36. Menuju Ke Peristirahatan

Saat semua orang sibuk menyaksikan pergelutan Ryce dan Scar, Naki yang pura-pura pingsan bangkit dari berbaringnya. Satu peluru di lengan dianggapnya remeh karena tak mengenai organ vital, lagipula ia dapat menahannya. Lengan jas bagian atas telah dihiasi warna merah pekat yang masih mengalir dari sumber luka. Berjalan, Naki melewati tim penyelamat yang sempat mengernyit karena dirinya yang mendadak bangkit, sebelum Naki merebut pistol Harlie dan mengarahkannya kepada Ryce.

Romantis, pujinya. Bayangkan saja, seorang ibu menatap penuh harap kepada mantan suaminya agar dia menembaknya tepat di kepala. Hal sinting itu membuat Naki menyeringai lebar. Karena Scar lambat menekan pelatuk dan malah menjauhkan jari tangannya dari sana, maka biar Naki-lah yang mengakhiri semuanya.

"Naki!"

Naki menekan pelatuk, percikan kecil ledakan akibat peluru yang keluar sempat menghiasi selongsong pistol. Peluru melesat cepat, bersarang ke kepala Ryce, membuatnya jatuh dan pada akhirnya mati.

Naki menghela napas lega. Ia kembali membunuh satu orang lagi. Naki menjemput ajalnya bukan tanpa alasan. Ryce adalah satu-satunya orang yang tahu tentang dirinya dan laboratorium kecil di tempat sampah, membiarkan selamat bisa membahayakan untuknya.

Scar menoleh kepada Naki setelah ia menyahut tangisannya. Matanya yang selain merah karena menangis, juga diakibatkan kemarahannya yang memuncak sampai ke level tertinggi.

Scar bangkit dan meraih senjatanya. Ia membidik dan ingin menekan pelatuk, sampai terhenti karena mengingat pelurunya hanya tersisa satu.

"Kau yakin akan membunuhku, Scar?" tanya Naki, berbasa-basi sedikit untuk menaik-turunkan tensi darah Scar.

Harlie memandangi Scar dan Harlie bergantian, lalu tersadar siapakah yang harus ia tangkap.

"Harlie!" Scar menghentikan Harlie yang akan menangkap Naki. "Percuma."

Harlie menatap bingung. "Bukankah dari dulu kau ingin mendapatkannya?"

"Tidak untuk sekarang."

Harlie tak jadi menangkap Naki.

"Kau tidak mungkin membunuh orang karena kematian mantan istrimu, benar? Siapa yang ingin melakukannya, saat profesimu menjadi taruhan?" Naki tertawa senang, lalu mengeluarkan jarum suntik yang tadi digunakannya untuk menyuntik Ryce.

"Isinya lebih banyak dari ini. Setengahnya sudah masuk ke tubuh Ryce," kata Naki. "Kau tahu kenapa aku hanya memasukkan setengah? Aku tidak ingin melihatnya berubah secepat angin."

Scar mengerutkan dahi.

"Aku sudah mempersiapkan berpuluh--tidak, kurasa beratus--zombie untuk membunuh kalian. Sayangnya, Ryce terlalu baik. Yang seharusnya kalian mati bersama, malah hanya Ryce yang mengalaminya. Bodoh," sambung Naki.

Scar berdehem keras.

"Kau seharusnya senang karena dia sudah mati. Kau tidak perlu jauh-jauh ke Naoderaty untuk berlibur, di Amerika sudah sangat banyak gadis-gadis muda berkeliaran. Mereka dapat menggantikan Ryce."

Rahang Scar mengatup rapat.

"Lagipula, kau membencinya. Kau dan Ryce tidak akan pernah dapat menyatu."

"DIAM!" teriak Scar. Naki pun diam. "Kami bisa menyatu jika kau tidak ikut campur!"

"Aku berhak ikut campur!" Naki menyahut dengan teriakan yang tak kalah nyaring. "Siapa yang lebih banyak membunuh, maka dialah yang akan mendapatkan uang."

"Di pikiranmu hanya ada uang, uang, uang, dan uang." Scar menarik pelatuk diam-diam.

"Semua orang bisa hidup dengan adanya uang. Jika kau tidak punya uang, maka jangan berharap kau dapat hidup." Naki mengangkat tangannya yang menggenggam jarum suntikan sampai suntikannya setinggi dahi bagian kanan.

"Sejak pertama kali bertemu Ryce, aku mulai hilang akal. Aku bahkan menyuntik salah satu rekanku untuk dijadikan kelinci percobaan. Dia memberontak saat aku pergi, mungkin berhasil lepas dan menginfeksi orang lain. Aku tidak mau tahu, aku bersembunyi sembari menyuntik orang lain agar kota ini cepat hancur.

