29. Ryce Marah
Naki membebaskan Ryce dan pergi ke antah-berantah. Ryce setuju dengan perkataannya dan akan pergi pagi-pagi buta. Ia akan membawa Klaire diam-diam. Ryce akan memastikan tidak ada yang mengetahui kalau ia pergi dari kelompok.
Ryce menghampiri Klaire yang duduk karena kelelahan. Beberapa waktu yang lalu, ia berlari ke sana-sini di halaman untuk mencari ibunya. Mata anak manis itu pun sudah berair dan terdengar isakan lirih dari mulutnya. Ia sangat takut kehilangan Ryce, Ryce tersenyum kecil dan duduk di sampingnya.
Klaire lantas memeluknya, lalu mengurainya dan kembali berlarian di halaman rumah. Ryce tidak sadar dari tadi dipandangi Scar yang baru bangun, dia merilekskan tubuhnya yang diterpa matahari sore.
Scar sudah bangun sejak tadi, bahkan cukup kaget saat melihat Klaire bermain-main di halaman rumah sendirian. Ia sempat mengintip ke luar karena ruang tempat ia mendengkur terduduk berdekatan dengan pintu utama. Mencari Ryce, Scar tidak menemukan batang hidungnya. Baru saja hendak bertanya kepada Annie--mungkin Ryce pergi ke toilet, Klaire duduk di anak tangga teras sebelum akhirnya Ryce datang dan duduk di sampingnya.
Scar bangkit. Ia menghampiri Ryce. Duduk di sebelahnya, lalu menoleh ke wajahnya. Kali ini, Scar merasakan aura aneh yang wanita itu pancarkan lewat mukanya.
Aura itu berbeda dari aura sebelumnya. Aura sebelumnya menyejukkan hati dan membuatnya tersenyum. Entah kenapa kali ini lain. Scar pun bertanya, "Kau tidak apa-apa?"
"Tidak," jawab Ryce, singkat.
Scar menyipitkan mata. Nada bicara Ryce berubah. Biasanya dia berkata dengan nada kecil penuh kesopanan. Sekarang nadanya berubah, terkesan membentak.
Namun, Scar tidak memedulikan. Mungkin Ryce banyak pikiran--memikirkan usul rujuknya--sehingga nada bicaranya seperti itu, pikirnya.
"Tadi kulihat Klaire bermain-main sendirian. Dia juga sempat mencarimu yang mendadak hilang," kata Scar. "Kau pergi ke mana?"
Ryce menjawab lagi dengan enggan. "Bukan urusanmu!"
Scar melebarkan mata. Tensi darahnya mendadak naik mendengar sahutan Ryce. Rasanya Scar tidak melakukan apa-apa kepadanya. Kenapa dia berkata ketus?
"Aku bertanya baik-baik," sahut Scar, berusaha merendahkan suara agar tidak menyakiti hati wanita itu. Jika dia sakit hati, maka rencana rujuknya akan gagal. Ia mulai mencintai Ryce dan ia tidak boleh menyakiti perasaannya.
"Bukan urusanku!"
Scar membuang napas. Melihat mantan istrinya berubah galak membuatnya terkekeh guna menormalkan tensi darah. Ia menarik pinggang Ryce ke badannya. Ryce sempat memekik dan mendorongnya, tidak mau dekat-dekat.
"Aku suka mendapatkan istri yang pemarah sepertimu." Scar mencolek hidung Ryce, membuat Ryce melipat tangan dan membuang muka.
Hal romantis nan menggelikan itu dilihat oleh Annie, kebetulan.
"Jangan ganggu aku!" pinta Ryce, tidak main-main. Namun, Scar masih menganggapnya bercanda.
"Aku akan tetap mengganggumu." Scar mengangkat tangan dan mengelus pipi Ryce, membuat wanita itu muak dan menepisnya kuat-kuat.
Tepisan yang mengenai tangan sempat membuat darah Scar naik lagi. Jika Ryce bercanda dan pura-pura marah, maka tepisannya tidak akan membuat tangannya memerah.
Menggantungkan tangan sejenak di udara membuat Annie yang tadinya tersenyum geli perlahan mengubah raut wajah. Ia takut kakaknya tersinggung karena tangannya ditepis, terlebih dia melihat kalau Ryce menepisnya cukup kuat.
