23. Ada yang Selamat Selain Kita
"Aku lapar."
Axel mengeluh sambil memegang perutnya. Kemarin, saat makan malam, ia hanya memakan sedikit makanan dan ia mengira akan ada makan pagi lagi di hotel.
Klaire menggeram, ia menarik-narik lengan baju Ryce. Ia juga merasakan hal yang sama. Ryce menoleh kepada Scar, Liam, dan Harlie, memohon lewat tatapannya agar pergi mencarikan mereka makanan.
Liam sudah mengatakan kalau mereka harus mencari makanan sebelum pagi tiba. Akan tetapi, Scar menunda untuk memeriksa senapannya karena mendadak ada bunyi aneh di dalamnya.
"Kami akan pergi sebentar lagi." Scar menjawab pertanyaan Ryce dengan wajah malas. Ia tahu apa yang mereka semua inginkan dan kesal karena mereka tidak sabaran.
"Cepatlah kalau begitu!" pinta Ryce. Ia tidak terlalu memedulikan perutnya yang keroncongan. Akan tetapi, ia takut anaknya kelaparan dan sakit perut akibatnya.
Scar pun menoleh ke kanan di mana jalan kecil yang berada di belakang lemari usang berada. Ia lalu menoleh lagi kepada Liam dan Harlie sebelum mengajaknya untuk ikut.
"Hati-hati, Kakak!" Annie memprioritaskan ucapan yang itu daripada yang lain. "Jika seandainya ada bahaya, bawa mereka ke tempat lain! Jangan ke sini!"
Scar dan yang lain sontak menoleh dan menatap tajam Annie. Annie beringsut, bersembunyi di belakang Ryce dan ter-haha-hihi kecil sebelum mengiringi kepergian Scar dengan lambaian.
Setelah itu, yang tersisa duduk bersama Klaire. Klaire sendiri bersandar ke tubuh ibunya sambil memegangi perut dengan ekspresi lapar.
Seperti biasa, kota sepi. Tidak ada satupun makhluk hidup ataupun makhluk mati yang pura-pura hidup terlihat di depan mata.
Liam sempat berhenti saat melihat besi panjang tajam yang berada di jalanan. Ia memunggutnya dan melihat ketajamannya sebelum tersenyum dan membawanya.
Berjalan beberapa meter, akhirnya mereka menemukan toko makanan yang berada di sebuah ruko. Pintu besi terlipat minimarket itu terbuka dan darah menghiasi kacanya.
Scar dan dua temannya masuk ke sana dengan hati-hati. Mereka sempat mengarahkan senjata ke atas pintu di mana ada lonceng di sana--biasanya dipasang agar pemilik toko tahu ada pelanggan.
Di dalam sana, beberapa jasad manusia tergeletak. Tubuh mereka sudah terkoyak dan membuat Harlie yang lapar hendak muntah.
Barang-barang berantakan, toko itu mirip kapal pecah. Scar yang tidak peduli mulai pergi ke rak-rak toko dan mencari makanan yang dapat mereka makan sampai besok--Scar baru teringat tentang perintah dari pusat militer.
Scar dibantu oleh Liam dan juga Harlie. Harlie memegangi kantong plastik besar, sedangkan lainnya mengambil makanan dari rak. Beberapa kali ia ingin muntah karena mencium bau anyir. Ia benar-benar menyiksa dirinya sendiri, sampai akhirnya memutuskan untuk ke luar ruangan guna menghirup oksigen.
Liam pun menggantikannya.
Harlie menghirup oksigen dengan rakus dan tersenyum setelahnya. Ia pun berdiri di luar toko sambil bersenandung kecil menghibur diri.
Dua tangannya masuk ke dalam kantong. Ia berjinjit-jinjit mengikuti nada dari siulannya sebelum berhenti melihat sesuatu di depannya.
"Kurasa ini sudah cukup." Liam memperhatikan kantong plastik sedari tadi, lalu berkomentar saat melihat kalau isinya sudah setengah.
"Sebentar! Masih ada beberapa yang harus kita bawa," sahut Scar, membuat Liam mendengkus.
"Cepatlah! Aku lelah mengangkat plastik ini," suruh Liam.
"Jika kau tahu itu melelahkan, kenapa kau malah terus-menerus mengangkatnya? Kau bisa meletakkannya di lantai."
