38. Rindu Mama
2 tahun kemudian.
"Hore! Hari pertama sekolah!"
Anak kecil berambut coklat kayu bersinar itu meloncat kegirangan. Tas bergambarkan kucing dengan perpaduan warna merah jambu dan putih polkadot di pundaknya melompat-lompat mengiringi.
Di samping kanannya, seorang pria dengan rahang tajam menggandengnya dengan baju lorengnya. Tubuhnya yang kekar membuat orang tua lain yang mengantarkan anaknya ke sekolah menghindar karena takut.
Di samping kiri si anak, dua pasangan suami-istri terkekeh geli memperhatikan tingkah si anak. Anak bernama Klaire Naomi Henderson itu benar-benar gembira di hari pertama sekolahnya di sekolah dasar.
Mereka berempat sampai di depan sekolah di mana guru-guru berjejer rapi di depan pintu masuk guna menyambut anak murid barunya. Klaire semakin tidak sabar, rasanya ia ingin berlari dan menerobos mereka. Ia ingin melihat kelasnya, bangku duduknya, teman barunya, dan gurunya.
Pria kekar tadi berjongkok, lalu memegang bahu Klaire dan membalikkannya ke arahnya. Ia terduduk dan menatap harap anak perempuan satu-satunya itu.
Scar tak pernah lelah menatap mata kelabunya yang indah. Rambutnya yang selembut sutra dielus dan diacak iseng.
"Kau masih ingat apa saja yang perlu kaulakukan di sekolah?" tanya Scar, mengoreksi Klaire sebelum dia masuk ke gedung sekolah.
"Jangan berkelahi, taati guru, tulis apa yang ditulis di papan tulis, dan tidak membedakan teman," jawab Klaire, penuh percaya diri.
Scar menyipitkan mata. "Kau melupakan satu, Airi."
Klaire yang kagum kepada dirinya sendiri langsung menatap tidak terima. "Aku sudah menyebutkan semuanya."
Scar menggeleng. "Kau lupa untuk memakan makan siangmu." Scar melirik tas berisi kecil berwarna merah muda yang digenggam Klaire.
Klaire menunduk, lalu ber-oh-ria. "Maaf, Papa. Aku melupakannya." Ia terkekeh kecil.
Scar mengelus kepalanya. Ia tersenyum pertanda tidak masalah dengan satu hal yang tidak Klaire sebutkan tadi.
"Untuk para orang tua, pagar sekolah akan ditutup 5 menit lagi. Para murid baru harus segera masuk ke kelas dan bertemu guru mereka." Seorang wanita tambun berkacamata tampak mengucapkan untaian kata yang dikeraskan dengan mikrofon. Sejenak terdengar suara gaduh dari para orang tua yang masih mempersiapkan anak mereka, serta ada juga anak yang menangis karena ingin orang tuanya ikut bersama ke dalam sekolah.
Scar yang tadi menoleh, menatap Klaire dengan pandangan penuh arti. Klaire paham, ia melebarkan senyum, menyakinkan ayahnya kalau ia akan menaati perkataannya.
Scar pun bangkit dan mempersilakan Axel dan Annie--yang kini menjadi orang tua sambung Klaire--untuk memeluknya. Mereka sontak memeluknya, menanyakan berkali-kali apakah dia siap yang disahut anggukan dari Klaire.
Sampai akhirnya, terdengar pengumuman lagi lewat mikrofon. Annie dan Axel melepas pelukan mereka dan menyuruh Klaire untuk cepat-cepat masuk ke sekolah sebelum pagar yang ada di samping pintu bergeser untuk menutup.
Mereka dan Scar berdiri memperhatikannya yang melambai girang. Tak butuh waktu lama bagi anak itu untuk menemukan teman, baru beberapa langkah, dia sudah menemukan teman perempuan barunya.
Pagar pun ditutup. Para orang tua berjalan berbalik setelah mendengarkan sedikit pemberitahuan jam pulang dari wanita tambun tadi.
Scar, Annie, dan Axel pergi ke mobilnya. Axel akan mengantar Scar ke tempat kerjanya, lalu ia dan Annie akan pergi ke restoran tempat di mana mereka bekerja.