"Baiklah, kau wanita yang galak." Scar masih mengangkat tangannya, lalu menurunkan dan memperbaiki duduknya. "Aku tidak akan menyesal mempunyai istri yang galak. Hanya saja, tadi itu sakit." Scar mengelus-elus tangannya.
Ryce diam.
Scar membuang napas. Ia mengarahkan wajahnya ke depan dan kembali bertanya, "Ada apa? Kau punya masalah?"
Ryce menggigit bibir. Dari tadi ia memikirkan masa lalunya. Dia diam dalam kemarahan. Ia sangat muak mendengar suara Scar.
"Kau tahu kenapa dia ingin rujuk denganmu? Karena dia ingin melakukan hal yang sama, yang telah terjadi saat kalian masih bersama, lalu menceraikanmu dan meninggalkanmu untuk wajib militer!"
Perkataan Naki membekas kuat dalam ingatannya. Karena perkataannya itu, hatinya terasa sakit terlebih mengenang masa lalu. Malam pertama menjadi istri, Ryce sudah diberikan penderitaan. Satu tahun kemudian, setelah ia melahirkan Klaire dan usianya mulai menginjak 3 bulan, Scar menceraikannya.
Pria itu sempat menamparnya, menyakitinya sehingga pernah suatu hari, ia merangkak ke rumah tetangga untuk meminta bantuan secara diam-diam. Namun, rencananya gagal saat Scar menariknya untuk kembali masuk ke dalam rumah dan disuruh untuk menenangkan Klaire yang menangis. Ryce menghampiri kasur kecil Klaire di bawah makian Scar kepadanya. Beberapa hari setelah itu, Scar datang dengan surat dari pengadilan, lalu mengemasi barang-barangnya di dalam rumah.
Scar pergi dengan baju lorengnya--baju yang paling Ryce benci. Akan tetapi, mengingat Klaire masih kecil dan tentunya nanti dia akan sangat menginginkan kasih sayang seorang ayah, maka Ryce memohon.
Permohonannya saat itu dikabulkan, satu-satunya permohonan yang dikabulkan Scar. Scar bersedia tetap mengunjungi Klaire, agar Klaire tidak menerima kenyataan pahit bahwa sebenarnya ayah dan ibunya telah berpisah.
Mata Ryce berair. Ia menahan tangis dan marah bersamaan.
Jika seandainya ia menolak permintaan ayah Scar, maka hidupnya pasti akan amat bahagia dengan orang lain yang tidak sekejam Scar.
"Ryce?" Menyadari Ryce diam cukup lama padahal pertanyaannya sudah terlempar, Scar menarik Ryce dari dunianya. Ryce berdecak, lalu berusaha menyembunyikan air matanya dan menjawab judes, "Bukan urusanmu."
Ryce adalah mantan perawat dan saat menjadi perawat, Scar sangat jarang melihat Ryce marah seperti sekarang. Jikalau dia sedang merasa marah, sedih, atau kecewa, dia langsung menangis di tempat, karena saat itu hatinya masih lembut dan tidak dikotori oleh makian.
Dan juga, jika Ryce menjawab sebuah pertanyaan dengan jawaban yang sama, itu berarti dia memiliki sebuah masalah. Scar ingin mengorek dan memaksanya untuk buka mulut, akan tetapi melihat mantan istrinya yang kelihatannya enggan untuk berbicara dengannya lagi, ia pun mengurungkan.
"Kau bisa mengatakannya kepadaku--atau yang lain tanpa sepengetahuanku--jika kau sudah siap. Jika itu berhubungan denganku, maka aku minta maaf," kata Scar, bangkit dan kembali meregangkan ototnya yang pegal.
Ryce tetap diam, membisu. Scar tidak ingin mengatakan apa-apa lagi, ia pun masuk kembali ke dalam rumah, meninggalkan Ryce dan Klaire yang masih berlarian.
"Ada apa, Scar?" Annie yang mengintip kebersamaan mereka lewat pintu menghentikan Scar yang ingin masuk. Scar melirik Ryce, lalu membuang napas dan menggeleng serta mengendikkan bahu.
"Kurasa dia sedang menghukumku," jawab Scar, yang walaupun sebelumnya memberikan isyarat kalau dia tidak tahu. Pandangannya kembali beralih kepada Ryce yang bergeming, menatap anaknya di bawah cahaya panas matahari.
"Menghukummu?" Annie tidak mengerti.
Scar berdecak. "Bukankah aku pernah dingin kepadanya?"
