Part. 1

Putri sedang memangku Shafiq, keponakannya yang lucu berumur delapan bulan. Sedangkan ibunya memangku Shadiq kembarannya. Yah saat ini Putri dan ibunya tinggal bersama Susan kakak Putri yang memiliki dua anak lelaki kembar. Sepulang dari kampus, memang Putri selalu menyempatkan diri untuk menjaga Si kembar, meskipun sudah ada ibunya dan seorang ART, tetap saja Putri senang melakukannya, karena pada dasarnya Putri suka dengan anak kecil. Bahkan Putri itu lebih keibuan dari Susan, kakaknya. jika kita benar-benar sering bergaul dengannya, maka kita akan mengetahuinya.

Tak lama memangku keponakannya, tetehnya turun dari kayangan, dengan wajah sedikit pucat.

" Teteh sakit?" tanyanya sedikit khawatir, saat teh Susannya mendekat ikut duduk di sofa bersama mereka.

" Pusing sedikit tapi ga papa." sahut Susan, lalu mengambil Shafiq dari pangkuan Putri untuk menyusuinya. Dengan mudah Susan membuka kancing bajunya, mengeluarkan pabrik asinya, mata Putri menatap dengan sinis. Tanda merah tiga titik di sekitar payudara tetehnya.

" Ya Tuhan...masih siang mataku sudah ternoda." umpat Putri sambil melihat ke arah payudara tetehnya yang sedang dicecap Shafiq.

Ibu dan Susan terkekeh geli. " merinding liatnya teh." gumamnya lagi.

Hahahaha...ibu dan Susan malah tambah kencang tertawanya.

" Tato alami." celetuk Susan cuek. Putri memutar bola mata malasnya, berjalan ke dapur untuk mengambil makanan ringan dan membawanya ke depan.

" Bu-teteh...sabtu sore nanti ada teman Putri yang mau ke rumah." ucapnya sedikit malu-malu.

"Ya udah main aja, Put. Biasanya juga temen kampus kamu, malah nginep disini kan?" sahut Susan.

" Iya, pake izin segala." timpal ibunya.

" Temen tapi mesra yaa yang mau datang?" goda Susan, mengingat beberapa waktu lalu, Seno pernah berkata Putri ditaksir dosen bataknya.

" Yee....gaklah." Putri mencebikkan bibirnya.

" Hahahaha..iya juga ga papa kali Put "

" Ya pokoknya temen cowo Putri mau datang, Bu." tegasnya lagi sambil mengatur dadanya yang berdebar.

" Ya udah ga papa suruh aja main kesini." ucap ibu sambil sedikit menatap curiga pada raut wajah Putri.

" Tapi ibu pura-pura galak gitu bu, pura-pura ga suka."

" Lhaa...kok,,kenapa emangnya?"

" Pokoknya bikin dia ga suka sama keluarga kita deh bu. pliss bantu Putri." wajahnya memelas. Susan yang duduk berdekatan dengan ibu, mencolek kecil paha ibu, seakan memberi kode.

" Ah..gampang kalau cuma galak mah." ibu mengangguk setuju, sedangkan Susan menyembunyikan tawa jahatnya.

****
Sabtu sore Putri sudah rapi dengan gamis emak-emaknya, sengaja Putri tampil alakadarnya, maksud hati ingin membuat dosen tua yang mengejar-ngejarnya menjadi ilfil. Memakai bedak tebal, dan  lipstik merah menyala, Putri keluar kamar menuju dapur.

" Bu..." panggil Putri. Ibu yang sedang memotong bolu keju buatan Susan menoleh.

" Astagfirulloh...Putri..." mata ibu melotot kaget.

" Kenapa bu?"

" Ibu kira badut."

Hahaha Putri tertawa puas, berarti nanti juga Haerul pasti terkaget-kaget dengan penampilan Putri yang aneh. Semoga Haerul membatalkan niatnya menjadikan Putri istrinya.

" Eh...ada bu Jumi." suara dari depan pintu dapur. Ibu dan Putri menoleh ke asal suara.