Mood Liam seketika memburuk. Ia meletakkan plastik ke atas lantai dan melipat lengan sembari menyandarkan badan.
Baru saja hendak bersandar, Liam menegakkan tubuhnya lagi. Terdengar derap langkah dari depan dan ternyata Harlie-lah yang memiliki.
Ia mendorong Liam dan Scar untuk bersembunyi. Scar yang sibuk melihat tanggal kedaluwarsa makanan kaget dan menahan Harlie.
"Ada apa?" tanyanya kesal.
"Kita harus bersembunyi. Ada zombie di depan toko!" jawab Harlie, panik.
Scar terbelalak. Ia memberikan makanan kaleng yang semula berada di tangannya kepada Liam dan menyiapkan senapannya.
Harlie meraih kantong plastik dan menyuruh Liam untuk memasukkan makanan ke dalam sana. Ia dan Liam lalu mengekori Scar yang membidik ke depan di mana terlihat sesosok mayat hidup berdiri.
Dor!
Tembakannya tepat sasaran. Suara itu membuat mayat hidup lain menghampiri rekannya yang jatuh terduduk sebelum telungkup. Scar mundur, lalu mengambil jalan lain di mana para makhluk itu tidak dapat menemukannya. Ia menyuruh Liam dan Harlie untuk mengikutinya.
Mereka berjalan pelan menuju pintu keluar. Perkumpulan para mayat hidup itu berada tak jauh di depan mereka. Scar meraih kenop pintu dan membukanya. Suara gemerincing dari lonceng membuat Liam menepuk jidat.
Suara itu mengalihkan para mayat hidup. Mereka pun berlari melihat 'makan siang'. Scar menarik tangan Liam dan Harlie untuk keluar dari toko. Scar berhasil selamat sekali lagi dan mengunci pintu dari luar dengan besi panjang milik Liam.
Mereka langsung berlari, takut kalau kuncian besi itu tidak dapat menahan selama yang mereka inginkan. Harlie menggendong makanannya dan berlari bersama ke tempat asal.
Syukurlah mereka berhasil pulang dengan selamat. Saat ditanya kenapa mereka ngos-ngosan, Scar menjawab kalau ia dan yang lain dikejar.
Setelah itu, orang-orang beralih ke makanan. Mereka menyantapnya bersama dan Klaire serta Axel tersenyum lebar merasakan perut mereka terisi.
***
Scar baru teringat dengan perasaannya yang ingin rujuk. Ia ingin bersama Ryce lagi dan membentuk keluarga kembali. Ayahnya ternyata menjodohkannya dengan gadis yang tepat, tidak seperti kekasihnya di Mississippi. Kekasihnya itu sudah menguras habis tabungannya untuk pacar barunya yang terlihat lebih kaya darinya.
Scar hendak menyatakan perasaannya, tetapi tidak tahu kapan. Tempat yang ia dan yang lain tempati merupakan tempat terbuka dan tidak ada satupun ruangan yang dapat digunakannya untuk berbicara bersama Ryce.
Sampai akhirnya, Scar yang ingin bersandar terkejut merasakan dinginnya sebuah besi. Ia pun membalik badan dan menemukan sebuah tangga darurat yang tangganya mencapai rooftop sebuah apartemen.
"Aku mendapatkan tempatnya."
Sedangkan Ryce menahan kantuk karena kekenyangan. Kepalanya ditopang kepalan tangan yang bertumpu pada paha yang bersila rapi.
Klaire masih memakan cemilannya, duduk di antara Ryce dan Annie. Axel menikmati sekaleng sodanya sebelum berdecak senang dan membuangnya ke sebuah tong berisikan sampah.
Liam dan Gregory mengipas diri karena hari sedang sangat panas.
Harlie hanya duduk dan memainkan protofonnya sekaligus memeriksa apakah masih berfungsi.
Sampai akhirnya benda itu berbunyi.
"Ini Adam, ganti."
Semua orang menoleh bersamaan ke arah protofon Harlie. Harlie segera menyahut sambung. "Di sini Harlie, ganti."
"Harlie, aku selamat!"
Mata semua orang berbinar senang. "Anda di mana sekarang?" tanya Harlie.
"A-Aku tidak tahu. Aku berada di jalan di mana ada pagar kawat di sampingnya."
