37. Penyemangat Baru Untuk Scar

3 bulan setelah Ryce pergi.

Mulanya Scar terlihat merelakan Ryce dan mengatakan kalau Tuhan sudah memberikannya hukuman. Namun, seiring berjalannya waktu, jiwa tegar pria itu runtuh dan perlahan-lahan dia mulai kehilangan kendali atas hidupnya.

Satu minggu menetap di rumahnya, Scar sedikit demi sedikit berubah. Yang sebelumnya tidak dapat tidur karena memikirkan kesalahan masa lalu yang belum ditebusnya, beralih ke dirinya yang malas pergi bekerja.

Scar mengambil izin yang merupakan izin berbahaya. Izin itu berkisar antara 15 sampai 30 hari, sedangkan Scar sudah mencutikan diri sekitar 8 hari.

Karena dirasa Scar meminta izin terlalu berlebihan, maka atasannya mengirim surat kepadanya dan mengatakan kalau itu adalah izin terlama dan terakhirnya yang bisa ia sanggupi.

Selama itu Scar menjadi pengangguran. Annie beda rumah dengannya--dia berada di rumah Axel yang jaraknya tidak cukup jauh dari rumah Scar.

Scar bahkan tidak mau makan, dia hanya tidur atau duduk di depan mejanya. Setiap hari Annie pergi ke rumahnya bersama Klaire, tetapi pria itu sama sekali tidak memberikan perubahan positif.

Klaire yang sudah tahu kalau ibunya tidak ada, mengerti dengan perasaan Scar. Ia mendekatinya, meletakkan tangan kecilnya ke tangan besar Scar, Scar sempat melirik dan mendengkus, sebelum menarik tangannya dan menghindari sentuhan dari Klaire yang selanjutnya.

Sejak itulah Klaire tinggal di rumah Axel. Itu juga sesuai keinginannya karena menganggap ayahnya membencinya.

Annie dan Axel pun mengurusnya untuk sementara. Scar benar-benar merasa kehilangan, Klaire tidak akan bisa mengobatinya.

Jelang 1 bulan setelah kepergian Ryce, Scar tak kunjung masuk kerja. Atasannya bahkan pergi ke rumahnya, tetapi dia tidak membukakan pintu karena mengunci diri di kamar mandi.

Atasannya itu pergi ke rumah Annie dan bertanya. Annie yang tahu kalau Scar ada di rumah lantas pergi ke sana. Ia diikuti si atasan, juga Axel yang baru pulang kerja sebagai pegawai restoran. Klaire ada di gendongannya dan setelah mereka sampai di rumahnya, Annie mengetuk pelan.

"Scar, buka pintunya!" pinta Annie.

Tidak ada sahutan padahal terdengar bunyi berdentum dari dalam. Annie khawatir, Axel tanpa basa-basi berusaha mendobrak pintu bersama si atasan.

Pintu berhasil terbuka dan mereka berkeliling mencari Scar. Tidak sulit menemukan Scar, Scar bukan tipe orang yang saat toilet tertutup lampunya menyala.

Axel membukanya dan mengintip. Betapa kagetnya dia saat menemukan berpuluh minuman keras tergeletak tak beraturan. Scar duduk di atas toilet duduk, bersandar di dinding samping toiletnya. Di tangannya tergenggam satu botol minuman keras yang masih berisi.

Axel masuk dan mendongakkan kepalanya. Scar teler, dia terlalu banyak minum padahal sebenarnya ia tidak boleh meminum minuman beralkohol terlalu banyak.

Dia pun dibawa ke rumah sakit dan menjalani tahap rehabilitasi selama satu minggu. Karena kasihan dan sayang kepada Scar--dia ada tentara angkatan udara terbaik yang pernah ada, atasannya memberinya tambahan izin lagi selama satu bulan.

Pulang dari rumah sakit, Scar tidak membaik. Dia semakin memburuk dan menggumamkan nama Ryce berkali-kali.

Kondisinya itu membuat Annie meminta Axel untuk menggantikannya menjaga Klaire. Ia akan mengurus kakaknya siang dan malam, menjaganya agar tak meminum minuman keras yang entah dari mana dia dapatkan, serta menenangkannya yang tiba-tiba bertingkah agresif jika mengingat Naki.

Sampailah Scar pada bulan ketiga. Rasa sakit di hatinya sudah datang ke puncak. Mejanya yang dulunya bersih penuh dengan coretan spidol bertulisan Ryce. Semua buku yang ada di rak bukunya hanya dipenuhi kata-kata bertuliskan Ryce.