" Eh...ini teh Putri?" mata Susan melotot kaget. " Kirain bu Jumi, tukang cuci tetangga sebelah, dari belakang persis." ucap Susan dengan polosnya, memperhatikan adiknya yang benar-benar nggak banget, dari atas sampai bawah.

" Bibir kamu kenapa kayak habis dikasih obat merah gitu Put, serem ih..kayak badut." ujar Susan tak suka.

" Iya ibu juga tadi kaget, kirain ada badut masuk rumah kita." ibu menimpali seraya menata kue di atas piring.

Putri hanya nyengir kuda, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Yes..semua yang di rumah berhasil ilfil padanya, pasti Haerul juga begitu.

" Bu..inget lho, ibu harus jutek dan ketus, kalau bisa sesekali melotot ya bu." Putri mengingatkan kembali ibunya. Ibunya hanya tertawa kecil, begitu juga dengan Susan. Adiknya ini tidak tahu saja, ada rencana terselubung yang sudah disusun oleh Susan dan ibunya. Memang kemarin Susan sudah bercerita perihal Haerul pada ibunya. Susan meyakinkan ibu, bahwa Haerul insyaAllah orang yang tepat untuk mendampingi Putri, meskipun diawal ibu keberatan jika Putri dengan Haerul karena usianya yang terpaut jauh.
Susan mengingatkan kembali pada ibunya, kisah Susan dan suaminya Seno yang memiliki perbedaan usia cukup jauh juga, namun bisa bahagia. Ibu akhirnya setuju dan menyanggupi rencana yang sudah diatur oleh Susan.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul empat sore. Lelaki tua nan gagah itu, menuangkan sedikit minyak kemiri di telapak tangannya, lalu meratakannya pada rambut hitamnya. Kemeja kotak-kotak ungu sudah rapi dikancing dari atas sampai bawah, lengkap dengan celana bahan bewarna hitam yang dihiasi dengan gesper mahal kekinian yang berhuruf H.

" Papa mau kemana?" tanya anak lelaki berusia tiga belas tahun. Dia adalah Heriadi Basri Nasution, anak dari Haerul.

" Mau ke rumah calon mama kamu."

Heri terdiam sesaat. " Cantik ga pa?"

" Pasti dong." senyumnya terbit.

" Janda pa?"

" Gadislah bang, "

" Siapa namanya pa?"

" Putri Hervia, dipanggil Putri, dia mahasiswa papa."

" Kok papa ga pernah cerita?"

" Ya karena memang orangnya baru aja dapat hidayah, mau sama papa kamu yang mempesona ini." sahutnya cuek. Sang anak memutar bola mata malasnya.

" Heri boleh ikut pa?" tanyanya ragu.

" Malam ini biar papa dulu ya bang, minggu depan waktu khusus papa kenalin abang sama calon mama abang."

" Ya udah, tapi abang boleh main ps ya pa?" izinnya pada papanya. Haerul mengangguk.

" Hanya sampai jam sembilan." titahnya lagi.

" Tengkiu papa." Heri berlari senang ke ruang tv mulai menyalakan ps nya.

" Bik..saya pergi dulu, pulang aga malam. Titip Heri." ucapnya pada Bik Sumi pembantunya yang sudah dua tahun ini bekerja untuknya.

" Iya pak." ucap Sumi sambil mengangguk mengerti.

Haerul berangkat menggunakan mobilnya Toyota Rush terbaru, karena bakal pulang malam, dia enggan menggunakan motor gedenya. Sebelumnya mampir ke toko bakery untuk membeli buah tangan, lalu ke toko buah untuk membeli parcel buah, kemudian haerul pergi ke toko bunga untuk membeli 2 buket bunga mawar. Semua barang yang dia beli, di tatanya rapi di jok belakang.

****
Mobil Haerul memasuki pekarangan rumah Putri, setelah menglakson beberapa kali tadi akhirnya keluar Ella membukakan gerbang.

