14. Pendapat Mengenai Suntikan

Keempat orang yang telah kehilangan satu rekannya itu berjalan pulang dari Departemen Radio Naoderaty. Setelah menemukan cara agar Scar tetap bisa berkomunikasi dengan orang itu, mereka semua memutuskan untuk pulang. Orang yang merupakan lelaki muda yang berusia 21 tahun itu memiliki radio VHF Marine--umumnya ada di semua kapal--kebetulan dia asisten nahkoda dan mendapatkannya saat menyelamatkan diri ke ruang kemudi. Handie-talkie bisa disambungkan ke radio itu walaupun jaraknya bermil-mil, dan kebetulan Rico memiliki satu.

Sekarang, handie-talkie itu berada di genggaman Scar. Ia meminjamnya, takut lelaki yang tadi meminta bantuan ingin memberitahunya sesuatu.

Scar harap lelaki itu baik-baik saja sampai dia berhasil mengendalikan kapal. Ia juga berharap dia tidak gugur di tengah jalan dan terombang-ambing dalam keadaan mati digigit.

"Aku baru berpisah dengannya beberapa waktu yang lalu. Sekarang aku merindukannya," gumam Steve yang berjalan di samping Scar. Rico dan Adam berjalan di depannya, mereka mendengarnya.

Mereka bertiga tahu siapa yang Steve rindukan. Steve tentu saja merindukannya mengingat mereka satu kamar, satu kelas, dan satu angkatan.

Pelantikan dimulai dua tahun yang lalu dan itu waktu yang singkat untuk berteman. Steve hanya bisa membuang napas dan memilih untuk merelakan.

"Aku tahu perasaanmu. Maafkan aku." Scar mengangkat tangan dan menepuk bahu Steve. Walaupun tindakannya menyelamatkan semua orang, ia merasa bersalah karena telah membunuh Jason.

Steve hanya mengangguk sambil berjalan. Ia mengusap wajahnya dan mengalihkan topik.

"Jika lelaki itu bisa menepikan kapal ke Naoderaty, apa yang harus kita lakukan?" tanya Steve, membuat Rico dan Adam yang diam membuka mulut.

"Pertama, kita harus menyelamatkan lelaki itu. Kedua ... entahlah." Adam malas untuk berpikir karena rokoknya habis. "Yang lain?"

"Kita bisa mengunci pintu kapal angkatan laut setelah berhasil menyelamatkan anak itu. Jadinya tidak ada yang keluar," sahut Rico. "Namun, mereka pasti menemukan jalan keluar lewat jendela-jendela kapal ya?" Ia memikirkan perkataannya sendiri.

"Seandainya mereka bebas, kita sudah bersembunyi di tempat yang aman." Scar menyahut. "Kita hanya perlu keluar untuk mencari makanan sebelum itu terjadi."

"Aku satu pendapat denganmu," kata Steve, menoleh kepada Scar yang meliriknya.

Adam membuang napas. Pendapat yang dikemukakan para bawahannya mengarah pada satu tujuan--menyelamatkan lelaki dan bersembunyi di tempat aman setelahnya. Ia menyukai pendapat mereka, hanya saja merasa janggal entah kenapa. "Apakah jika mesin kapalnya hidup, para makhluk itu akan tepancing untuk pergi ke asal suara? Suara mesin kapal itu ribut, keras pula. Aku tidak cukup yakin kalau lelaki itu bisa sampai ke Naoderaty setelah menyalakan mesin."

Semua orang diam. Tidak ada yang menyahut karena mereka tidak memiliki kata untuk dibunyikan. Semua sibuk dengan pemikiran masing-masing. Adam ada benarnya. Lelaki itu bilang kalau mesin kapal mati dan jika dia menghidupkannya, suaranya akan bising dan keras, mengundang para mayat hidup untuk pergi ke asal suara.

"Semoga saja lelaki muda itu dapat sampai ke sini dengan selamat." Rico menyerah dengan pemikirannya. Ia mendengkus keras.

Akhirnya, suasana berubah hening sampai mereka berempat sampai ke hotel tempat teman-teman yang lain berada.

Masuk ke sana dengan hati-hati takut ada mayat hidup yang mampir dan bersembunyi. Setelah dirasa aman, mereka pun naik ke atas dengan menaiki tangga darurat.

Setelah sampai di lantai 5, mereka pun pergi ke ruangan. Mengetuk pintu, pintunya pun terbuka perlahan.

