20. Naki
Ryce termenung sejenak, duduk di samping putrinya yang sedang tidur siang. Pikirannya mulai macam-macam, bahwa Naki yang menciptakan virus itu--dia juga tahu kalau sebenarnya pemimpinnya yang melakukannya. Terlebih Nana bilang kalau ia dan Naki adalah sebuah rekan. Nana telah menginfeksi satu dengan suntikannya. Tidak mungkin jika dia tidak melakukannya.
Nana sendiri bilang, kalau rekannya yang tersebar di penjuru kota sudah menginfeksi sedikitnya satu orang. Katanya, semakin cepat Naoderaty hancur, maka semakin besar uang yang diberi sang pemimpin.
Karena perkataannya itu, Nana hampir dibunuh oleh Rico. Baginya tindakan itu sudah sejenis tindakan teroris dan mereka harus dipenjarakan secepat mungkin.
Namun, mengingat kalau gadis muda itu tahu banyak tentang seluk-beluk virus yang sedang menguasai kota, Rico pun batal menembaknya. Akibatnya, Klaire yang ketakutan dengan senjata menangis keras, membuat Ryce segera menenangkannya yang sebelumnya bersama bersama Axel, lalu berakhir mengantuk dan anak itu tertidur.
Karena Ryce kenal dengan Naki, maka Scar dan Rico bertanya di mana lelaki itu berada selama ini. Nana menjawab kalau dia berada di sebuah rumah yang terletak di tengah-tengah tumpukan sampah.
Scar langsung mengetahui di mana tempat itu. Tempat di mana Ryce mengintip sebuah laboratorium dan laboratorium itu pasti milik lelaki itu.
"Namun, jika ada ponselnya di dalam koperku, itu berarti dia tidak ada di sana," kata Nana, mengingatkan. "Menyimpan ponsel di koper orang merupakan pertanda kalau dia ingin bertamu, entah besok maupun lusa."
Scar dan Rico saling pandang.
"Jika dia tahu kalau kami membawamu dan kopermu ke sini, apakah dia tidak jadi bertamu?" tanya Scar. "Mendadak aku penasaran dengannya."
"Tergantung dirinya. Jika urusannya penting, maka dia akan bertamu. Jika tidak, dia bisa menunda sampai satu bulan lamanya," jawab Nana.
Scar membuang napas. Ia pun membatalkan rencana hendak pergi ke laboratorium untuk mencari Naki.
"Tapi, tunggu dulu." Tepat Adam dan Steve selesai membereskan isi koper yang telah diselidiki, Rico menyambung percakapan. "Sebelum kami menemukanmu, apakah ada ponsel Naki di dalam kopermu?"
Nana terdiam untuk sesaat. Ia menggeleng kemudian.
"Artinya dia meletakkan ponselnya di dalam koper setelah Nana pergi," sambung Rico, membuat Scar menyadari apa maksud dari perkataan rekannya itu.
"Itu berarti dia belum jauh!" sahutnya girang. Ia segera mengambil senjatanya dan pergi ke luar dengan berlari.
"Scar, tunggu aku!" teriak Rico, segera menyusul Scar untuk menemaninya.
"Hati-hati!" teriak Adam dari kejauhan, lalu menggeleng-gelengkan kepala. Para bawahannya benar-benar sangat antusias untuk membawa Naki ke hotel--entah bisa atau tidak karena tidak ada yang tahu Naki berada di mana.
Ryce sedari tadi hanya memperhatikan teman-temannya yang sama-sama selamat berbincang bergantian dengan Nana. Gadis itu memang memikat untuk diajak berbicara karena kepolosan dan kejujurannya. Dia mengatakan semuanya seakan-akan dia adalah makhluk suci yang tidak pernah berbohong. Ryce bukannya berburuk sangka, tetapi ada benarnya perkataan Rico sebelum Nana menjelaskan siapa pemilik ponsel hitam itu; Nana gadis yang licik.
Ryce menyimpulkan begitu setelah melihat fotonya bersama Naki. Mereka benar-benar dekat, mungkin sedang berpasangan satu sama lain. Ryce juga curiga dengan Naki. Ponsel itu adalah milik Naki, artinya pesan yang bersifat mengorbankan itu diketik olehnya juga.
"Jangan-jangan ...." Ryce mendapatkan sesuatu.