Seno, abang ipar Putri, yang tak lain adalah seniornya di kampus dulu. Sudah menyambutnya di depan pintu rumahnya yang terbuka lebar.

" Assalamualaikum, Mas." ucap Haerul sembari menyalami Seno, disambut hangat oleh Seno dan mempersilahkan Haerul masuk.

" Banyak banget bawaannya!" seru Susan saat menghampiri  tamunya. Haerul tersenyum ramah.

" Ini buat teteh." ucapnya seraya memberikan sebuket bunga mawar merah. Mata Susan berbinar kagum.

" Makasih, jadi merepotkan!" Susan meraih buket bunga dan menghirup harumnya hikmat.

" Ehh..iya sebentar saya panggilkan ibu dan Putri." Susan bergegas ke dapur. Sudah ada Putri disana dengan sedikit pucat.

" Kamu sakit Put?" tanya Susan heran melihat Putri sedikit pucat dan gugup.

" Gak teh, sehat kok." sahut Putri, sembari membenahi letak jilbabnya.

" Wah..bunga dari siapa Put?" ibu keluar dari kamar belakang.

" Dari calon mantu ibu." Susan tersenyum penuh goda kearah Putri.

" Bu..jangan lupa, ibu harus galak lho ya." Putri mengingatkan ibunya. Ibu mengangguk tenang. Ketiganya keluar dari dapur, dengan Putri membawa baki berisi air dan kue. Haerul tersenyum ramah pada ketiga wanita yang berjalan ke arahnya, wajah keduanya sangat mirip. Namun siapa wanita yang membawa baki air. Haerul mencium punggung tangan ibu Putri.

" Maaf bu, saya tidak bisa bawa apa-apa." ucap Haerul memberikan semua baluah tangannya pada ibu, termasuk buket bunga lili.

" Ya ampun, makasih banget ini nak, jadi repot begini."

" Ga papa bu, saya ga repot kok. " sahutnya santai.

" Putrinya mana bu?" tanya Haerul polos. Sontak semuanya menatap ke arah Haerul dan Putri bergantian.

" Saya Putri pak, masa ga ngenalin." sahut Putri memutar bola mata malasnya.

"Ya Allah saya pangling Put. Kirain tadi kamu adiknya teh Susan yang lain, kok lebih cantik dari Putri yang ada di kampus saya." ucapnya penuh kekaguman. Putri, ibu dan Susan saling pandang. Susan tak kuat menahan tawa, menutup mulutnya dengan tangan. Ya Allah, nih dosen sakit mata kali ya. Udah dandan dijelek-jelekin gini, malah kata dia cantik. Putri bermonolog dengan wajah masam.
Seno membuka pembicaraan, sekedar basa - basi, mengalir dengan sendirinya suasana kehangatan di rumah Putri. Putri sudah menanti-nanti kapan ibunya bersikap galak, kok sedari tadi ibunya hanya senyam senyum bahkan tertawa mendengar obrolan Seno dan Haerul. Putri mengedipkan matanya pada ibu, memberi kode, menggerak-gerakkan alisnya.

" Jadi nak Haerul ini temannya Putri ya?" tanya ibu.

" Saya calon suaminya Putri bu."

Uhuk..uhuk..

Putri menyemburkan teh yang baru saja berada dalam mulutnya.

" Tenang, sayang. Jangan kaget gitu dong." seloroh Haerul. Wajah Putri sudah memerah.

" Kedatangan saya kemari dengan maksud, meminta Putri untuk menjadi tulang rusuk saya,  apakah boleh bu?" tanyanya hati-hati, Putri memberikan kode kembali pada ibunya.

" Tentu saja boleh." Putri melongo dengan jawaban ibunya.

" Putri memang sudah sangat ingin menjadi istri nak Haerul. " nafas Putri semakin tercekat, sudah tidak sesuai dengan skenario yang tadi ia susun.




Hahahaha...
Cuzlah vote dan komen😘😘

Cilodong-Depok
25-02-2020
10:45

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top