Waktu berjalan lambat bagi Scar setelah ia kehilangan Ryce. Ia mengutuk diri dan marah kepada Tuhan karena memberinya hukuman yang sama sekali tidak setimpal. Ia ingin Tuhan juga mematikannya, seperti Dia mematikan Ryce. Scar masih ingin bersamanya, dia masih mencintainya.

Karena tak tahan dengan luapan marah di jiwa, ia membuka lemarinya saat Annie dirasa sudah terlelap di ruang tamu. Diubrak-abriknya isi lemari, lalu ia berhenti saat menemukan satu senapan yang setelah dilihat memiliki isi.

Scar mengarahkan dengan diri bergetar moncong senjata ke kepalanya. Ia menutup mata dan mulai menekan pelatuk sembari mengucapkan nama Ryce berkali-kali.

Sampai akhirnya, Annie yang disangka Scar terlelap masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa keadaan. Annie terkejut luar biasa, lalu segera menghentikan tindakan Scar dan melempar ke sembarang arah senapannya.

"Apa yang kaupikirkan!?" tanya Annie yang tidak dapat menahan suara kerasnya keluar.

"Aku rindu Ryce, Annie!" jawab Scar yang tak kalah nyaring.

Annie terdiam beberapa saat. Scar meneteskan air mata di depannya dan terduduk di lantai.

Pria itu menarik-narik rambutnya dan mengerang frustrasi. "Aku ingin menemuinya. Aku tidak rela dia pergi!"

Annie sontak duduk di sampingnya dan menenangkannya yang menangis keras. Scar meneriaki nama Ryce seakan Ryce akan kembali hidup jika ia memanggilnya.

"Tapi, bukan seperti ini cara-"

"Annie, aku selalu mengingat kesalahanku di masa lalu. Bagaimana aku menebusnya? Aku dihantui kesalahan yang kulakukan kepada Ryce," tanya Scar yang masih menangis keras.

Annie menyandarkan kepalanya ke selangkanya.

"Aku tidak tenang. Aku benar-benar merasa tidak tenang. Setiap malam Ryce berdiri di sana. Dia menyuruhku untuk melunasi semua kesalahanku," sambung Scar, menunjuk ke pojokan kamar di mana ada tanaman hias pengusir nyamuk di sana.

Annie masih terdiam. Ia mengelus rambut Scar dan meneteskan air mata. Ia dapat merasakan kalau Scar merasa sangat kehilangan. Jika Annie berada di posisinya, ia hanya akan memikirkan satu hal; mengakhiri hidup.

"Tapi, dia tidak memintamu melunasi kesalahan dengan cara membunuh diri," sahut Annie setelah sekian detik terbuang dengan hening. Scar terisak parau, sebagai sahutan.

"Kau tahu kenapa dia menyelamatkanmu dan Klaire? Kesenangan Ryce ada pada Klaire."

Scar perlahan membuka mata.

"Dia menitipkan Klaire kepadamu agar kau dapat menebus kesalahanmu dengan cara menjaga Klaire dengan baik, seperti caranya menjaga Klaire saat masih berada di Naoderaty," sambung Annie, "Bukan seperti ini: menjadi pengangguran, mabuk-mabukan, ataupun menembak kepala sendiri dengan sengaja."

Scar menoleh dan menatap Annie dengan mulut sedikit terbuka. "A-Apakah Ryce akan memaafkanku jika aku menjaga Klaire?"

Annie mengangguk. Ia mengangkat tangannya dan menghapus air mata kakaknya yang tersisa di pelupuk.

"Kematian Ryce tidak sepenuhnya menyedihkan, Scar. Dia hanya ingin kau lebih dekat dengan anakmu. Bukankah selama ini kau jauh darinya dan hanya dapat menemuinya satu bulan sekali? Itu kalau bisa satu bulan sekali, kalau tidak?" Annie meraih tangan Scar dan mengenggamnya. "Tidak sepenuhnya kematian Ryce buruk, Kakak."

Scar akhirnya paham. Ryce meninggalkannya dan menitip Klaire kepadanya. Dia sudah bekerja membesarkan anak yang sangat disayanginya itu. Sekarang adalah gilirannya.

"Jika aku menjaga Klaire dengan baik dan benar, maka Ryce akan memaafkanku," gumam Scar. Ia bergegas bangkit dan pergi ke luar rumah untuk mencari Klaire.

"Kakak!" teriak Annie yang langsung menghentikannya. "Sekarang sudah malam. Tidurlah. Kita akan menemui Klaire besok pagi."

Scar mengerang tidak mau, tetapi ia gila pergi ke rumah Axel dan membangunkan Klaire dari tidurnya. Maka dari itu, ia pun menunggu esok dengan mata terpejam. Annie berada di sisinya, tidur bersamanya yang sekali-kali mengenggam tangannya saat Scar mulai bertingkah karena bermimpi buruk.