Annie sontak paham. Ia manggut-manggut.
"Aku tidak ingin menganggunya," sambung Scar. "Annie, jika dia mencurahkan isi hatinya kepadamu, kumohon beritahu aku! Aku akan memberikan solusi atas masalahnya."
"Dia ditimpa masalah?"
"Mungkin."
Annie tampak mempertimbangkan. "Aku merasa berkhianat. Bukankah tidak boleh menyebarkan curahan hati seseorang kepada orang lain?"
"Kumohon!" Scar memegang erat pundak Annie.
"Baiklah, baiklah."
Senyum merekah di bibir Scar sebelum ia memeluk adiknya yang mau diajak bekerjasama. Walaupun sebelumnya mereka berkomunikasi sambil berbisik, Ryce tetap dapat mendengarnya.
Ryce tersenyum miring sejenak, lalu memurungkan wajah lagi. Walaupun terbiasa mencurahkan isi hatinya kepada Annie, Ryce menahan diri. Ia sudah menduga kalau Scar akan meminta Annie agar memberitahu apa yang ia curahkan kepada adik iparnya itu. Ryce memutuskan untuk diam dan jangan memberitahu apa pun, sampai besok pagi-pagi.
***
Semua orang sibuk memakan makan malamnya. Scar masih menatap Ryce yang dingin kepadanya. Wanita itu sudah melakukannya lebih dari 5 jam. Ryce tidak pernah bertingkah dingin selama itu.
Bukan hanya Scar yang bingung, yang lain juga. Axel dan Annie beberapa kali meminta jawaban atas sikap Ryce yang mendadak berubah kepada Scar. Scar hanya menjawab tidak tahu, dengan pertanyaan lain terlempar kepada Annie. Scar sempat mandi untuk menyegarkan diri, biasanya di saat-saat seperti itu Ryce akan datang kepada Annie dan mencurahkan isi hatinya.
Annie menjawab kalau Ryce sama sekali tidak mengatakan apa pun kepada dirinya. Bahkan Annie bilang kalau walaupun dipancing untuk bersua, Ryce tidak mengatakan apa yang sedang ia rasakan. Itu membuat Scar gelisah, takut sang mantan istri marah kepadanya. Kemarahan tanpa sebab, biasanya kemarahan itu lama redanya.
Selesai makan malam, semua orang sibuk dengan pekerjaannya. Setelah mencuci piring, Ryce dan Annie bergabung dengan Scar, Axel, dan Harlie. Mereka menyambungkan protofon ke orang-orang yang tadi pagi menjemput mereka. Tersambung, mereka mengatakan kalau akan menjemput mereka saat sore karena pagi dan siangnya mereka membantu rekannya yang juga bekerja menyelamatkan orang.
Setelah protofon mati, barulah Scar bangkit dan mencari kain serta tongkat. Menemukan kain, Scar mendadak lelah mencari dan bergabung kembali.
Terjadi perbincangan hangat di antara mereka semua. Sama seperti tadi, Ryce tetap bersikap dingin.
Scar meraih tangan Ryce dan menggenggamnya. Ia harap genggamannya dapat membuat hati Ryce luluh dan dia mengatakan apa yang sedang ia rasakan.
Namun, Ryce segera menarik tangannya dan beringsut menjauh dari Scar. Napasnya mulai tidak beraturan, bak banteng melihat kain besar berwarna merah.
"Aku tahu kau sedang marah kepadaku. Tapi, aku tidak tahu di mana kesalahanku dan aku ingin kau mengatakannya supaya nanti aku tidak mengulanginya," pinta Scar, dia memohon kembali. Diraihnya tangan Ryce lagi, dan Ryce menariknya kembali.
"Ryce, apa salahku? Kau tidak mau rujuk denganku?" Yang lain saling pandang, tidak ingin ikut campur karena urusan itu hanya Ryce dan Scar yang dapat menyelesaikannya.
"Tidak mengapa jika kau tidak mau. Aku akan menjadi mantan suami yang baik untukmu, tidak seperti dulu." Mata Ryce berair lagi, ia menahan kemarahannya kembali.
"Katakan kepadaku. Aku tidak akan-"
"Bukan urusanmu!"
Suara melengking dari Ryce terdengar, membuat keheningan tercipta dan Klaire beringsut menjauh dari ibunya.
"Kau .... Kau licik!" Ryce pun mengarahkan netra tajamnya yang sudah basah kepada Scar.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top