"Kak Ryce, ingin bergabung dengan kami?" tanya Annie dari meja makan, membuat Ryce mendongak dan menatapnya gelagapan. "Dari tadi kau hanya termenung dan tatapanmu kosong. Kau bisa duduk di sebelahku, berbincang dengan Nana sembari menjaga anakmu."
"Kurasa aku di sini saja," tolak Ryce, halus. "Klaire tidak bisa jauh-jauh dari ibunya," sambungnya, membuat Annie mengibaskan tangan dan menyahut, "Terserah.".
Setelah itu, Ryce termenung lagi. Sejenak ia melirik Nana yang kelihatannya sudah mulai curiga kepadanya. Ryce tidak menanggapi, dia balik menatap gadis itu dengan tatapan berani. Ryce tidak pernah membenci orang sama sekali, entah kenapa melihat Nana menatapnya membuat kebencian hadir di hatinya.
***
Berjalan beriringan. Scar dan Rico mencari Naki di semua tempat. Jika diperkirakan, Naki baru pergi dari hotel beberapa menit yang lalu. Jika dia pergi sambil berlari, seharusnya Scar dan Rico sudah menemukannya di jalanan. Jika dia pergi dengan berjalan, maka sudah sedari tadi mereka pulang dengan hasil yang memuaskan. Rico sempat mengeluh akibatnya. Ia kesal, kepada dirinya yang mungkin salah perhitungan jarak dan kepada Scar yang terlambat mengerti. Sempat terjadi peraduan mulut di antara mereka, tetapi karena Scar tahu tipe seperti apa Rico, maka dia akhirnya mengalah.
Scar meraih tong sampah yang terbuat dari metal dan menjauhkannya dari pintu gang. Ia akan masuk ke sana dan menyuruh Rico untuk menjaganya di belakang. Karena sedang kesal, Rico sempat menolak dan ingin ikut dengan Scar. Namun, Scar menolak dan menyuruh Rico untuk menjaganya dengan intonasi tegas dan akhirnya Rico pun menurut.
Scar masuk ke sana. Sebenarnya tidak ada hal yang membuatnya ingin masuk ke sana kecuali saat tadi dia mendengar bunyi kayu yang diinjak. Scar memiliki telinga yang tajam, lantas dia menjenguk gang sempit yang ada di sampingnya. Scar tertarik untuk masuk ke sana dan akhirnya ia memberitahu Rico.
Scar tidak berharap akan ada seseorang di dalam gang temaram itu. Jika Naki bersembunyi di sana, dia menantang maut. Sama halnya jika ada mayat hidup di sana, Scar mencari mati. Setelah sampai ke ujung gang yang ternyata buntu, Scar pun berbalik untuk kembali.
Scar memang memiliki pendengaran yang tajam, akan tetapi penglihatannya tidak. Pria itu tidak melihat seorang lelaki bersembunyi di temaramnya gang. Dia meringkuk di ujung gang, di depan tembok bata yang membuatnya tak dapat dilihat. Setelah Scar berbalik, dia bangkit dengan tangan memegang suntikan berisi dan melayangkannya ke leher Scar.
Kelebihan Scar digunakan. Pria itu mendengar pergerakannya. Ia memutar tubuh dan menahan tangan seseorang. Ia mencabut benda yang digenggam tangan tersebut, tidak peduli apakah itu benda tajam atau bukan.
Sesaat Scar menebak apa yang ia pegang. Berbahan plastik dan berbentuk tabung. Terasa berisi dan ada bunyi airnya. Scar rasa itu adalah suntikan.
Scar menarik tangan orang yang ingin berniat jahat kepadanya itu dan memelintirnya. Ia mendudukkannya dan membaringkannya dalam keadaan telungkup sambil berteriak memanggil Rico.
Rico yang kaget segera masuk ke dalam gang dengan senter di senapan yang dinyalakan. Ia sampai ke tempat Scar dan terbelalak melihat Scar sibuk membekuk seseorang di bawahnya yang sedang memberontak.
Rico pun membantu Scar untuk menahan lelaki itu. Ia mengarahkan moncong senjatanya ke bokong pria itu. "Diam atau kau kutembak." Scar sempat ingin tertawa karena sasaran Rico. Hanya saja, jika dia tertawa, maka lawannya tidak jadi melemah dan malah akan bertambah kuat.
