Part. 6

Putri dibawa Haerul ke klinik kampus, wajah Putri pucat bagai kapas, Haerul sampai panik, dengan berlari membawa tubuh Putri dalam gendongannya menuju klinik kampus yang letaknya cukup jauh dari ruang senat.

" Kamu sudah sadar Put?" ucap Haerul yang terlihat lega.

" Bapak, ini bapakkan?"Putri memastikan lagi. Haerul tersenyum lalu mengangguk.

" Alhamdulillah." ucap Putri sambil menatap wajah lelaki dewasa yang hampir sepuluh hari tak ia temui.

" Kamu belum sarapan ya?" tanya Haerul pada Putri yang masih asik memandang wajah Haerul, Haerul menjadi canggung.

" Jangan begitu menatapnya!" Haerul menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Kamu pingsan karena belum makan, dan habis berlari, apa yang kamu kejar?"

" Ngejar bapak." ucap Putri jujur.
Ada apa dengan gadis ini, belum lama dia sangat enggan melihatku, sekarang malah dia mengejar-ngejarku. Haerul bermonolog dengan dirinya.

" Ini bubur ayam, kamu makan ya. Maaf saya harus balik ke Bandung." ucap Haerul bersiap-siap berdiri.

" Bapak emang sekarang tinggal di Bandung?"

" Iya."

" Kok gitu?"

" Habisnya saya ditolak, kemudian dapat tawaran juga ngajar di UNPAD jadi, ya ga papalah sekalian melupakan penolakan." ucap Haerul datar tanpa ekspresi. Putri malah sesegukan. Haerul menatap khawatir.

" Kenapa Put?ada yang sakit?"

Putri bukannya tenang, malah semakin histeris menangis.

" Eeh..kok malah tambah kenceng." Haerul panik, melihat keluar ruangan, takut ada yang mendengar suara tangisan Putri.

" Bapak jahat!" teriak Putri.

" Lha, kok saya!"

" Iya bapak jahat, pokoknya jahat." Putri menangis sesegukan.

"Ya udah saya minta maaf kalau begitu, saya memang jahat." Haerul mengalah dari pada tangisan Putri semakin kencang.

" Trus kamu maunya gimana?"tanya Haerul, kini duduk di samping Putri, ah, Putri sangat menyukai harum ini, antara harum parfum lelaki dan minyak kemiri.

" Mmm...saya mau ikut ke Bandung!" Haerul terbelalak mendengar ucapan Putri.

" Maksudnya?"

" Saya mau ikut bapak ke Bandung, mmm..jadi istri bapak." Putri menunduk malu.

Buugh.. Bantal kecil yang terletak di samping Haerul, melayang ke kepala Putri.

" Ga boleh becanda sama orangtua!" tampak raut kesal Haerul.

" Aauu.." Putri meringis, mengusap kepalanya yang tertutup hijab.

" ish, belum jadi suami udah KDRT." ucap Putri ketus.

" Lagian siapa yang bercanda, ga percaya ya udah, pokoknya saya mau ikut ke Bandung. " Putri turun dari ranjang, lalu mengambil bungkusan bubur ayam yang dibawa Haerul tadi. Melangkah keluar ke area parkir  senat, dimana Haerul memarkirkan mobilnya. Tak dipedulikannya Haerul yang sedari tadi berteriak memanggil namanya.

Sampai di depan mobil Haerul, Putri mengeluarkan ponselnya.

" Assalamualaikum, teteh. Putri izin ke Bandung ya, paling besok sudah pulang."

" Kamu mau ngapain ke Bandung?" tanya Susan pada adiknya.

" Mau refreshing sebentar, kan habis ujian, bilangin ibu ya teh, makasih teteh."

Putri menutup telponnya, dan tersenyum manis pada Haerul yang menatap Putri dengan penuh tanda tanya.

" Ayo, bukain pintunya!" rengek Putri. Kini Haerul dan Putri sudah berada di tol, menuju Bandung. Tak ada suara apapun dari Haerul, hanya suara kresek-kresek tanda Putri sedang melahap buburnya.

" Rasa buburnya aneh ya!"

" Kenapa emang Put?"

" Lebih enak dari biasanya, mungkin karena makannya di samping bapak." ucap Putri sambil mencolek lengan Haerul. Haerul mesem-mesem dengar perkataan Putri. Sedangkan Putri, sudah merasa bodo amat mau dibilang apa sama Haerul, yang jelas seharian ini dia ingin bersama Haerul sampai besok. Yah Putri berencana menginap di rumah Haerul.

" Pak, saya minta maaf soal penolakan waktu itu ya." ucapnya sendu sambil melihat Haerul yang fokus menyetir mobil.

" Bapak masih mau kan jadi suami saya!"

Ckiittttt...

Haerul menginjak rem mobilnya tiba-tiba, untuk saja sekarang sudah direst area. Kalau tidak bisa nabrak mereka.

" Putri, kamu bikin saya jantungan!" Haerul menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi seketika itu juga senyumnya terbit.

" Kita bicara setelah sampai di rumah ya." sahut Haerul, masih menahan debar di dadanya, siapa sangka Putri kini yang melamarnya.

Selama dua puluh menit, mereka beristirahat direst area, sholat dzuhur lalu makan siang. Lalu Haerul melanjutkan perjalanannya kembali, karena ia harus mengajar jam empat sore. Mereka langsung   ke kampus tempat Haerul mengajar. Sepanjang memasuki area kampus, senyum Putri terus saja mengembang, Haerul memperhatikannya dengan senang.