"Pemimpin menjanjikan uang yang sangat banyak untukku. Uang itu dapat membiayai hidupku sampai 5 tahun ke depan. Oh, aku benar-benar sangat beruntung. Aku tidak peduli apakah itu pekerjaan halal atau bukan, aku sudah MUAK DENGAN KEHIDUPANKU!

"Aku lelah hidup dalam kemiskinan. Otakku pintar, tapi aku bodoh dalam mencari usaha.

"Untuk itulah aku bergabung dengan pemimpinku. Kami diperkenalkan dengan dua virus berbahaya yang sempat mewabah di dunia, virus itu sudah menyatu, dan menjadi virus baru paling mematikan yang pernah kulihat.

"Tugasku sederhana; membawa koper berisikan sekitar 50 suntikan berisi siap pakai, lalu mengujinya. Aku mencobanya pada tumbuhan dan hewan, tapi tidak ada hasil yang memuaskan.

"Tepat saat Ryce pergi, aku tahu siapa yang akan menjadi korban pertamaku. Kau tahu, 'kan? YA! REKANKU SENDIRI!

"SETELAH DIA, AKU MENJADI GILA. AKU MENYUNTIK SEMUA ORANG YANG KUTEMUI, MENGORBANKAN ORANG LAIN KEPADA MEREKA, BAHKAN AKU SENGAJA MENGAJAK NANA UNTUK BERTEMU, AGAR AKU DAPAT MEMBUNUHNYA JUGA AGAR TIDAK MENDAPATKAN UANGKU!!!

"Aku mencari waktu yang tepat untuk menghabisi satu-persatu dari kalian. Kurasa aku melakukannya serapi mungkin, walau kalian sudah tahu kalau aku pelakunya.

"Setelah Adam, aku menguntit kalian untuk mencari siapa yang bisa kujadikan sasaran. Saat aku tahu kau ternyata bercerai dengan Ryce, aku tersenyum dan bersembunyi sampai Ryce berhasil kudapatkan.

"Aku menghasutnya, menghipnotisnya--aku ahli dalam bidang itu, lalu mengajaknya untuk pergi dari rumah. Ryce mau saja. Bravo! Aku menyukainya.

"Sayangnya saat dia pergi, kau ikut. Aku tidak punya rencana cadangan kalau seandainya kau menguntit Ryce, sebelum akhirnya aku berusaha memisahkan kau dari dia.

"Semulanya tidak bisa. Pada akhirnya aku bisa! Aku menemukan tempat para tim penyelamat. Aku memukul sampai tidak sadar salah satu dari mereka, lalu melucuti bajunya, memasangnya ke tubuhku dan juga bulletproof serta helm pengaman, lalu setelah berada beberapa meter dari tempat kalian, aku menyuntik salah satu dari mereka.

"Mereka pun berubah. Pilot helikopter kehilangan kendali. Aku sontak melompat dari helikopter dan untunglah pendaratanku tidak jauh. Setelah kulihat Ryce jatuh dari atas apartemen dan dia sendirian, maka aku membuntutinya.

"Dia bersembunyi, aku tahu dia akan keluar lewat mana--aku tahu apa yang akan kalian lakukan jika jalan utama tidak dapat digunakan. Aku pun mendekapnya, menyuntiknya, lalu setelah itu kau datang, bertindak sebagai pahlawan dan zombie-zombie bawahanku keluar dari persembunyiannya.

"AKU SENANG MELIHAT RYCE MATI, SCAR. AKU BENAR-BENAR SANGAT SENANG!!!"

Naki bertingkah seperti orang gila. Scar berhenti menekan pelatuk. Ia marah sekaligus kasihan karena Naki yang masih muda sudah terjerumus dalam hal yang gelap. Lelaki dengan suara napas ngos-ngosan itu dibutakan oleh kemiskinan.

"Aku menikmati hidupku." Naki mendekatkan jarum suntik ke dahinya.

Scar terbelalak. "Sekarang apa yang ingin kaulakukan?" Pertanyaan itu refleks terucap tanpa tersadar.

Naki hanya tertawa sebelum tersenyum lebar dan menjawab, "Membunuh diriku sendiri."

Naki pun menusukkan jarum suntik dan menembus kulit. Naki terkekeh senang, membuat Harlie yang sedari tadi ada di sampingnya, mundur dengan cepat.

Naki menekan pegas suntikan dan memasukkan cairan itu langsung ke otaknya. Scar terbelalak dengan rahang jatuh, Naki bertindak terlalu jauh.

Setelah isi cairan habis, genggaman suntikan terlepas. Naki memegangi kepalanya, lalu menatap Scar yang mundur melihatnya berubah.

