17. Aliya Sangat Gembira
Niken memandangi punggung sahabatnya yang kian menjauh, lantas menghilang di balik pintu. Niken marasa sedikit aneh, bel istirahat baru saja berdering dan Aliya langsung melenggang pergi begitu saja. Padahal kemarin-kemarin dia selalu mencoba membujuk Niken untuk bersama-sama pergi ke kantin.
"Ken," panggil Melvin, "enggak ke kantin?"
Tanpa mengalihkan pandangannya dari arah pintu, Niken menjawab, "Enggak ada temen."
"Mau bareng gue?"
"Hah?" Telinga Niken langsung berfungsi dengan sangat baik ketika mendengar perkataan itu. Pandangannya pun sudah beralih ke arah cowok imut yang berdiri di sisi kanan mejanya.
"Ya udah, ayo!"--Melvin menarik pergelangan tangan Niken--"Gue emang peka kok, orangnya."
"Dih, apaan sih?" Niken mencoba melepaskan genggaman Melvin dari tangannya. Namun apalah daya, kekuatannya tak sebanding dengan tenaga Melvin. Hingga tiba di kantin, barulah Melvin melepaskan genggamannya. Oh, jangan tanya bagaimana keadaan Niken saat ini! Karena di sepanjang perjalanan menuju kantin, Niken mati-matian menahan malu.
"Mau makan apa? Biar gue aja yang beliin."
Niken menautkan alisnya, gemas setengah mati dengan perlakuan cowok sinting itu. Tapi udah sampai sini, males banget nyari kantin yang lain, pikir Niken. Sedetik kemudian, barulah diedarkan pandangannya, menimang-nimang stan mana yang akan ia kunjungi.
"Nasi goreng aja deh. Udah lama enggak beli itu."
Melvin mengangguk tanda setuju, Niken hanya mengiringi langkahnya menuju stan penjual nasi goreng. Sementara Melvin mengantre di sana, Niken lebih tertarik untuk memilih bangku yang akan diduduki. Ya ... namanya juga cewek, ribet.
Mending di pojokan aja deh. Nanti gue dikira ada apa-apa sama tuh Biji Duren.
Tepat setelah menghenyakkan diri di bangku pilihannya, mata Niken menangkap siluet dua manusia yang sangat akrab di matanya. Seorang gadis berkulit putih, berambut pirang, dan berukuran mini; Aliya. Di hadapannya terdapat seorang cowok tinggi yang setiap Senin dia temui. Siapa lagi kalau bukan kak Aldi? Bangku mereka terletak tidak jauh dari tempat Niken duduk saat ini.
Jadi, dia ke kantin buat nemuin Kak Aldi? pikir Niken.
"Wei! Kenapa bengong?" Melvin duduk di depan Niken, lengkap dengan dua piring nasi goreng di tangannya.
"Nasi aja?" Fokus Niken langsung beralih. "Minumnya mana?"
Melvin menepuk jidat. "Lupa, lagian lo nggak ngingetin gue."
"Masa gitu aja mau diingetin. Ya udahlah, belakangan aja minumnya."
Memakan nasi goreng, membuat pikiran Niken kembali dipenuhi oleh sahabatnya. Niken melirik ke arah bangku Aliya. Ia bersyukur sudah memilih tempat ini, karena dapat memperhatikan Aliya tanpa takut terciduk.
"Kata Aliya, lo nggak suka pedas. Jadi, gue beliin lo yang original," ujar Melvin sehabis menelan makanannya. "Enggak apa-apa, kan?"
Aliya lagi, Aliya lagi. Tidak mau ambil pusing, Niken hanya bergumam tanda tak masalah. Niken tak dapat melihat ekspresi Aliya, karena gadis itu memunggunginya. Lewat air muka kak Aldi, Niken dapat melihat raut keseriusan. Entah kerena sedang membicarakan hal penting, atau disebabkan oleh faktor yang lain.
"Ken, jangan males buka Youtube. Lihat tutorial belajar gitar." Melvin memandangi Niken. Kemudian mengibaskan tangannya di udara. "Wei, Niken! Lihat apaan, sih?"
"Eh, iya? Lo ngomong apa tadi?" tanya Niken gelagapan. Niken menggigit bibir bawahnya ketika Melvin menoleh ke belakang. Setelahnya ia bernapas lega, karena Melvin tak menyadari keberadaan mereka--kak Aldi dan Aliya.
"Cuma ngingetin. Jangan males buka Youtube, lo masih belum hafal kunci-kunci gitar sepenuhnya, kan?"