Pemberontakan berangsur berakhir dengan napas lawan yang tersengal. Scar mengulurkan tangan untuk melihat wajah lawan yang dihalangi poninya. Berhasil menyibak, Scar kaget. Ia tidak akan menyangka kalau yang menyerangnya adalah Naki.
"Bantu aku, Rico!"
***
Ryce berbaring, tertidur bersama Klaire. Beberapa menit tanpa aktivitas membuatnya bosan dan menguap sampai akhirnya memejamkan mata. Yang lain masih sibuk mengerjakan tugas mereka, seperti Annie dan Axel yang menyiapkan makan siang. Saat ingin melihat persediaan makanan, ternyata makanannya sudah hampir habis dan Axel melapor kepada Adam.
Adam pun memberitahu Steve dan Harlie untuk pergi ke minimarket di bawah untuk mengambil bahan makanan. Mereka langsung ke sana dan kembali dengan beberapa kertas plastik besar yang berisi bahan makanan.
Namun, mereka kembali dengan langkah tergopoh-gopoh dan keringat bercucuran di wajah. Mereka memasang raut tidak percaya dan menunjuk-nunjuk ke bawah seakan-akan ada sesuatu yang mereka lihat di sana.
"Komandan, Pak Scar dan Pak Rico membawa seseorang," lapor Steve, lalu mengatur napasnya yang ngos-ngosan.
Adam melebarkan mata. "Apakah itu Naki?"
"Mungkin," jawab Harlie.
Adam segera menerobos mereka dan keluar. Ia ingin melihat lebih jelas dan terhenti karena Scar, Rico, dan lelaki yang memungkinkan Naki itu berada di depannya.
Mereka berjalan bersama dengan tangan Naki yang dipegang erat-erat dengan sebuah suntikan di tangan kanan Scar. Adam melebarkan mata, ia mendekati mereka dan mereka bertiga berhenti.
"Adam, aku menemukan Naki," lapor Scar, membuat Adam semakin terbelalak.
"Bagaimana bisa kalian-"
"Dia tidak pandai bersembunyi," potong Scar, "Permisi. Aku harus masuk untuk mengamankannya."
Adam memiringkan tubuh dan mempersilakan mereka bertiga untuk lewat. Setelah melewatinya, ia pun menyusul masuk dan melihat Nana bangkit dari duduknya.
"Naki," panggilnya pelan. Ternyata benar kalau lelaki itu adalah Naki. Semua orang terbelakak. Scar dan Rico akhirnya berhasil menemukan Naki.
"Di mana kalian menemukannya?" Nana mendekati Naki dan memeriksa keadaannya.
"Beberapa meter dari sini, gang sempit dan buntu," jawab Scar sembari menatap Rico dengan tatapan bersyarat. Genggaman mereka di lengan Rico pun terlepas.
"Syukurlah kau tidak apa-apa." Nana meraih kepala Naki dan memeriksanya, takut ada luka.
"Aku baik-baik saja, Nana," bisik Naki, menatap semua orang yang juga menatapnya penasaran. "Siapa mereka?"
"Mereka orang yang menyelamatkanku. Mereka bisa membantu kita untuk keluar dari pekerjaan kita," jawab Nana, antusias.
Naki menoleh kepada Scar, memperhatikan bentuk tubuhnya. Kemudian ia melihat yang lain, beberapa memiliki badan kekar dan tinggi.
"Tentara?" tanya Naki, tidak suka.
Nana menggigit bibir, lalu mengangguk. "Tidak masalah, bukan?"
"Pemimpin akan marah mengetahui kalau kita bersama tentara!" sahut Naki.
"Memang kenapa kalau bersama kami? Kalian akan dibunuh?" Rico sengaja mencemprengkan suaranya saat mengucapkan pertanyaan kedua.
"Hei, diam sebelum aku menyuntikmu!" suruh Naki, sambil menunjuk Rico.
Naki tidak suka berada di kerumunan yang mayoritas berisikan para tentara. Ia mengedarkan pandangan dan melihat siapa saja yang ada di dalam ruangan selain para tentara-tentara yang muak untuk dilihat itu.
Penglihatnya terpaku ke sesosok wanita yang terbaring dan mendengkur. Rambut keritingnya membuatnya mengingat wanita yang tiga hari lalu mengintip laboratoriumnya. Ia gemetar, takut kalau wanita itu mengetahui suntikan berisi yang ada di dalam laboratorium. Namun, ia segera menenangkan diri dan akan membuatnya mengaku jika ada waktu.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top