25. Gregory yang Malang

Perut-perut yang lapar itu sudah terisi. Saatnya mencari Adam dan membawanya untuk diselamatkan. Beberapa saat setelah Scar meninggalkan Ryce, protofonnya berbisik-bisik. Scar langsung meraih, menekan tombol di samping, lalu menyahut dan mendapatkan informasi kapan dan di mana helikopter-helikopter dari negara itu mendarat di Naoderaty.

Scar bergegas membangunkan yang lain, kecuali Klaire. Ryce-lah yang membangunkannya dengan lembut, walaupun sempat disambut erangan dan tangisan tidak mau karena Klaire masih mengantuk.

Anak itu ditenangkan dengan cemilan biskuitnya. Tangisannya tadi berhasil menjadi alarm dan semua orang yang tadinya menoleh untuk bangun bangkit dengan wajah malas.

"Kita harus mencari Adam."

Beberapa merespons dengan menguap, lalu mengangguk. Mereka memaksa membuka mata sebelum mencicipi beberapa roti keras yang dicuri kemarin.

Setelah selesai, mereka membasuh dan meminum air dari botol mineral. Merapikan tempat, mereka bersiap dengan beberapa senjata yang telah Scar temukan saat semua orang sedang berkemas.

Semua senjata yang mereka pegang merupakan tongkat besi berkarat. Scar menemukannya di gang sebelah, rupanya ada proyek tak terselesaikan di sana.

Keluar dari tempat di mana mereka bermalam dua malam, mereka mengambil arah ke selatan. Scar berpikir sejenak dan membayangkan di mana keberadaan Adam setelah terakhir memberi informasi kepadanya. Dia berada di sebuah tempat di mana matahari terbit berada di kanan pulau, bukan di kiri.

Scar terus menuju ke selatan sembari mengikuti arah matahari yang menjadi kompasnya. Beberapa kali ia dan yang lain menemukan mayat hidup dan berhasil menghindar darinya tanpa ketahuan.

Klaire yang lelah digendong terus menerus memaksa turun dan berjalan sambil mengenggam tangan ibunya. Ryce tidak ada pilihan lain, padahal Scar lebih menyarankan agar ia menggendong Klaire daripada membiarkannya menapak tanah, agar nanti saat ada mayat hidup mengejar ia hanya tinggal berlari.

Akhirnya, mereka sampai di sisi lain pulau. Di jalan yang sedang mereka tapaki, tertulis di sebuah papan kalau jalan itu bernama Little Paris.

Annie dan Axel yang sejenak membacanya langsung melihat ke rumah-rumah yang ada di jalan itu. Semuanya khas Eropa, membuat mereka mengangguk-angguk bak burung perkutut setelah tahu kenapa nama jalannya Little Paris.

Scar sempat berdecak karena Adam tidak menjabarkan kalau dia berada di jalan di mana banyak rumah berbudaya Eropa berdiri. Ia masih agak mengingat semua jalan dan ciri khasnya di Naoderaty, termasuk Little Paris ini.

Berjalan beberapa meter ke depan, Scar menemukan sebuah protofon. Protofon itu terletak di depan sebuah rumah warga yang dipagari pagar kayu bebercak darah.

Diambil, lalu diusap. Ia menyambungkan protofonnya ke protofon Adam dan kaget saat tahu suara khas ada sambungan tersambung ke sana.

Protofon, walaupun difungsikan sebagai sambungan tim--orang-orang bisa mendengar percakapan lebih dari dua orang, terkadang dia tidak bisa menyambungkan ke yang lain. Protofon milik Scar adalah protofonyang dapat tersambung ke protofon orang lain, tetapi bukan berarti tidak ada perbedaan saat menyambung kepada Adam.

Suara berbisik lemah terdengar, protofon jtu baru saja kemasukan air. Padahal tadi malam tidak hujan. Scar menggoyang-goyangkannya agar cairannya keluar dari benda mungil itu dan ia dapat segera menyelidikinya

"Adam meninggalkan walkie-talkie-nya," kata Scar, berbalik untuk menghadap Harlie, Liam, dan Gregory. "Kurasa pria itu sedang dalam bahaya."

Harlie dengan mata bundarnya menutup mulut. "Aku benci jika kau mengatakan kalau komandan sedang-"

"Ada sesuatu terjadi kepadanya." Tak ingin mendengar ocehan Harlie, ia memeriksa kembali protofon dan menemukan bekas lecet di salah satu sisi. "Dilempar atau dijatuhkan secara sengaja, lecetnya seharusnya lebih parah dari ini. Benda itu jatuh dari genggaman entah kenapa. Ada sesuatu yang tidak beres."

Scar mendongak, mencari suatu hal yang dapat membuatnya mengetahui ada Adam di sekitarnya. Beberapa saat mencari, ia menemukan benda kecil berjenis tabung. Scar langsung mengambilnya karena itu adalah suntikan.

"Suntikannya kosong. Penekannya mencapai titik maksimum," ujarnya, dihampiri oleh Axel yang lantas merebutnya--seperti biasa.

"Kode lama di kelas kimiaku waktu masih sekolah menengah. Jika penekannya maksimum, itu berarti  seseorang sedang menyuntik sesuatu yang besar," katanya sambil mengarahkan suntikan ke cahaya matahari.