Cairan itu langsung pergi ke otak, ia menghancurkannya. Naki menjadi benar-benar gila, dia sudah berubah 180 derajat.

Naki pun mengincarnya, melancarkan serangan dengan Scar yang langsung berusaha menghindar. Naki lebih berbahaya daripada Ryce. Dia menyerang brutal dan tak kenal jeda.

Scar berusaha menambah waktu untuk bertahan dengan cara memukul Naki. Naki bukanlah mayat hidup dengan otak kosong, dia sadar kalau puluhan peluru dari tim penyelamat membidiknya dan sedikit lagi mengenai kepalanya. Dia pun menghindar.

Memukul, menggigit, menerjang, menerkam. Menggeram, meraung, mengerang, menendang.

Pertarungan sengit itu akan dimenangkan oleh Naki karena Scar sudah akan kalah di tangannya. Dia menahan tubuh Scar di aspal, Scar menahannya menggigit dengan cara meletakkan senapan ke lehernya.

Mereka berguling-guling, berusaha mengalahkan satu sama lain. Tindakan tersebut membuat yang lain bingung untuk membidik, karena Naki sebentar-sebentar berada di atas dan sebentar-sebentar berada di bawah Scar.

Sampai akhirnya, Scar berhasil menahan Naki untuk membalik badannya. Ia mencekiknya, mendorongnya kuat-kuat, lalu bangkit dan menginjak lehernya dengan satu kaki, sebelum mengarahkan senjata ke kepala Naki.

Naki berangsur-angsur tenang, sesaat. Dia memberontak ganas, seakan meminta Scar untuk segera mengakhiri hidupnya, membuat Scar yang juga dimakan dendam akhirnya melesatkan peluru.

Dor!

Satu peluru menembus kepala.

Darah memercik ke senjata Scar dan juga tangan serta wajahnya.

Hal itu disaksikan oleh orang-orang, termasuk Annie, Axel, Harlie, dan Klaire yang mengerjap.

Setelah Naki sudah tak bernyawa, Scar pun melepas injakkannya. Ia menjauh dan terduduk, di depannya tepat dua orang terbaring dengan luka tembak di kepala.

Scar mengacak-acak rambutnya karena suasana hati yang berubah-ubah. Kemudian ia bangkit, menuju ke jasad Ryce, mengangkat dan menggendongnya, lalu pergi, meminta tim penyelamat untuk membantunya mencarikan peti dan sekop.

Ia akan menggali kuburan untuk Ryce. Dia ingin Ryce beristirahat dengan tenang dan tidak terbaring dengan si fanatik--Naki yang ada di sebelahnya.

Dibantu, ia menyuruh mereka untuk membawa peti dan sekop jika menemukannya.

Mereka berjalan beberapa kilometer untuk pergi ke pantai di mana tempat tinggal Ryce berdiri. Tak jauh dari rumahnya, terdapat kompleks permakaman yang isinya tidak terlalu banyak.

Dikawal helikopter di langit, Scar pun sampai. Terik matahari tidak membuatnya lelah menggendong Ryce dan berjalan dari kota ke pantai, dia justru mati rasa.

Scar membaringkan Ryce dan meraih sekop. Bersama Axel yang menawarkan diri untuk membantu, mereka menggali tanah.

Setelah tanah dengan ukuran persegi panjang tergali, barulah Scar memasukkan Ryce dalam peti. Ia dibantu tim penyelamat yang kemudian peti itu dikubur dengan tanah sampai permukaan menggunung.

Scar tak dapat mengucapkan apa-apa. Batinnya mati, apalagi lisannya.

Ia hanya memberi tanda kubur Ryce dengan sebuah bunga segar yang ditanam di sampingnya. Setelah itu, ia berdiri tanpa berkata-kata, sebelum salah satu tim penyelamat menepuk bahunya dan mengingatkan untuk berangkat.

"Sebentar lagi matahari akan terbenam. Kita harus berangkat," ujarnya.

Scar yang sebenarnya masih ingin berlama-lama, mengangguk. Ia pun membalik badan, meraih tali dan naik ke helikopter, lalu duduk dalam diam sambil memperhatikan Klaire yang tertidur pulas.

Scar tidak tahu dengan apakah kini ia menebus kesalahan kepada Ryce. Ia rasa dirinya tidak cocok menjadi ayah untuk Klaire.

Scar memikirkan masa depannya setelah kehilangan Ryce untuk yang selama-lamanya. Apakah ia akan bertahan tanpanya? Dengan kesalahan-kesalahan tak termaafkan dari masa lalunya?

Menuju ke peristirahatan surya, dua helikopter itu meninggalkan Naoderaty.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top