" Saya tunggu bapak sayang, di kantin saja!" ucap Putri semakin berani memanggil Haerul sayang.

Haerul terkekeh pelan. Mengusap pucuk kepala Putri." Kamu ini!" Haerul tak bisa berkata lagi. Dikeluarkannya uang merah dua lembar.

" Ini buat beli minum di kantin, trus diujung  lorong ini, ada bazar buku, coba saja kesana, kali ada buku yang mau kamu beli." ucap Haerul sambil matanya mengarah pada ujung koridor kantin. " "Saya mengajar sampai jam tujuh, kamu ga papa menunggukan?" ucap Haerul lagi, sambil tersenyum pada Putri.

" Ga papa, sayang. Semangat ngajarnya ya!"

Putri mengusap menepuk-nepuk lengan Haerul dengan lembut. Haerul hanya senyum saja, padahal hatinya sudah bersorak gembira. Ah, ada hikmahnya ternyata ia memilih tawaran mengajar di Bandung. Terbukti, cintanya mengikutinya hingga kesini.

Tak terasa pukul tujuh yang dinanti Putri tiba juga, tampak Haerul berjalan dengan cepat ke arah Putri.

" Sudah ngajarnya pak?"

" Sudah, ayo kita pulang, kamu pasti cape." Haerul menarik lembut tangan Putri, menuju parkiran. Menjalankan mobilnya menuju rumah yang tidak terlalu jauh. Sengaja Haerul memilih rumah yang berdekatan dengan kampus tempat ia mengajar. Di rumah sudah ada Heri dan ARTnya. Heri membukakan pintu rumah, saat papanya membuka pintu pagar. Membiarkan mobil papanya terparkir dengan benar. Tampak bayang-bayang seseorang di samping papanya, tapi siapa?

" Assalamualaikum." ucap Haerul dan Putri berbarengan.

" Wa'alaykumusslam." jawab Heri sambil terus memperhatikan wanita muda berkerudung biru dengan rok plisket dan kemeja biru langit bermotif daun.

" Putri, kenalkan ini Heriadi, anak saya. Heri kenalkan ini Putri, Mmm..yang waktu itu papa ceritakan." Haerul memperkenalkan diri keduanya. Putri tersenyum manis pada Heri memberikan tangannya untuk berjabat. Namun tatapan tak suka dipancarkan Heri.

"Oh, jadi ini cewe yang nolak papa?"

" Heri, jaga bicara abang!" ucap Haerul tegas. Tak suka mendengar ucapan Heri pada Putri, bagaimana pun ia tak ingin Putri ngambek lagi padanya.

" Iya Pa." Heri masuk ke dalam rumah, wajah Putri yang sedari tadi sumringah mendadak sendu.

" Udah ga usah dipikirkan, namanya juga ABG, maklumin ya!" Haerul menenangkan, sambil mempersilakan Putri masuk ke rumahnya.

" Biik.." Panggil Haerul pada ARTnya. Seorang wanita belum terlalu tua menghampiri mereka dengan menunduk.

" Antarkan calon istri saya ke kamarnya ." tl

" Baik tuan, mari Non." Putri tersenyum manis pada Haerul dan juga pembantunya.

Setengah jam berlalu Putri kini sudah berganti pakaian, piyama kebesaran milik Haerul. Putri keluar kamarnya dengan ragu-ragu, celingak celinguk mencari Haerul. Ternyata Haerul tengah duduk di ruang makan menggunakan kaos oblong dan sarung.

" Ayo sini, kita makan."

Heri memandang tak suka pada Putri, sedangkan Putri pura-pura tidak lihat. Wajar sih menurutnya jika Heri seperti ini, itu karena ulah Putri sendiri. Mereka makan dengan tenang. Sesekali Haerul bertanya perihal sekolah Heri. Anak itu menjawabnya dengan semangat. Selesai makan semua berkumpul di ruang telivisi. Sedikit risih, karena Putri duduk berdekatan dengan Haerul di sofa dengan lengan Haerul merangkul pundak Putri. Sesekali Haerul menatap wajah Putri yang tengah pura-pura konsentrasi dengan acara di televisi. Padahal sejujurnya dia sudah berdebar tak karuan.

" jadi benar sekarang kamu sudah mau menjadi istri saya?"

Putri mengangguk. " Iya." Haerul terkekeh melihat Putri menjadi canggung.

" Jadi kapan kita bisa meresmikannya?"

" Sekarang!"

" Eh..salah maksud saya terserah bapak." Putri malu sendiri dengan ucapannya. Haerul kembali terkekeh.

" Besok kita menikah siri dulu, mau ga?" Bisik Haerul pada Putri, Putri masih belum paham, menatap Haerul dengan penuh tanda tanya.

" Kalau menunggu lagi, saya takut kamu berubah pikiran." lanjutnya lagi.

" Dan sayanya takut ga tahan, liat kamu begini." bisiknya lagi, dengan suara sedikit serak.

Bulu kuduk Putri merinding. Oo..oo..Putri sepertinya membangunkan singa tidur.





Saya ikutan deg deg an🤣🤣🤣
Jangan lupa klik tanda bintang dan juga komen ya😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top