Part. 5

Ngetiknya udah dari malam, eh ketiduran😁😅Maafkan yah, jadi tidak menepati janji🙏🏻

Selamat Membaca😘


Putri melangkah gontai menuju kelasnya, Pelangi yang berpapasan dengannya, menjadi keheranan.

" Wooy..bengong aja!" Pelangi sedikit berteriak pada Putri. Tapi Putri tak menggubris, hanya menoleh sebentar, lalu berjalan kembali menuju kelasnya.

" Dia kesambet apaan?" timpal Dono pada Pelangi. Pelangi mengangkat bahunya tak paham.

" Lo kenapa Put?" tanya Pelangi, sesaat begitu mata kuliah pertama selesai.

Putri menggeleng. " Lo sakit?"tanya Rano kini, memperhatikan wajah Putri yang sangat masam, terlihat ada bekas air mata.

Putri menggeleng lagi.

" Lo putus?" tembak Dono.

Putri mengangguk. " Bagus!" sahut Dono lagi.

Plaakk...

Buku statistik melayang ke kepala Dono.
Dono meringis. " Sembarangan kalau ngomong!" sambung Pelangi sewot, melotot pada Dono.

" Kok bisa?" suara Pelangi mendadak lembut, mencoba meresapi kegundahan hati temennya.

" Pasti lo yang mutusin, kemudian pak Haerul sekarang pindah mengajar, betul begitu?" semprot Pelangi dengan nada kecewa.

Putri menoleh menatap Pelangi, bagaimana Pelangi bisa tahu hal ini.

" Gue itu tetangga pak Haerul, Putri. Tadi pagi gue ga sengaja lewat rumahnya, trus barangnya diangkutin gitu, ga tau pindah kemana."

" Hah?" Putri tambah nelangsa, air matanya jadi tumpah lagi.

" Huuh..kalau cinta kenapa ditolak, sekarang dia pergi ditangisin, drama lo Put!" Rano berkomentar sinis.

" Iya, maaf. Gue maksudnya,,ga gini,,maksud gue,," Ucapnya putus-putus masih sambil terisak. Belum sempat Putri melanjutkan bicaranya, masuk seorang dosen wanita paruh baya, harusnya sekarang adalah mata kuliah statistik yang diisi oleh pak Haerul, namun Bu Riris yang menggantikannya. Semua anak menatap heran pada Putri, karena bukan sudah rahasia lagi, kalau pak Haerul naksir berat pada Putri. Mata mereka seakan bertanya kemana pak Haerul?ada apa?

Putri bengong diatas motornya, sudah pukul satu siang, dia belum makan dan tidak bernafsu untuk makan. Hatinya patah, bahkan hancur berkeping-keping. Ia tak menyangka penolakannya pada pak Haerul berdampak buruk bagi dirinya. Ternyata dia sudah mencintai lelaki tua itu. Putri menangis lagi diatas motornya.

" Sudah, Put. Nangis mulu, ntar kampung melayu banjir dah." ledek Rano berusaha menenangkan Putri, mereka bertemu di parkiran.

" Gue sekarang bingung harus bagaimana, Ran."

" Gue kan ga pernah deket laki-laki, jadi gue bingung bersikap."

" Yaah, yang jelas bagi pria dewasa, jika sudah ditolak lamarannya, maka tidak akan kembali lagi Put. Malu dong. Mungkin dia cari yang lain, yang jelas lebih dewasa, ga kayak anak-anak macam lo." sindir Rano tepat di dadanya. Tapi bukannya marah Putri malah tersadar. Perbuatannya sudah salah.

" Trus aku harus bagaimana Ran?"

" Kalau bisa temuinlah pak Haerul, lu jujur aja sama apa yang lo rasain sekarang, sebelum lo benar-benar menyesal."

" Gitu ya, ya udah aku balik dulu ya!" Putri pamit, menyalakan motornya lalu pergi meninggalkan Rano yang menatapnya iba.

Putri resah menggigit kuku jarinya, sudah pukul delapan malam, tumben kakak iparnya Seno belum pulang juga, padahal Putri perlu bicara dengan kakak iparnya itu, dia tidak mungkin bicara pada teteh atau ibunya, pasti malunya luar biasa, dia yang kekeh menolak, sekarang dia pula yang kepanasan karena Haerul pindah dan tidak bisa dihubungi.

Tak lama, terdengar deru suara mobil memasuki pekarangan, itu pasti suara mobil Seno. Putri duduk di dapur, menanti kakak iparnya lewat, tetehnya yang sedang hamil, kini tengah bermain bersama si kembar di kamarnya. Sedangkan ibu sedang di ruang televisi, menonton bersama Ella.

" Mas" panggil Putri, Seno menoleh ke arah Putri.

" Saya mau minta tolong." Putri mendekatkan jaraknya pada Seno, ia tak ingin ibunya mengetahui.

" Ada apa sih Put? Rahasia bener kayaknya." tanya Seno.

" Mmm..itu Mas, tapi mas jangan ketawa ya, plis."

" Iya apa dulu?"

" Janji lho Mas?"

" Ya ampun ini bocah, iya udah cepetan apaan, mas laper nih."

" Pak Haerul ga ngajar di kampus saya lagi, trus pindah rumah juga, trus saya kok jadi sedih."ucap Putri dengan tampang polosnya.

" Itu namanya cinta!" jelas Seno, padat, singkat dan jelas.

" Kemarin kenapa menolak lamarannya?"

" Ga tau Mas, kayaknya saya belum siap, tapi ternyata saya lebih ga siap diginiin." wajah Putri sendu.

" Hhhmm..mungkin kalian belum berjodoh, Put." Seno menepuk pundak adik iparnya, sambil tersenyum tipis.