Keesokan harinya, Scar bangun lebih awal dan keluar rumah lebih cepat. Annie yang baru bangun hanya menoleh ke sana-sini untuk mencari kakaknya.

Scar berlari cepat ke rumah Axel dan berhenti beberapa meter sebelum datang. Terlihat Klaire menarik-narik tangan Axel yang sibuk mengunci pintu rumah.

Scar segera berlari menghampiri mereka dan menggendong Klaire. Axel sempat kaget dan bertanya-tanya sejak kapan Scar berubah, tetapi Scar tidak menjawab dan membawa Klaire ke rumahnya.

Sepanjang perjalanan, ayah dan anak itu bercanda ria. Sesampainya di rumah, Scar menatap bersalah Annie yang memasang wajah masam akibat ditinggalkan pagi-pagi sekali.

Sejak itulah, senyum Scar merekah. Dia kembali bekerja dan mengasuh Klaire setelah pulang.

Ia belajar cepat cara mengurus anak kecil dari internet serta Annie. Saat dirinya lembur, maka Annie dan Axel-lah yang menggantikannya mengasuh.

Annie dan Axel senang bukan kepalang. Pasalnya mereka belum punya anak dan mungkin tidak akan pernah.

Klaire pun dibesarkan oleh mereka bertiga bersama-sama. Hingga pada waktunya, Scar ingin agar Klaire dijadikan anak kandungnya--bukan anak dari seorang istri yang diceraikan.

Mengucap sumpah singkat secara mandiri dengan Annie dan Axel sebagai pendamping, Scar resmi menjadi ayah kandung untuk Klaire. Kesedihannya akan Ryce sudah sirna dan tidak pernah kembali lagi setelah hari itu.

Setelah Klaire menginjak 4 tahun, ia menyekolahkannya ke taman kanak-kanak. Semenjak itu juga, Scar memiliki usul untuk kembali ke Naoderaty guna menziarahi makam Ryce.

Annie dan Axel sempat menolak dan memintanya menunggu Klaire berusia 5 tahun. Scar yang kalah pendapat, akhirnya menyanggupi dan fokus kepada pertumbuhan Klaire.

Ia bersumpah akan membuat anak itu gembira selama hidupnya.

Walaupun dia tidak mempunyai ibu, dia harus bahagia. Itu janji Scar. Janjinya untuk Klaire dan Ryce.

***

Suatu malam, Scar tidur bersama Klaire di kamar. Tidak ada yang aneh sampai Scar terbangun karena kembali mendapatkan mimpi buruk saat Ryce ditembak.

Scar pun bangun dan mengucek-ucek mata. Ia melihat ke sekeliling dan jam di atas nakas, masih pukul 3 dini hari.

Scar turun dari kasur dan mengusap wajahnya. Jantungnya berdebar kencang kala mengingat mimpi mengerikan yang baru saja dialaminya.

Namun, hanya sesaat sampai ia melihat cahaya berkilau di pojokan kamarnya. Cahaya itu membentuk wujud seorang manusia berambut pendek keriting berwarna cokelat.

Scar melebarkan mata. Itu Ryce.

Ryce tampak tersenyum kepadanya, membuat Scar bangkit dan mendekatinya.

Setelah dekat, Scar berusaha menyentuhnya yang tembus sentuhan. Scar yang mulanya berharap, manyun dan menurunkan tangan.

Ryce tersenyum geli, ia mendekatkan bibirnya ke bibir Scar. Scar tak berharap banyak ciuman yang ditujukan itu bisa dia rasakan. Kemungkinan dia sedang berhalusinasi dan ternyata menikmatinya.

Namun, ciuman Ryce terasa. Wujudnya juga sudah tidak tembus dipegang. Scar langsung menarik punggungnya, membalas ciumannya dengan air mata mengalir dari pelupuk. Sampai dia disadarkan oleh suara Klaire. "Apa yang Papa lakukan malam-malam begini?" Dia bangun dan mendapati ayahnya tengah memeluk diri sendiri dengan bibir dimaju-majukan.

Scar sontak merasa malu.

"Ti-Tidak ada. Kembalilah tidur." Klaire pun berbaring lagi dan Scar berbaring di sampingnya. Pria itu sempat menatap lama pojok kamar, dia benar-benar merasakan Ryce menciumnya seakan dia nyata ada di sana.

Namun, apa pun itu, dia mengulas senyum. Dia kembali dapat mengecap bibir Ryce, kendati mungkin hanya sekedar imajinasi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top