolah tengah menunggu artis idola mereka tampil. Semilir angin petang menyapa kulit, membuat Niken semakin gugup dan tidak percaya diri.

Satu hal yang tidak Niken sukai; menjadi pusat perhatian. Entah karena dirinya terlihat mengagumkan ataupun sebaliknya. Ketika semua pandangan terpusat ke arahnya, Niken merasa seperti ditelanjangi, ditelisik, dan juga dihakimi. Apa pun alasannya, Niken tidak suka!

Lima menit kemudian. Melvin tersenyum, lantas menghela napas panjang. Tangannya mulai menari-nari di atas senar gitar. Intro lagu yang sudah sangat akrab di telinga memanjakan setiap insan yang mendengarnya. Setelah melakukan diskusi kecil-kecilan, mereka sepakat untuk membawakan lagu dari Christina Perri yang berjudul A Thousand Years.

"Heart beast fast,
Colors and promisses,
How to be brave,
How can I love when I'm afraid to fall?"

Duet mereka terdengar apik. Intonasi Niken dalam bernyanyi begitu mantap, ditambah dengan melodi yang Melvin ciptakan dengan gitarnya. Sempurna. Sesekali mereka bertukar pandang, menyematkan senyum puas di bibir masing-masing. Niken yang semula merasa jengkel kini dapat menikmati lagu yang ia bawakan.

"I have died every day waiting for you,
Darling don't be afraid,
I have loved you for a thousand years,
I'll love you for a thousand more."

Dengan begitu syahdu, semua teman yang menonton turut bersenandung. Satu-dua di antara mereka mulai membuka aplikasi instagram, momen seperti ini sangat sayang untuk dilewatkan. Instastory adalah pilihan yang tepat untuk mengabadikannya.

Dari jarak sepuluh meter, Tasya duduk tanpa berkomentar apa-apa. Entahlah, akhir-akhir ini dia mendadak berubah. Tidak banyak bicara, tidak suka keluyuran, dan tidak pernah mancari masalah lagi. Padahal kemarin-kemarin dia sangat menggilai Melvin, lantas kenapa dia bergeming saat ini? Mungkin Tasya sudah hijrah, tanpa hijab tentunya.

Tepat setelah Niken menyelesaikan bagian koda, tepukan gemuruh menggelegar seantero lapangan. Melebihi kaum hawa, yang paling heboh di sana justru para cowok. Tidak ada yang menyangka bahwa teman baru mereka, Melvin, dapat menampilkan permainan musik sekeren itu.

Alih-alih merasa kesal karena tidak mendapatkan pujian seheboh Melvin, Niken malah senang, bersyukur karena dapat menyelesaikan lagu dengan baik. Namun, jika ditanya siapa yang paling bergembira saat ini, bukan Niken jawabannya. Bukan juga Melvin, apalagi Tasya. Satu nama yang memiliki tingkat kebahagiaan tertinggi saat ini, seseorang yang baru saja berhasil menyelesaikan tugasnya. Kak Aldi.

-TBC-

Ah ... aku suka banget sama lagu itu. Apalagi yang nyanyi, beuh! 😍
Oke, karena nggak ada yang nanya, aku cuma mau ngucapin makasih buat yang udah baca sampe sini. Sekarang lagi berjuang ngerancang ending-nya. Semoga kalian masih mau nunggu sampai ke bagian itu 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top