Harlie sontak membuka lebar-lebar pintu ruangan dan mempersilakan para atasannya masuk. Scar, Rico, Adam, dan Steve masuk ke sana, membuat Harlie melongokkan kepala ke luar dan menoleh ke sana dan ke sini.

"Di mana Jason?" tanyanya, membuat keempat orang yang baru duduk di sofa itu membeku sesaat.

"Kenapa dia tidak ada?" Menyadari satu rekan Scar tidak terlihat, Ryce memberanikan diri untuk bertanya.

Scar mendengkus. Ia keberatan untuk menjawab. Namun .... "Dia menjadi zombie. Aku menembaknya sampai mati." Semua orang kaget dan menghampirinya, meminta penjelasan bak wartawan yang mengelilingi aktris terkenal.

"Bagaimana bisa?" tanya Axel dengan Klaire di pundaknya. Ia dan anak itu sedang bermain pesawat-pesawatan saat Scar bilang begitu.

"Pelurunya habis. Dia lengah saat kami hampir mencapai kemenangan." Scar meletakkan dengan kasar senapannya ke atas meja. "Dia digigit di kaki, virusnya pun menyebar. Walaupun Steve sudah berusaha menahan virusnya, dia tetap berubah."

Wajah sedih tergambar di semua muka. Semua orang menatap Steve yang hanya terduduk lesu. Mengetahui kalau dirinya dipandangi, Steve menunjukkan gelagat tak enak. Pandangan semua orang pun terputus kepadanya, mereka masing-masing memandang satu dengan yang lainnya.

"Aku turut berduka, Steve." Harlie yang merupakan teman dari Jason itu mengucapkan bela sungkawanya. "Kau dan yang lain sudah berusaha sebaik mungkin."

Steve hanya mengangguk-angguk. "Terima kasih, Harlie."

Semua orang membuang napas mendengarnya. Didengar dari suaranya saja lelaki berambut kelabu itu sudah menunjukkan kalau dirinya sangat sedih.

"Ah, aku baru ingat!"

Harlie melesat ke tempatnya berbaring tadi malam dan mengeluarkan suntikan yang tadi ditemukannya. Ia langsung bergegas kembali ke hadapan Adam dan menyerahkan suntikan itu kepadanya.

"Tadi ada suara benda yang dilempar. Benda itu mengenai pintu ruangan. Aku pun memeriksa dan melihat suntikan yang masih berisi. Kuambil, lalu kusimpan untuk kutunjukkan kepadamu," jelasnya. Adam meraih suntikan yang disodorkan dan memperhatikannya.

"Panjang tabung 8 sentimeter yang diubah ke milimeter. Panjang cairan yang terisi 5 milimeter." Adam mengelus-elus dagunya. "Siapa yang melempar?"

"Tidak tahu." Harlie mengangkat kedua bahunya. "Annie, Gregory, dan Liam mengaku memperhatikan ke bawah--tepat di depan teras pintu masuk--selama Axel dan Ryce memperhatikan Klaire. Mereka bilang tidak ada satupun orang yang masuk ke gedung, bahkan sebelum suara suntikan yang dilempar itu terdengar. Benar, 'kan?"

Annie, Gregory, dan Liam mengangguk.

"Jika tidak ada ...," jeda Scar, mengerutkan dahi. "aku tidak yakin dengan perkataanku, tapi sepertinya ada orang yang selamat di dalam hotel selain kita."

Steve yang tadinya bersandar, menegakkan tubuh. "Apalagi Annie dan dua orang yang aku lupa namanya siapa itu tidak melihat siapapun masuk ke gedung ini."

Scar bersorak. "Itu maksudku."

"Apa perlu kita cari keberadaannya? Kita harus menyelamatkannya," kata Annie, membuat Adam, Scar, dan Steve menatap ke bawah.

"Sepertinya dia aman-aman saja." Rico mengibaskan tangan, membuat semua tatapan tajam melayang kepadanya.

"Kau sudah mengorbankan anak buahmu. Jadi mudah bagimu untuk mengatakan kalau orang itu baik-baik saja." Ryce menyahut tak suka. "Jika keadaan bisa berbalik?"

"Aku akan membalikkannya lagi," jawab Rico, yang disahut erangan tidak suka dari yang lain. Rico yang mulanya berniat untuk membuat lelucon malah menjadi malu sendiri.

Adam memperhatikan suntikan di tangannya. Ia mulai menimbang-nimbang keputusan apakah menyelamatkan orang yang merupakan pemilik suntikan itu atau tidak.

"Kurasa untuk sekarang kita biarkan dia." Adam membuat keputusan. "Orang itu pasti sudah berada lama di sini dan tahu di mana persembunyian yang aman."