Selama di perjalanan, Scar tersenyum. Ini adalah aktivitas bersyukurnya yang kesekian kali karena Ryce menitipkan Klaire kepadanya.
***
"Papa tahu?"
Scar dan Klaire sedang menghabiskan waktu berdua di pantai. Ada dermaga perahu wisata di sana. Mereka duduk bersama di pinggir dermaga yang terbuat dari kayu.
Matahari sedang menuju ke peristirahatannya yang tepat berada di depan Scar dan Klaire. Cahayanya memantul di air, airnya pun berwarna jingga dengan cahaya matahari yang beriak-riak.
Scar menoleh kepada Klaire. Pria itu kini berpakaian santai--kaos dan celana yang sama-sama pendek. Klaire memakai jaket kain yang membaluti baju terusan berwarna biru mudanya. Rambut cokelatnya yang kini keemasan akibat diterpa sinar senja melayang-layang.
"Aku rindu Mama," sambung Klaire setelah beberapa saat menjeda perkataannya. Kakinya diayun-ayunkan. Dia menunduk seakan Scar akan menjadi tak senang karena dia merindukan ibunya.
Scar mengelus kepalanya. "Papa juga rindu Mama, Airi." Airi merupakan panggilan kesayangan Scar untuk Klaire. Dia sudah menyematkan panggilan itu sejak Klaire berusia 3 tahun.
Klaire menoleh. "Di sekolah, setiap pulang, teman-temanku dijemput ibu asli mereka. Sedangkan aku dijemput Bibi Annie yang merupakan ibu palsuku. Aku iri dengan mereka." Dia berterus terang sebelum menunduk lagi. Scar terdiam. Dia menatap ke bawah karena dia sudah merasakan perasaan iri Klaire dari dulu. "Kira-kira, kapan Mama kembali ya? Aku tidak mau bersama Bibi Annie lagi. Aku mau bersama Mama," katanya, mulai terisak.
Scar menatap kasihan anak satu-satunya itu. "Airi tahu 'kan kalau Mama tidak bisa kembali." Perkataan itu menyedihkan untuk anak yang dari kecil tak diajari untuk tegar.
"Aku tahu, tapi iri karena anak lain memiliki ibu," tukasnya, mengucek-ucek mata dan mendekatkan diri ke badan Scar. "Apa kita bisa menyusul Mama?" tanyanya kemudian.
Scar yang mengarahkan tatapan kasihan kepada Klaire, mendongak dengan Klaire yang menatap dirinya.
"Kau akan tahu setelah dewasa." Scar tak dapat mengatakan kalau Klaire bisa menyusul ibunya. Dia takut Klaire benar-benar menyusul Ryce dan meninggalkannya. Scar akan bunuh diri jika itu terjadi.
Klaire manyun. Scar merasa bersalah menjawab begitu.
"Maksud Papa, suatu hari nanti kita akan menyusulnya." Scar memberi semangat. "Kau akan tahu kapan setelah kau dewasa."
Klaire memeluk ayahnya. "Kenapa Mama pergi? Aku rindu Mama."
Scar menatap ke matahari tenggelam. "Di dunia ini, ada kedatangan dan kepulangan. Seperti matahari, dia datang di waktu pagi dan pulang di waktu sore. Seperti itu juga yang dialami Mama.
"Matahari pulang karena tugasnya sudah selesai--memberi kehidupan di bumi. Seperti Mama, tugasnya sudah selesai menjadi ibu untukmu." Scar tak sadar air matanya turun. Ada satu perkataan yang sengaja tak dia sebutkan: tugas Ryce sudah selesai menjadi istri yang mencintai suaminya.
"Mama benci aku ya sampai-sampai tugasnya selesai?" tanya Klaire lagi.
Scar menghapus air mata, sedikit kaget karena Klaire berkata demikian. "Tidak, Cantik. Mama pulang karena Mama sayang kepadamu." Ya, sayang kepada anaknya sehingga rela nyawanya yang diambil Tuhan, batin Scar.
"Aku merasa bersalah atas kepulangannya," ucap Klaire. Scar mendekapnya. Aku lebih merasa bersalah atas kepergiannya, Airi.