Niken menggeleng pelan sembari menelan nasi di kerongkongannya. "Udah hafal kok, kunci-kuncinya. Tinggal latihan bawain lagunya aja."
"Wih ... bagus deh kalo gitu. Hari ini kita tinggal belajar menyesuaikan suara gitar dan vokal aja." Melvin menyematkan senyuman bangga di bibirnya.
"Em ... kalo lusa aja gimana? Hari ini kayaknya lagi nggak mood."
Melvin mengembuskan napas ringan. "Ya udah, enggak apa-apa lusa. Lo juga pasti bosen kan, setiap hari metik senar mulu?"
Niken mengangguk menyetujui. Melvin pengertian juga ternyata.
***
"Makasih banyak ya, Kak. Aku nggak nyangka kalo Kak Aldi mau bantuin aku," ucap Aliya tulus.
Kak Aldi tersenyum, tampak begitu bahagia. "Iya, sama-sama. Kakak juga seneng bisa bantuin kamu."
"Ya udah, aku balik ke kelas dulu ya, Kak?" Aliya berpamitan. "Makasih juga traktirannya."
Setelah itu, mereka berpisah di persimpangan. Aliya belok kiri menuju kelas sebelas, sedangkan kak Aldi berjalan lurus untuk mencapai deretan kelas dua belas. Aliya benar-benar bahagia saat ini, tidak menyangka akan mendapat respons yang baik dari Ketum Paskibra itu.
"Aliya? Ada apa?" Itu kata pertama yang kak Aldi ucapkan ketika Aliya menyapanya.
"Ka-Kakak tahu namaku?" Aliya melongo, tak percaya.
Kak Aldi tampak gelagapan, namun dengan cerdas ia tutupi dengan alasan yang logis. "Iya, kamu temennya Niken, kan? Dia sering cerita soal kamu."
Kehangatan seketika menyelinap menyentuh hati Aliya. Ternyata sahabatnya itu sering membicarakan tentang dirinya kepada orang lain. Entah apa yang Niken bicarakan, itu tidak penting.
"Niken-nya mana? Kok kamu sendirian?"
"Em ... itu dia. Aku mau minta tolong sama Kak Aldi."
Cowok manis itu mengangkat alisnya. "Minta tolong? Soal apa?"
Aliya tidak langsung menjawab, mereka memutuskan untuk berbicara di kantin saja. Tak lupa mereka pun memesan makanan, karena memang sudah jam istirahat.
"Jadi gini, Kak. Aku lagi ada masalah sama Niken."
"Masalah apa?"
Aliya menyisikan rambut pirangnya ke sela-sela telinga. Lantas menjelaskan tentang permasalahannya. Mulai dari pemilihan perwakilan kelas, Niken yang marah padanya, hingga rencana yang telah ia buat.
"Kamu kok baik banget, Al? Sampe segitunya mikirin Niken." Tersirat perasaan kagum yang terukir di bibir kak Aldi.
Aliya mengehela napas pelan. "Kami udah lama sahabatan, dan aku enggak mau Niken terus-terusan sedih karena mikirin Kanza."
"Jadi, kamu mau deketin Niken sama Melvin?"
Aliya mengangguk mantap. "Niken pernah cerita, kalo anak-anak Paskib itu menjunjung tinggi kekeluargaan. Banyak aktivitas yang dapat membuat mereka semakin dekat. Nah, aku berharap Niken dan Melvin bisa mendekatkan diri melalui kegiatan Paskibra."
Seperti itulah rencana yang sudah Aliya susun. Jika Niken dan dirinya tidak pernah bertegur sapa, tidak pernah pulang bareng lagi, maka hanya Melvin satu-satunya orang yang akan dekat dengan Niken. Melvin akan selalu berotasi dalam keseharian Niken, lantas mereka akan semakin dekat.
"Oke, kamu enggak usah khawatir. Kakak akan bantuin kamu buat dekatin mereka." Kak Aldi memutuskan. Selain cantik, Aliya juga memiliki pemikiran yang luas ternyata.
Setibanya di kelas, Aliya tidak mendapati sosok Niken. Mungkin dia sedang ke Perpus, atau bisa juga ke kantin bersama teman-teman lainnya. Entahlah, tidak penting memikirkan hal itu untuk saat ini. Karena Aliya Sangat Gembira.
-TBC-
Happy weekend, gaes!
Hari ini aku habiskan buat mikirin plot twist 😷
Makasih ya, buat yang setia baca Vitamin C dari prolog sampai sekarang. Sangkin sayangnya sama kalian, aku sampai takut kalo klimaks-nya mengecewakan 😂
❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top