"Suntikan ini mungkin hanya tanda darinya kalau dia masih hidup dan meminta bantuan. Kita bisa saja mencarinya, tapi-"

Adam terdiam. Perkataannya terputus. Mata tajam lelaki kekar itu memperhatikan kembali panjang cairan. Setelah itu, dia terbelalak.

"Apakah 5 milimeter itu berarti dia berada di lantai 5? Lantai yang sedang kita tempati?" tanyanya setengah berteriak, membuat semua orang terlonjak.

"Bisa jadi!" sahut Rico yang baru menyadari hal itu. "Atau 5 itu merupakan tempat sembunyi si pemilik yang jaraknya 5 ruangan dari ruangan kita?"

"Ke sana?" Steve tertarik. Ia pun mengajak.

"Apa yang kalian tunggu?" Adam bangkit dengan semangat dan langsung berlari keluar. Ia menghitung pintu-pintu ruangan yang dilewatinya dan setelah 5 pintu, barulah ia berhenti.

Adam memperhatikan sekilas pintu ke lima. Suasananya hening, bukan berarti tidak ada sesuatu. Dirinya yang berhenti membuat Scar, Rico, Steve, serta Liam, Harlie, dan Axel yang penasaran berhenti tak jauh di sampingnya. Adam melirik mereka sejenak, lalu memegang gagang pintu dan menariknya ke bawah.

Pintu yang tak terkunci itu pun terbuka. Adam segera masuk ke dalam. Ia memeriksa, apakah aman atau tidak. Setelah itu, barulah ia menjelajah bersama yang lain yang baru saja datang ke ruangan.

Adam menyingkap benda-benda yang dikiranya tempat persembunyian si pemilik suntikan. Namun, tidak ada apa-apa, begitupun saat yang lain mengikuti dirinya.

Menyisir ruangan sampai ke sudut-sudut tidak membuahkan hasil. Panjang cairan di dalam tabung medium itu tidak berhubungan dengan tempat sembunyi si pemilik.

Mereka pun kembali ke ruangan semula.

"Tidak ada siapapun." Adam mendengkus. Ia menyandarkan kepalanya ke sofa.

"Angka 5 itu tidak ada artinya." Rico menyahut, membuang napas.

Semua orang memasang wajah kesal karena perkataan Rico itu. Mereka tidak kesal kepada Rico, melainkan kepada diri sendiri karena menganggap angka 5 itu merupakan lantai 5 dengan 5 pintu dari ruangan mereka--di mana mereka mengira pemilik suntikan atau pelempar suntikan berada di sana.

"Suntikan itu aneh," ucap Ryce, pelan. Semua pandang mata terarah kepadanya. "Ini hotel, bukan rumah sakit atau laboratorium," sambungnya, menatap suntikan yang masih berada di tangan Adam.

"Suntikan itu juga tidak terlihat seperti suntikan first aid kit. Suntikan yang ada di kotak itu biasanya lebih kecil 12 milimeter dari suntikan itu." Gregory menambahkan.

Adam dan yang lain menoleh ke jarum suntik sebelum kembali menatap Ryce dan Gregory bergantian.

"Mungkin ada salah satu penginap yang memiliki pekerjaan paruh waktu," sahut Harlie, "penginap hotel dan pegawai di rumah sakit."

"Jika seandainya itu benar, baiklah. Hanya saja aku tetap merasa aneh dengan suntikan itu," kata Ryce, menatap Harlie yang mengerti perkataannya.

"Suntikan itu banyak ditemukan di laboratorium. Saat sekolah aku sering menemukannya. Aku mendukung pendapat Kak Ryce kalau suntikan itu aneh berada di hotel. Ukurannya yang besar itu biasanya digunakan oleh ilmuwan-ilnuwan untuk menyelidiki sebuah zat." Axel mendukung.

Pendapat yang mulai bercabang itu membuat Adam kembali berpikir. Suntikan itu sudah mencurigakan bahkan sebelum Harlie menjelaskan kronologi dia menemukan benda itu. Bagaimana bisa ada suntikan di hotel, bisa saja berasal dari kotak P3K, tetapi mengherankan karena bentuknya yang besar.

Adam mengambil napas dan mendengkus. "Mari kita akhiri. Aku ingin beristirahat." Dan orang-orang yang bergerombol itu pun bubar.

***

Radio VHF (Very High Frequency) Marine: Radio khusus kapal, perahu, dan transportasi laut lain.

First aid kit: Bahasa Inggris untuk P3K.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top