" Mas, cari info dong, Putri perlu bicara dengan pak Haerul, mas bantu Putri plis Mas." Putri merengek sedih, air matanya saja sudah menggenang. Tak tega juga Seno melihat adik iparnya ini.

" Baiklah, besok Mas akan cari info, sudah sana masuk, Mas, mau ke kamar menemui pacar. Eh ya kamu harus tahu Put, menikah itu bukan hal menakutkan, menikah itu enak, segala sesuatu kebaikan yang dilakukan dengan pasangan itu mendapat kebaikan dan pahala, malam ada yang peluk, ada yang cium, ada yang belai, ada yang,," goda Seno dengan wajah mesumnya.

Putri melotot pada Seno. "ada yang mesum!" sambung Putri dengan sewot, pergi meninggalkan Seno yang terkekeh geli.

Seno menggelengkan kepala, lalu bergegas masuk ke kamarnya.

Kumenangis
Menangisku karna rindu

Kubersedih
Sedihku karena rindu

Kuberduka
Duka ku karena rindu

Kumerana
Merana ku karna rindu

Mau tidur teringat padamu
Mau makan teringat padamu

Mau apapun teringat padamu
Kekasihku

Kemana pun ada bayanganmu
Dimana pun ada bayanganmu

Di semua waktuku ada bayangmu
Kekasihku

Susan bernyanyi mendayu-dayu, sambil melirik Putri, mengikuti irama gitar yang dimainkan Seno, ternyata Seno pandai bermain gitar. Putri yang tengah duduk di teras memangku Shafiq, mendengar nyanyian tetehnya, merasa tersindir. Air matanya hampir saja tumpah. Benar ia merindukan Haerul. Tak enak makan dan tak nyenyak tidur, memikirkan Haerul.

Sudah satu pekan, Putri tak dapat kabar apapun tentang Haerul, satu-satunya yang Putri dengar dari Pelangi adalah Haerul mempunyai anak lelaki usia SMP. Dan sialnya Pelangi juga tidak tahu sekolah anaknya pak Haerul dimana.

Senin pagi, Putri berangkat ke kampus dengan tergesa. Hari ini ada tes di kampusnya, untuk sesaat dia melupakan rasa penasaran dan rasa kehilangannya pada Haerul. Ia fokus pada ujiannya. Sampai saat ini kakak iparnya, Seno. Belum juga mendapatkan info tentang keberadaan Haerul.

Drrt..drrt..

Ponsel Putri bergetar, dia mengabaikannya, karena memang sedang ujian, sisa satu nomor lagi yang belum dia kerjakan. Getar itu masih saja dirasa Putri, akhirnya Putri melihat juga siapa pengirimnya, dengan mengendap-ngendap. Nomornya tak Putri kenali, Putri memutuskan panggilan tersebut. Mencoba menyelesaikan lagi soal terakhir.

Drrt..drrt..

Namun ponsel Putri, bergetar kembali. Tetapi bukan telpon, melainkan pesan singkat.

" Pak Haerul ada di ruang senat, cepat."

Mata Putri melotot membaca pesan yang entah dari siapa, dadanya bergemuruh, cepat ia membereskan alat tulis dan mengambil tasnya, kertas ujian beserta jawabannya iya kumpulkan di meja dosen, Sang dosen menatap aneh pada Putri, begitu juga Rani, Pelangi dan Dono. Putri berlari keluar dari ruangan, tak dihiraukannya lagi jawaban soal nomor terakhir yang belum sempurna ia kerjakan. Berlari sangat kencang menuju ruang senat, satu dua mahasiswa yang berpapasan pada Putri memandang heran pada Putri yang berlari seperti mengejar maling jemuran. Keringat mengucur deras, ruang senat cukup jauh dari kelasnya, hingga Putri harus menggunakan segenap kekuatan super powernya untuk berlari kencang, padahal ia belum makan apapun sedari bangun tidur. ia tak ingin kehilangan Haerul lagi.

Haerul baru saja keluar dari ruang senat, ada beberapa hal yang harus dia selesaikan sebelum ia fokus mengajar di Bandung. Haerul menatap gedung berwarna biru diujung sana, dimana terletak ruang kelas tempat wanita yang ia cinta sedang belajar. Haerul menarik nafas panjang, menyunggingkan senyum miris, "sudah setua ini, masih mengalami patah hati, walah, nasib" bisik hatinya.

" Yah mungkin di Bandung nanti, ketemu yang lain." gumamnya lagi, menghibur diri yang saat ini tengah sakit.

Haerul menuju parkiran yang tak terlalu jauh ruang senat tadi.

" Bapaaak!!" teriak Putri yang melihat Haerul sudah membukan pintu mobilnya. Haerul mengenal suara itu, lalu menoleh ke asal suara, betapa terkejutnya Haerul mendapati Putri keringetan dengan terengah-engah menatap ke arahnya, " Ada apa dengan Putri?" pikirnya, lalu Haerul menutup kembali pintu mobilnya. Masih bengong dengan kehadiran Putri, namun Putri kembali berlari menghampiri Haerul, saat keduanya kian dekat, Putri berhenti menatap penuh rindu pada lelaki tuanya ini. Nafasnya masih ngos-ngosan.

Buugh..

Putri memeluk Haerul erat, bodo amat sama tatapan orang yang sedang hilir mudik. Sesegukan Putri menangis, Haerul masih terdiam, tanpa membalas pelukan Putri. Tubuh Putri tiba-tiba melemah, hampir saja jatuh jika tidak segera ditahan oleh Haerul.

" Jangan pergi, Pak. Jangan tinggalkan saya." mata Putri menutup, ia pingsan.




Bagaimana selanjutnya?Apakah Haerul kembali bersama Putri?
Cuzz vote dan komen, biar segera Up lagi😁😁😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top