"Pagar kawat?" Scar memiringkan kepala. Ia memikirkan jalan Manborough tempat di mana ia menemukan Liam dan Gregory. Di samping jalan itu ada pagar kawat yang hari itu dilaluinya.
Scar bangkit dan izin merebut protofon. "Coba lihat matahari! Dia condong ke kiri atau ke kanan?"
Hari baru saja beranjak pagi, oleh karena itu Scar bertanya. Jika Adam menjawab kalau matahari terlihat condong ke kiri, itu berarti dia berada di jalan Manborough. Dan sebaliknya, jika dia menjawab condong ke barat, itu berarti dia berada di sisi lain pulau.
"Kanan. Aduh, mataku!" jawab Adam, membuat Scar putus harapan.
"Kami tidak bisa menyusulmu ke sana sekarang," sahut Scar. "Anda bisa mencari tempat sembunyi, 'kan? Maka bersembunyi beberapa jam dan carilah makanan jika berani."
Terdengar dengkusan tidak terima di seberang protofon. "Aku takut, Scar. Rico dan Steve sudah menjadi zombie dan aku takut menjadi yang selanjutnya."
Scar melebarkan mata, tak terkecuali Harlie.
"Tenangkan diri Anda! Kita akan baik-baik saja sampai bantuan dari pusat datang besok."
"Tunggu, ada bantuan besok?"
"Ya."
Adam menghela napas.
"Aku akan memberitahumu di titik-titik mana saja bantuan dari pusat berupa helikopter itu datang. Kau harus tetap hidup sampai besok, Anda mengerti?" suruh Scar.
"Mengerti!"
"Tapi, Scar, aku masih takut. Aku merasa diawasi," keluh Adam, membuat Scar berdecak dengan Axel yang berpikir.
"Apakah Anda bisa ke sini?" tanya Scar.
"Kau gila? Aku saja tidak tahu di mana kau berada," sahut Adam.
"Untuk itulah jangan banyak mengeluh, Pak." Scar berucap tanpa merasa berdosa. "Carilah tempat berlindung dan besok aku akan mencarimu sekaligus membawamu ke titik-titik pendaratan helikopter."
"Huh! Baiklah."
Hening. Sepertinya Adam tidak ingin berbicara lagi. Scar memberikan protofon itu kepada Harlie dan dia mengambilnya. Tepat setelah itu, Axel membuka mulutnya.
"Tadi Adam bilang kalau dia merasa diawasi," katanya.
"Mungkin hanya halusinasinya saja," sahut Scar.
"Kurasa tidak Scar," sergah Axel. "Naki juga ikut-ikutan selamat dan dia tidak bersama kita."
Scar merutuki diri karena baru menyadari hal tersebut. "Apakah Adam akan menjadi yang selanjutnya?"
Annie memukul bahunya, sementara dia duduk tepat di sampingnya. "Jangan macam-macam, Kakak. Kami tidak suka." Ia memalingkan wajah setelahnya dan memakan makanannya.
Scar pun diam, dia tidak ingin mendapat omelan dari adiknya. Ia hanya mengkhawatirkan atasannya itu, yang walaupun dibencinya selama berada di akademi, nyatanya dia adalah orang yang baik.
Sedangkan di waktu yang sama, Adam tercekik dengan protofon jatuh tak jauh di depannya. Yang mencekik tak lain dan tak bukan adalah Naki yang tersenyum senang.
"Aku kembali mendapatkan mangsa," katanya, lalu tertawa sambil mengeluarkan suntikannya.
"Tidak! Lepaskan aku! Aku akan memberikan dan menjadi apapun yang kau mau asalkan kau tidak menjadikanku zombie." Adam memohon sambil menangis, tetapi Naki dengan mata birunya yang gelap itu tersenyum semakin lebar.
"Permohonanmu belum cukup untuk membuatku melupakan masa lalu, Adam," sahut Naki, menusukkan jarum suntik ke leher Adam.
Adam berteriak, sedangkan Naki kembali melanjutkan perkataannya. "Semua orang harus mati. Ya! Mati. Dan mereka harus membunuh orang lain dalam keadaan mati." Naki menekan penekan dan memasukkan cairan berbuih berwarna hijau ke tubuh Adam.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top