Scar mendadak gelisah. Entah kenapa ia berpikir kalau Adam telah disuntik oleh .... Suntikan familier dengan Naki.

"Apakah Naki berhasil mendahului kita?"

Liam, Gregory, Annie, Ryce, Axel, dan juga Harlie terbelalak di tempat.

"Apa maksudmu?" tanya Annie yang tak sadar dirinya mulai gemetar.

"Naki menjadikan Nana zombie untuk membunuh kita semua lewat suntikan di koper Nana. Lelaki itu berhasil lolos karena kabur sebelum Nana berubah." Scar bangkit. "Adam berpisah dari kita, dia bilang kalau Steve dan Rico sudah gugur dan ia sendirian. Dia mengatakan kalau dirinya merasa diawasi, diawasi oleh Naki. Itu berarti ...."

Scar menguatkan genggamannya ke suntikan tadi sampai-sampai buku jarinya kembalj memutih. "Naki menyuntik Adam dan membawanya entah ke mana."

Semua orang terkesiap. Mata mereka melebar. Scar mengerang, ia sangat ingin menghajar sampai mati Naki karena perbuatannya. Ia harus mendapatkannya.

"Uwa! Mama, tutu!" Klaire dengan suara cadelnya, menunjuk ke sebuah arah dengan senyum merekah di bibirnya. Semua orang mengikuti arah tunjuknya, lalu menemukan seseorang berjalan terseok dari tikungan.

Yang lain mulanya tidak mengenal siapa dia. Sampai Scar mengatakan kalau itu adalah Adam, terlihat dari postur tubuhnya yang kekar.

Bukan hanya dari postur, melainkan dari rambutnya yang keriting dan beberapa memutih. Pria itu berjalan terseok-seok, mendongakkan kepala saat melihat keributan kecil di depannya, memperlihatkan mulutnya yang dipenuhi darah, membuat Scar menyuruh untuk mundur dengan sangat perlahan.

Pergerakan mereka harus halus sampai dia tidak melihat mereka lagi dipandangannya. Adam telah berubah, lagi-lagi mereka berpikir kalau Naki-lah dalangnya. Berjalan mundur, Scar menyiapkan senjatanya. Mulanya ia tidak ingin menembak Adam karena dia adalah atasannya, tetapi apa boleh dibuat.

Namun, baru saja hendak mundur beberapa langkah lagi. Suara bising dari burung besi yang mendekat terdengar. Beberapa saat kemudian, suara ledakan peluru bergema di langit. Senapan berpeluru dan berkecepatan menembak 30 kilometer per jam itu menembak Adam sampai tewas.

Melihat beberapa orang di depan Adam yang kelihatannya selamat, helikopter itu pun mendarat di tengah jalan. Kali ini helikopter mereka berbeda dengan helikopter sebelumnya, lebih aman dan lebih banyak memiliki senjata.

Rambut orang-orang melayang-layang diterpa angin baling-baling. Seseorang baru saja menyuruh mereka untuk masuk segera ke dalam helikopter sebelum terdengar derap langkah keras yang berhasil mengalahkan kebisingan mesin.

Di belakang helikopter, seratus atau lebih mayat hidup berlari. Bising helikopter memancing mereka keluar dari persembunyian, membuat Scar dan yang lain lantas berlari dan meninggalkan helikopter yang semulanya ingin dinaiki itu.

Orang yang tadi meneriaki mereka melawan dengan senjata berpeluru berlusin-lusin itu. 10 peluru ditembakkan dalam waktu satu detik, beberapa mengenai sasaran dan beberapa tidak.

Namun, perjuangannya tidak membuahkan hasil karena jumlah mereka yang lebih dari ekspetasinya. Ia pun digigit, dibunuh, bersama rekannya yang tadi mengendalikan helikopter.

Scar dan yang lain masih berlari, memacu lebih cepat tungkai untuk bergerak dan membiarkan dada sakit akibat jantung yang berdegup. Karenanya, Gregory yang tua tersandung karena tidak kuat berlari lagi. Baru saja Liam hendak menghampirinya, sekumpulan mayat hidup yang berhasil menyusul mereka muncul dari tikungan jalan.

Liam tidak mau pergi, ia ingin membantu ayahnya. Akan tetapi Ryce dan Scar memaksa, dia akan terbunuh jika membantu ayahnya.

Mereka yang memaksanya pun terpaksa melakukannya. Mereka harus tetap bersama sampai mendapat bantuan.

Gregory yang mulanya meminta tolong, mengerang kesakitan dengan suara paraunya yang menyayat hati. Kematiannya tepat terjadi di depan anaknya sendiri, di mana Liam ditarik untuk menjauh dari sana.

Scar berbelok dan masuk ke gang sempit dan mencari jalan keluar layaknya tikus. Sekumpulan mayat hidup tak berotak itu berebut masuk dan menyebabkan mereka tidak dapat masuk karena saking menghinpit.

Setelah menemukan jalan aman, barulah mereka kembali berlari. Setelah itu, mereka berhenti untuk menormalkan detak jantung.

"Ayah!!" Liam mengerang tidak terima. Ia terduduk. Air matanya jatuh ke bawa. Ia kehilangan satu-satunya orang yang paling disayanginya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top