"Omong-omong, kau punya tugas sekolah?" tanya Scar, membelokkan topik sama seperti Ryce saat merasa tidak enak berbicara dengannya di waktu lampau.
"Ada, tapi aku kurang mengerti bagaimana cara mengerjakannya," jawab Klaire. "Bisa bantu aku nanti, Papa?"
"Tentu saja bisa." Scar mengedip. "Tidak ada yang tidak bisa untuk Airi." Scar menggelitiki anak itu. Tawa riangnya terdengar nyaman. Hati Scar perlahan hangat akibatnya.
Setelah itu, mereka menikmati terbenamnya matahari. Sehabidnya, Scar dan Klaire pun pulang dengan naik taksi.
***
Scar tidak tahu mimpi apa dia semalam sampai-sampai seluruh teman tentara angkatan udaranya meneleponnya bergantian. Dia sedang meluangkan waktu untuk bersama Klaire setelah beberapa hari ini sebelumnya dihadapkan dengan kasus pemberontakan teroris di selatan Amerika Utara yang menyebabkan tak pulang beberapa malam.
Scar mau tak mau harus menemui mereka yang masing-masing berada di pantai yang tadi sore dikunjunginya bersama Klaire. Klaire sempat meraung tak mau Scar pergi darinya sebelum dijanjikan Scar kalau setelah pulang dia akan membelikan anak itu es krim.
Klaire senang sesaat sebelum menyadari kalau Scar tak membawa dompet. "Papa bisa membeli es krim dengan tangan kosong?" Annie hanya mengelus-elus bahunya dan mengajaknya belajar bersama, serta yakin kalau Scar akan membelikan Klaire es krim.
Padahal jika boleh jujur, Annie dan Axel tahu situasi apa yang dihadapkan seseorang kepada sekumpulan anggota tentara angkatan udara sehingga mereka semua menelepon Scar yang sedang dalam masa istirahatnya. Ada sesuatu yang tidak beres. Scar dan yang lain harus menyelesaikannya sebelum mengancam ketenangan penduduk.
Scar melaju sedang di jalan dengan mobilnya. Berbelok beberapa kali, dia sampai di perhutanan. Dia akhirnya sampai di sebuah pantai di mana terdapat kapal besar berlabuh di dermaga perahu. Pantulan bulan di bodi kapal membuat Scar tahu kalau kapal itu terbuat dari baja.
Memarkirkan mobil, Scar menghampiri rekan-rekannya yang berkumpul. Ada Harlie juga di sana. Harlie segera melapor setelah Scar tiba.
"Pak, dermaga ini bukan tempat pelabuhan kapal ini," lapornya. "Kapal ini juga mencurigakan karena di dalamnya ada ... geraman."
Scar menoleh kaget. "Geraman? Apa maksudmu?"
Harlie menoleh kepada teman-temannya. Masing-masing dari mereka memasang wajah takut yang ditahan sehingga rasa penasaran Scar memuncak.
"Anda masih ingat kapal angkatan laut yang menolong angkatan udara untuk menyelamatkan warga Naoderaty? Inilah kapalnya setelah sekian lama terombang-ambing di lautan," jawab Harlie.
Scar kaget bukan kepalang. Dia mengira kapal itu tenggelam atau berlabuh di tempat lain. Tak perlu Harlie jelaskan lebih banyak pun dia sudah tahu apa yang terjadi. Kapal penuh zombie itu berlabuh di pantai Amerika Utara!
"Apakah ada seseorang mencurigakan setelah kapal itu berlabuh?" tanya Scar.
"Tidak," jawab Harlie.
"Pintu kapal masih tertutup rapat?" tanya Scar lagi.
Harlie mengangguk. "Pintunya dikunci dari dalam."
Scar menghela napas.
"Amankan kapal ini! Aku akan melaporkan ini kepada atasan," suruh Scar. "Siapkan senapan! Jangan sampai lengah! Kapal itu bukan sembarang kapal. Hati-hati saat bertugas!"
Semua orang mengangguk.
Mereka pun pergi, Scar menaiki mobilnya lagi dan pulang ke rumah. Di perjalanan, dia melapor kepada atasannya bahwa ada kapal angkatan laut yang dinyatakan hilang kontak beberapa tahun yang lalu. Atasannya itu kaget, langsung menyelidiki dan Scar mematikan teleponnya.
Dia pulang untuk menberitahu keluarganya kalau dia akan berjaga di kapal itu. Dia sempat berhenti di sebuah minimarket untuk membelikan Klaire es krim, sesuai janjinya.
Dia pulang dan disambut gembira oleh Klaire. Namun, Scar pamit kembali dan Klaire menangis tak mau berpisah dari Scar.
Namun, belum keluar dari rumah, ponselnya bergetar. Dia menjawab panggilan Harlie dan terdengar teriakan panik orang-orang.
"Scar, jangan ke sini! Zombie-zombie itu ada di sini!"
Scar sontak panik. Dia pun menyuruh semua anggota keluarganya untuk bersiap. Mereka akan pergi jauh-jauh dari tempat di mana mereka berada saat ini.
Mulanya terdapat penolakan sebelum kepanikan di rumah terdengar. Annie bergegas membereskan beberapa makanan dan minuman, Axel menjaga Klaire dan Scar menyiapkan senjatanya.
Senapan kayu jati di di tangannya mengingatkannya saat pertama kali terdengar kabar ada zombie di Naoderaty. Senapan kayu jati itu sudah lama tak dipakai karena setiap kali Scar memegangnya, dia teringat dengan Ryce.
Namun, kali ini perasaannya lain. Dia merasa akan menjadi pelindung untuk keluarganya setelah mengenggam senapan itu.
Ya, dia memang akan menjadi pelindung mereka dan selamanya begitu. Terutama untuk Klaire yang akan dipastikan tidak akan kehilangan salah satu anggota keluarganya lagi.
Mereka semua masuk ke mobil, langsung tancap gas. Scar akan mengamankan keluarganya dulu sebelum berbaris di barisan paling depan untuk melindungi semua orang.
Di perjalanan, Scar mendadak memikirkan Ryce. Wabah kembali terjadi, akan menjadi sama persis seperti Naoderaty dan dia tidak ingin itu terjadi.
Scar tidak mau kehilangan siapa pun: Annie, Axel, atau Klaire. Scar berjanji akan menjaga mereka semua. Dia akan menyelamatkan mereka.
Namun, terkadang ambisi ini membuat seseorang lupa kepada dirinya sendiri. Mungkin dia bisa menyelamatkan orang lain, tapi tidak dengan dirinya.
Mau bagaimanapun, pengorbanan adalah hal utama jika ingin mengakhiri sebuah permasalahan. Jika Scar ingin menyelamatkan keluarganya, maka dia harus mendapat giliran mati.
"Tidak untuk sekarang." Scar meremas setir. "Aku akan tetap hidup untuk Klaire, walaupun suatu hari nanti menjadi zombie karena tergigit."
Demi Ryce, batin Scar. Aku akan menyelamatkan mereka demi Ryce.
Akan ada musuh baru yang dihadapinya. Akan ada masalah besar yang menantangnya. Akan ada kawan baru yang nantinya menbantu. Akan ada kehancuran besar seperti di Naoderaty. Dan akan ada ... seseorang kesayangannya yang mati digigit.
Scar menarik napas. Dia tidak akan biarkan poin terakhir terjadi.
Dia akan menjaga mereka, sangat menjaga mereka. Tidak akan ada kesedihan di keluarganya lagi. Tidak boleh ada kematian kali ini.
Karena Scar pernah berjanji kepada Ryce saat mengunjungi makamnya, virus ini tidak akan mematikan keluarganya lagi. Dia tidak akan meninggalkan Klaire, dia tidak akan membiarkan Annie dan Axel meninggalkannya.
Virus tidak akan merenggut keluarganya lagi. Scar-lah yang akan mengakhiri virus itu.
Entah bagaimana caranya nanti. Scar akan mengambil semua risiko demi Klaire, Annie, dan Axel. Tidak masalah suatu hari nanti, dialah yang gugur dalam pertarungan.
Aku janji, demi Ryce dan Klaire, serta adikku Annie dan suaminya, Axel.
Jika saja Scar dapat merasakan, Ryce sedang tersenyum di langit. Sebentar lagi dia akan mendapatkan seorang teman. Teman hidup yang selama ini disayanginya.
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top